Garuda Indonesia terus mempercepat proses restrukturisasi utang Rp70 triliun. Teranyar, perseroan dan Kementerian BUMN menunjuk tiga advisor asal Amerika Serikat (AS). Tiga itu, McKinsey & Company (business advisor), Guggenheim Partners (financial advisor), dan legal advisor Cleary Gottlieb; dibantu oleh dua advisor dalam negeri, PT Mandiri Sekuritas (lead advisor) dan legal advisor Assegaf Hamzah & Partners.
Baca juga: The New Garuda Indonesia Mau Pakai Satu Tipe Pesawat? Ini Untung-Ruginya
Lima advisor yang terkuak berdasarkan dokumen paparan Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI, Senin (21/6) yang disiarkan dari laman Youtube DPR RI, itu menjadi jawaban atas teka-teki beberapa pekan sebelumnya.
Dalam sebuah forum diskusi di salah satu stasiun TV swasta nasional, Irfan Setiaputra pernah mengungkapkan pihaknya telah merekrut beberapa advisor. Tetapi, tidak disebutkan dengan detail siapa saja. Itu dilakukan untuk menghadapi kemungkinan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di pengadilan atau di luar pengadilan.
Dari empat opsi penyelamatan Garuda Indonesia yang disampaikan perseroan saat rapat dengan Komisi VI DPR, kemarin, terkuak bahwa manajemen memang memilih opsi nomor dua, yaitu merestrukturisasi utang ketimbang nomor satu, yaitu diberi suntikan modal kerja oleh pemerintah. Karenanya, tak heran bila manajemen menunjuk advisor untuk membantu proses PKPU.
Sambil mengurus perihal PKPU, di tempat terpisah, manajemen Garuda Indonesia juga diketahui tengah fokus untuk memperkuat konsep New Garuda Indonesia. Diharapkan, model bisnis New Garuda Indonesia bisa mencatat Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi positif sepanjang periode 2022-2026.
“Garuda telah memiliki rencana bisnis model baru untuk tahun 2022-2026, untuk menjembatani kondisi saat ini menjadi New GA diperlukan rencana strategis yang dilakukan secara bertahap pada periode Juni-Desember 2021,” tulis manajemen Garuda, dikutip Selasa (22/6).
Baca juga: De Javu Krisis Garuda Indonesia, Dirut Irfan Mungkin Bisa Belajar dari Dirut Robby Djohan?
Adapun rencana bisnis lima tahun yaitu mencatatkan EBITDA positif 2022-2026, new business model (fleet as variable, profitable route, sufficient people with high productivity), armada mulai 66 unit di 2022, dan total pegawai berdasarkan jumlah armada.
Adapun periode pembalikan kinerja (turn around) yakni dilakukan dengan dua cara, restrukturisasi keuangan (Lease Negotiation dan Unsustain Debt Settlement – in/out of court), dan restrukturisasi operasional (Rightsizing SDM, Route and Fleet Optimization, Social Distancing Evaluation, dan Frequency optimization).