Siapa yang tidak kenal kapal Pinisi? Tampilannya yang kokoh, bentangan layar yang siap menerjang ganasnya hempasan angin laut hingga bentuknya yang sangat megah, membuat kapal Pinisi ini begitu mudah dikenali dan menjadi ikon nasional, khususnya Sulawesi Selatan. Terlebih lagi, keberadaan kapal Pinisi juga telah diakui dunia sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan oleh UNESCO pada Desember 2017 silam.
Baca juga: Pelabuhan Makassar Sabet Predikat Sebagai Pelabuhan Terpadat di 2024
SEJARAH
Dikisahkan pada abad ke-14, putra mahkota Kerajaan Luwu, Sawerigading membuat sebuah kapal untuk dirinya menuju Tiongkok guna meminang putri Tiongkok kala itu, We Cudai. Melansir dari berbagai sumber, kala itu Sawerigading membuat kapal Pinisi dari material pohon Welengreng atau pohon dewata yang dikenal kuat dan juga kokoh.
Sialnya, saat di perjalanan kembali menuju kampung halamannya, kapal tersebut terhantam badai dan pecah menjadi 3 bagian. Dengan bantuan masyarakat sekitar wilayah Ara, Tanah Beru dan Lemo-Lemo (tempat pecahan kapal tersebar), akhirnya terciptalah kembali sebuah kapal megah yang hingga kini dikenal dengan nama kapal Pinisi.
FUNGSI
Lain dulu, lain pula dengan sekarang. Kapal Pinisi yang dulu digunakan oleh masyarakat sebagai alat transportasi hingga moda pengangkut barang, kini sudah bergeser fungsi menjadi kapal wisata yang mewah. Ya, banyak tour operator di Indonesia yang menyediakan jasa tour menggunakan kapal pinisi dengan harga yang fantastis. Jadi tidak heran jika kapal Pinisi ini seolah naik level, dari yang sebelumnya sebagai moda transportasi angkut dan sekarang menjadi simbol prestis kaum-kaum elit yang hendak plesir.
DESAIN
Bisa dibilang, sebagian besar masyarakat Indonesia dapat dengan mudah mengetahui kapal Pinisi, mengingat bentuknya yang khas dengan desain memukau: memiliki dua tiang utama dan tujuh hingga delapan layar. Layarnya berbentuk segitiga dan terbuat dari kain.
JENIS
![](https://www.kabarpenumpang.com/wp-content/uploads/2025/02/whatsapp-image-2024-11-25-at-17-19-24-492bca00-67444dbced6415716a2c4ed21-300x169.jpg)
Seperti halnya moda transportasi lain yang memiliki beberapa ‘model’, kapal Pinisi juga diketahui terdiri dari 2 jenis utama: kapal Pinisi Lambo yang memiliki ukuran lebih besar dan ditujukan untuk pelayaran jarak jauh, serta kapal Pinisi Palari dengan ukuran yang lebih kecil dan digunakan untuk pelayaran lokal.
FILOSOFI & KONSTRUKSI
Untuk membuat sebuah kapal Pinisi ternyata tidak boleh sembarangan lho! Ada beberapa ritual khusus dan upacara adat yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum membuat kapal ini. Konon, penentuan ‘hari baik’ juga menjadi salah satu syarat wajib yang harus diperhitungkan secara matang. Dengan mempertahankan kepercayaan seperti ini, maka makna mendalam dari proses perakitan kapal serta mewariskan tradisi akan terus terjaga.
Sementara untuk konstruksi, kapal pinisi tradisional diketahui dirakit tanpa menggunakan paku dengan bagian-bagian kapal diikat menggunakan tali dan pasak kayu.
NASIBMU KINI
![](https://www.kabarpenumpang.com/wp-content/uploads/2025/02/IMG_0281-1120x7201-1-300x193.jpg)
Kendati sarat akan nilai-nilai tradisional dan historikal, rupanya kapal Pinisi ogah menyandang status kuno atau jadul. Berbagai upgrade disematkan pada kapal Pinisi dewasa ini, mulai dari interior yang lebih mewah, nyaman dan instagramable hingga dilengkapi dengan alat selam yang siap melengkapi keceriaan liburan.
Shanghai International Port – Pelabuhan Laut Penumpang Terbesar di Dunia