Belum lama ini Uber Elevated yang menangani divisi taksi udara bekerja sama dengan NASA dan Angkatan Udara Amerika Serikat (AS). Kerja sama tersebut terjalin pada 9 Agustus 2018 lalu di University of Texas (UT) di Austin dengan perencanaan dan presentasi yang menampilkan ahli aeronautika dari UT.
Baca juga: Soal Taksi Udara, Inilah Serangkaian ‘PR’ yang Kudu Diselesaikan Volocopter
KabarPenumpang.com merangkum dari laman dailymail.co.uk (23/8/2018), proyek kerja sama ini akan membantu Uber mengembangkan kendaraan terbang yang lebih baik untuk layanan taksi perkotaan serta aplikasi militer. Bahkan untuk baling-baling saat lepas landas tidak akan berisik alias dibuat lebih tenang, sebab ini nantinya juga akan digunakan sebagai kendaraan militer.
NASA dalam proyek ini ambil bagian dengan menyediakan perangkat lunak kontrol udara. Pada awal Agustus 2018, Army Research Laboratory (ARL) memulainya untuk mengembangkan kendaraan terbang yang lebh baik bersama Uber dan pejabat dari UT di Austin.
Uber dan Angkatan Darat AS saat ini juga tengah mengembangkan sistem rotor ganda baru yang radikal untuk menggerakkan pesawat. Diharapkan taksi terbang ini bisa mengudara dengan ketinggian 1000-2000 kaki dengan kecepatan 150-200 mph dengan sekali terbang sejauh 60 mil untuk satu kali charger atau pengisian ulang daya.
Pesawat VTOL (Vertical Take Off and Landing) akan menggunakan baling-baling co-rotari yang ditumpuk. Dimana dua sistem rotor berada diatas satu dengan yang lain dan berputar kearah yang sama. Pengujian awal menunjukkan metode ini dimana baling-baling lebih tenang, fleksibel dan efisien dibandingkan untuk pesawat terbang.
Uber dan Angkatan Darat AS sebenarnya sudah melakukan penandatanganan kerja sama sejak Mei 2018 kemarin untuk pengembangan sistem. Kerja sama ini sendiri dimulai dengan US$1 juta atau setara dengan Rp14,6 miliar.
Baca juga: Tak Mau Ambil Risiko, Uber Kembangkan Riset dan Tinjau Mekanisme Layanan Taksi Udara
“Dalam perjanjiannya dengan Uber, pihak Angkatan Darat memanfaatkan pendekatan inovatif untuk berkolaborasi dengan mitra industri yang benar-benar di ujung tombak,” kata Dr Jaret Riddick, direktur Direktorat Teknologi Kendaraan ARL.
Adanya kolaborasi ini adalah kesempatan untuk mengakses pengetahuan bertahun-tahun yang diberikan kepada para ahli mata pelajaran di dalam lab. Ini akan memungkinkan Angkatan Darat untuk memajukan teknologi yang saling menguntungkan dengan cepat untuk menginformasikan tujuan untuk VTOL yang tenang dan efisien, atau operasi lepas landas dan pendaratan vertikal, untuk armada angkatan udara angkatan udara tanpa awak berikutnya. Ini mendukung prioritas modernisasi Angkatan Darat untuk pesawat angkat vertikal di masa depan.