Belakangan, keyword pilot menjadi sensitif pasca gelombang PHK ikut menimpa mereka. Sebetulnya, dari segi hierarki atau struktur organisasi, pilot pun juga karyawan, sama seperti karyawan lainnya. Meski demikian, sudah menjadi rahasia umum bila pilot memiliki kehidupan yang lebih layak dibanding karyawan lainnya di industri penerbangan.
Baca juga: Rindu Terbang, Para Pilot Berharap Agar Orang-orang Kembali Beli Tiket Pesawat
Namun, ketika wabah corona menerjang, hampir seluruh pilot di dunia gigit jari. Dari semula hidup bak ‘dewa’ kini hidup sebatas ala kadarnya, tergantung manajemen keuangan mereka dari hasil yang sudah diraup sebelum pandemi berlangsung. Dari situ, pertanyaan simpel mungkin terlintas, mengapa pilot begitu tertekan ketika banyak pesawat di-grounded?
Jawaban atas pertanyaan itu mungkin tidak mudah. Tetapi, tidak pula terlalu sulit sampai tak bisa mulai menjawabnya. Situs quora.com sebelum pandemi Covid-19 mendunia pernah memuat bahasan tentang pilot, khususnya perihal take home pay mereka yang notabene dibayar per jam.
Disebutkan, bagi pilot-pilot di Amerika Serikat, mereka pada umumnya dibayar per jam dan tidak mempunyai gaji pokok. ‘Argo’ gajinya mual berjalan saat pintu ditutup sampai pintu kembali dibuka. Selebihnya, ketika preflight, flight planning, atau saat masuk ke dalam pesawat, mereka tak mendapat bayaran alias di luar jam kerja (off the clock).
Walaupun begitu, pilot dinilai tetap beruntung dengan pundi-pundi uang yang didapatkannya per jam di setiap penerbangan. Besarannya tentu berbeda-beda di setiap negara atau bahkan di setiap maskapai di dunia, bergantung pada saat proses negosiasi dilakukan. Bagi pilot maskapai penerbangan kelas kakap, jangan tanya bayaran mereka per jam. Sebab, sudah dipastikan jauh lebih tinggi dibanding maskapai lain yang berada di bawahnya, baik dalam penerbangan internasional maupun penerbangan regional.
Bagi pilot-pilot regional, mereka mungkin tak mendapat bayaran per jam dengan harga selangit, sebagaimana pilot-pilot di maskapai kelas wahid di Amerika Serikat. Tetapi, mereka mempunyai gaji pokok atau yang biasa disebut guaranteed minimum (dikenal juga sebagai minimum guaranteed hour). Jadi, mereka hanya diminta untuk bersiap kapanpun (tentu bergantung kesepakatan) kapan kemungkinan waktu terbang. Bila pun tak terbang, mereka akan tetap mendapatkan gaji dengan hanya menonton televisi di rumah.
Baca juga: Berhentikan 400 Pilot dan Ribuan Awak Kabin, Emirates Lakukan PHK Gelombang Kedua
Akan tetapi, dengan dua kondisi berbeda itu, masih dalam diskusi di situs tersebut, beberapa pilot mengaku lebih memilih untuk terbang per jam di maskapai penerbangan kelas kakap,dibanding terbang bersama maskapai regional dengan bayaran lebih rendah namun mendapat kepastian gaji per bulan. Sebab, jika disandingkan di akhir bulan, pendapatannya cukup jauh berbeda.
Selain mendapatkan gaji dari biaya per jam di setiap penerbangan, dari mulai pintu pesawat ditutup sampai dibuka kembali, disebutkan, pilot umumnya juga mendapatkan bayaran di luar jam terbang dan gaji pokok, sebagaimana disebutkan di atas. Seperti ketika penerbangan extended trip, tarif untuk deadheading, kompensasi untuk re-route, dan berbagai biaya-biaya lainnya.