Selain pesawat tanker KC-10 Extender yang berasal dari platform pesawat angkut komersial Douglas DC-10, maka ada KC-46A Pegasus, yakni pesawat tanker militer yang berasal dari platform pesawat sipil Boeing 767. Berbeda dengan KC-10 yang triple engine, maka KC-46 mengusung twin engine. Sebagai generasi pesawat tanker terbaru untuk Angkatan Udara AS (USAF), KC-46 dipersiapkan sebagai pengganti KC-10.
Baca juga: McDonnell Douglas KC-10 Extender, Pesawat Pengisi Bahan Bakar yang Disulap dari DC-10
KC-46A Pegasus memang sebangun dengan Boeing 767, namun jangan salah kira, pesawat ini sudah mendapat uprade sistem terbaru, diantaranya kokpitnya mengacu pada standar yang digunakan pada Boeing 787 Dreamliner, pun mesinnya menggunakan standar yang dipakai Boeing 777, yaitu Pratt & Whitney PW4062 turbofan yang menghasilkan 62.000 thrust per mesin.
Meski terbilang pesawat tanker baru, lantaran baru terbang perdana pada 25 September 2015, kapasitas bahan bakar yang dapat dibawa Pegasus masih jauh di bawah Extender yang berasal dari platform pesawar trijet Douglas DC-10 30.
Sebagai pesawat tanker andalan AS, Pegasus mendapat penguatan airframe dibanding Boeing 767 standar. Menjawab tuntutan untuk ‘menyusui’ pesawat di udara, ada empat eksternal fuel tanks yang disiapkan dengan jumlah bahan bakar yang bisa disalurkan hingga 96.297 kg. Namun total bahan bakar yang dibawa, termasuk untuk kebutuhan internal menjadi 111 ton.
Seperti lazimnya pesawat tanker modern, Pegasus bisa melayani metode hose dan boom. Untuk metode hose wujudnya berupa wing air refueling pods dan drogue pada masing-masing sayap, plus satu drogue pada centerline. Ini artinya dengan metode hose pesawat dapat menyusu tiga pesawat sekaligus. Sementara metode boom mengacu pada advanced fly by wire refueling boom.
Seri 767 dihadirkan Boeing sebagai jawaban untuk mengembangkan pesawat widebody twinjet yang lebih kecil dari Queen of the Skies. Awalnya, kehadiran pesawat widebody dengan lebar pesawat terkecil itu cukup mentereng. Prediksi Boeing bahwa maskapai membutuhkan widebody yang lebih kecil benar adanya. Kiprah Boeing 767 terus mentereng sampai 1994 atau 13 tahun setelah terbang perdana.
Baca juga: Miris, Ternyata Kehadiran 777 dan 787 Jadi Biang Kerok Boeing 767 Tak Laku Dipasaran
Namun lewat dari tahun 1995, debut Boeing 767 mulai redup. Usut punya usut ternyata, penyebab senjakala Boeing 767 akibat dari strategi Boeing itu sendiri, yaitu dengan meluncurkan Boeing 777. Hal itu kemudian diperparah dengan hadirnya Boeing 787 Dreamliner pada 2011