Black box pesawat Boieng 737-500 Sriwijaya Air PK-CLC dengan nomor penerbangan SJ-182 akhirnya ditemukan. Dari dua komponen black box atau kotak hitam, tim SAR baru menemukan black box Flight Data Recorder (FDR) pada tanggal 12 Januari lalu.
Baca juga: Pertama di AS, Pilot Pengidap Diabetes Terbangkan Pesawat Komersial
Adapun black box CVR, tepatnya casing CVR sudah ditemukan pada 15 Januari kemarin. Tetapi, black box dalam kondisi hancur sehingga memori CVR-nya terlepas dari casing dan belum ditemukan oleh Basarnas sampai saat ini.
Pengamat penerbagan, Alvin Lie, dalam sebuah wawancara di Kompas TV, mengungkapkan sebetulnya tanpa CVR penyelidikan terkait kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 tetap bisa dilakukan. Hanya saja, hasilnya tentu tidak akan maksimal. Sebab, data dari CVR dan FDR saling berkaitan dan saling mendukung satu dengan lain.
Sayangnya, 21 Januari kemarin, Basarnas resmi menghentikan operasi pencarian korban Sriwijaya Air SJ-182; termasuk operasi pencarian memori CVR pesawat itu, sekalipun pada akhirnya tetap terus dicari oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT.
Tanpa adanya CVR, misteri apa yang terjadi di kokpit pesawat Sriwijaya Air sulit untuk dijawab. Tanpa adanya black box CVR segala dugaan apa yang dialami pilot Capt. Afwan dan Diego Mamahit, sah-sah saja, tak terkecuali kemungkinan pilot mengalami serangan jantung sesaat sebelum kecelakaan.
Pilot atau co-pilot mengalami serangan jantung saat dalam penerbangan tentu bukan tak pernah terjadi. Pada akhir Desember dua tahun lalu, seperti laporan CNN International, co-pilot Aeroflot mulai merasa tak sehat di tengah perjalanan dari Moskow ke Anapa, sebuah resort di Laut Hitam.
Begitu mendarat darurat, sang co-pilot mendapatkan perawatan medis dari dokter. Namun sayangnya, dia meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit.
“Semua orang di Aeroflot sangat sedih dengan kematian kolega kami, dan kami menyampaikan belasungkawa mendalam kami kepada kerabat dan keluarganya,” demikian pernyataan maskapai Aeroflot. Seorang sumber dari dinas darurat setempat menyebut bahwa penyebab kematian sang co-pilot berdasarkan pemeriksaan awal adalah serangan jantung.
Kejadian serupa juga pernah terjadi di Indonesia. Masih di bulan dan tahun yang sama dengan insiden pilot Aeroflot kena serangan jantung, pesawat Batik Air seri A-320 dengan nomor penerbangan ID-6548, rute Cengkareng-Kupang, mendarat darurat di Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pesawat mendarat karena Kapten pilot yang bernama Djarot Harnanto mengalami pusing berat hingga konsentrasinya terpecah dan lemas.
Baca juga: Dibalik Kecelakaan SJ-182, Sriwijaya Air Hanya Dapat Bintang 1 dari Airline Ratings!
Sekalipun tak sampai meninggal dunia, pilot kena serangan jantung saat mengudara tentu saja cukup membahayakan, baik diri sendiri maupun penumpang. Celakanya, serangan jantung pada pilot akan terus mengintai.
Balai Kesehatan Penerbangan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sendiri menyebutkan gangguan jantung dan pembuluh darah adalah penyakit yang paling banyak dialami personel penerbangan, terutama pilot.