Bandara Internasional Ulaanbaatar Baru (NUBIA) atau disebut juga sebagai Bandara Internasional Chinggis Khaan resmi beroperasi pada 4 Juli lalu. Bandara baru tersebut menggantikan Bandara Internasional Buyant-Ukhaa yang sebelumnya menjadi jantung pintu keluar-masuk Mongolia.
Baca juga: Arab Saudi Pamer Desain Bandara Baru Mirip Fatamorgana di Tengah Padang Pasir
Bandara baru tersebut dibangun oleh anak perusahaan dari empat konsorsium asal Jepang, Mitsubishi Corporation (MC), Narita International Airport Corporation (NAA), Japan Airport Terminal (JAT), dan JALUX (JALUX), yaitu Japan Airport Management.
Perusahaan ini diketahui memenangkan tender pembangunan bandara baru di Mongolia pada tahun 2019. Tentu, ketika itu prosesnya tak semudah yang dibayangkan sampai akhirnya menang. Terlebih konsorsium asal Jepang itu berhadapan langsung dengan konsorsium infrastruktur dan teknologi asal Cina, yang secara teritorial sebetulnya lebih menguntungkan Mongolia apabila bekerjasama dengannya.
Faktanya konsorsium Jepang berhasil memenangkan tender dengan nilai proyek yang detailnya tak disebutkan itu.
Usai resmi beroperasi secara komersial, bandara baru tersebut dioperasikan oleh perusahaan patungan yang didirikan Japan Airport Management dan Khushigiin Khundii Airport Stated Owned, dengan masing-masing kepemilikan saham sebesar 51,0 persen dan 49,0 persen.
Dilansir scoop.co.nz, perusahaan patungan tersebut mendapat hak konsesi pengelolaan bandara tersebut selama 15 tahun ke depan. Persiapan lalu lintas penerbangan penumpang dan barang juga diperkuat dengan kedatangan aset dari bandara lama (Bandara Internasional Buyant-Ukhaa). Tak disebutkan dengan jelas bagaimana nasib bandara lama ke depan.
Meski pandemi virus Corona telah menghancurkan industri penerbangan di seluruh dunia, termasuk di Mongolia, tetapi, kehadiran bandara baru ini akan memainkan peranan penting dalam pembangunan ekonomi di tahun-tahun mendatang.
Pemerintah Mongolia yakin, keahlian MC di bidang infrastruktur industri dan industri konsumen, NAA di bidang pembangunan dan pengelolaan bandara, JAT di bidang Terminal Building Management serta penjualan Merchandise dan Food & Beverage, dan JALUX di bidang bisnis terkait penerbangan dan bandara akan memuluskan langkah tersebut.
Baca juga: Hidupkan Lagi ‘Bandara’ Misterius di Xinjiang, Cina Dituding Tengah Jalani Misi Sangat Rahasia
Dari segi jarak, sebetulnya bandara baru yang terletak di Provinsi Tur tersebut tak lebih dekat ke ibu kota Ulaanbaatar (Ulan Bator) dibanding bandara lama atau berjarak sekitar 50 km. Kendati demikian, pemerintah dan konsorsium Jepang sudah membangun akses tol serta jalan raya untuk memudahkan dari dan ke bandara baru.
Setiap tahun, Mongolia melayani sekitar 1,62 juta penumpang, terdiri dari 1,2 juta penumpang internasional dan sisanya penumpang domestik. Menarik ditunggu, akankah bandara baru (Bandara Internasional Chinggis Khaan) mampu meningkatkan traffic lalu lintas penerbangan Mongolia di masa mendatang?