Di beberapa gambar atau video di media sosial atau di internet, sering kali kita menemukan tampilan kokpit pada umumnya dalam kondisi gelap. Kemudian, sebagian dari kita berpikir bahwa gambar atau video yang beredar tersebut diambil saat malam hari. Mungkin ketika siang hari kokpit dalam keadaan terang benderang. Pemikiran tersebut mungkin ada benarnya, meskipun tak sepenuhnya benar.
Baca juga: Setelah Dua Insiden, EASA Keluarkan Aturan Bebas Cairan di Dalam Kokpit Airbus A350
Dihimpun KabarPenumpang.com dari berbagai sumber, konsep kokpit gelap atau Dark Cockpit Concept, adalah bagian dari desain untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan oleh pilot dan kopilot. Dark Cockpit Concept juga masih menjadi bagian dari konsep Human-Centered Cockpit, yakni sebuah konsep yang bertujuan untuk menunjang efektivitas pilot dan kopilot serta mengurangi beban kerja keduanya.
Dengan dasar itu, kokpit pun dibuat gelap. Lantas, apa hubungannya kokpit dalam keadaan gelap dengan menunjang efektivitas kerja sekaligus mengurangi beban kerja keduanya? Jawaban atas pertanyaan tersebut mungkin tidak terlalu mudah, namun demikian bisa dimulai dari warna lampu yang ada di dalam kokpit terlebih dahulu.
Di dalam kokpit pesawat, dengan begitu banyaknya tombol yang harus diperhatikan, sebab semuanya tergolong penting, setidaknya pilot dapat menyederhankan permasalahan tersebut ke dalam enam warna. Putih berarti sistem mati, kuning berarti kegagalan sistem, merah berarti darurat, hijau berarti sistem aktif dan dioperasikan secara otomatis, biru berarti sistem aktif dan dioperasikan secara manual, serta hitam yang berarti sistem beroperasi normal.
Dari warna-warna tersebut, kru kokpit dapat dengan mudah mengidentifikasi permasalahan dan membuatnya lebih efektif, sebab, lagi-lagi, pilot cukup sibuk untuk memperhatikan begitu banyak tombol di beberapa panel, mulai dari navigation unit, flight information unit, hingga central unit, yang dari ketiganya terdapat turunan indikator yang sangat banyak.
Dalam sebuah makalah keluaran Japan Aircraft Development Corporation pada gelaran International Congress of the Aeronautical Sciences ke-24, pada bagian ketiga atau Cockpit Design Overview, disebutkan, filosofi desain kokpit setidaknya terdapat tiga unsur. Pertama, pesawat harus senantiasa berada di bawah kontrol pilot dan kopilot dan menjadikannya (pesawat) sebagai pelayan dan pilot serta krunya menjadi pemberi kerja. Jadi, bila disederhanakan, filosofi pertama bisa dibilang desain kokpit harus menjadikan pilot dan kopilot sebagai raja.
Kedua, pilot cukup sibuk. Artinya, Informasi harus diberikan kepada pilot hanya bila diperlukan saja, pada waktu yang tepat, dalam format yang memadai. Nah, maka dari itu dibuatlah Dark Cockpit Concept atau kokpit dalam kondisi gelap. Bila tidak ada lampu indikator bahaya yang menyala (di antara enam lampu indikator sebagaimana yang telah dijelaskan di atas), maka pilot dan co-pilot dapat memaksimalkan perhatiannya ke panel lain.
Baca juga: Ada di Jepang, Kamar Hotel dengan Simulator Kokpit Boeing 737-800!
Ketiga, kemampuan manusia sangat terbatas. Oleh karena itu dibuatlah sesederhana dan seintuitif mungkin untuk memberikan pilot dan co-pilot situasi kerja yang nyaman. Adapun Dark Cockpit Concept bagian dari meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan manusia dengan segala keterbatasannya.
Di samping berbagai penjelasan di atas, mungkin, Dark Cockpit Concept juga bisa dikaitkan dengan keseharian kita. Misalnya, kabin di dalam mobil. Pada umumnya, ketika mengendari mobil, seseorang lebih cenderung menginginkan berkendara dalam kondisi kabin gelap. Lantas, terlepas dari aturan perundangan-undangan tentang lalu lintas, bagaimana dengan Anda, apakah lebih cenderung berkendara dalam kondisi kabin gelap atau sebaliknya?