Tak terasa, sudah sembilan bulan MRT Jakarta hadir untuk melayani warga Ibukota. Kendati sudah terbilang cukup berhasil dalam mengakomodasi penumpang setiap harinya, namun PT MRT Jakarta terus melakukan pembenahan di berbagai lini guna meningkatkan pelayanan kepada para penumpangnya. Pada perhelatan Diskusi Publik “Evaluasi 9 Bulan Operasional MRT Jakarta”, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Muhammad Effendi mengatakan bahwa diharapkan acara seperti ini bisa menjadi wadah untuk mengumpulkan informasi dan rekomendasi guna meningkatkan pelayanan.
Baca Juga: Di 2030, MRT Jakarta Bakal Mengular Sepanjang 230 KM di Jabodetabek
“Dari diskusi publik ini juga diharapkan setiap narasumber dan peserta dapat memberikan respons dan rekomendasi konstruktif demi perbaikan pelayanan dan fasilitas di MRT Jakarta,” ujar Muhammad Effendi.
“Dengan begitu, diharapkan akan meningkatkan jumlah penumpang dan harapannya juga terhadap meningkatnya kepuasan pelanggan terhadap layanan MRT Jakarta,“ imbuhnya.
Salah satu poin dari diskusi publik ini juga cukup menarik untuk dibahas lebih dalam lagi – dimana MRT Jakarta berhasil mengubah kebudayaan berkendara dengan menggunakan transportasi massal. Warga Indonesia yang terkenal cukup susah diatur menjadi lebih tertib ketika hendak menggunakan MRT Jakarta, cukup dengan ‘iming-iming’ akan viral di sosial media, maka para calon pelanggar tersebut sontak mengurungkan niatnya.
Selain itu, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Syafrin Liputo yang juga turut hadir dalam acara yang diadakan di Hotel Grand Sahid Jaya, Rabu (11/12) kemarin ini mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah mengubah paradigma membangun kota dari car oriented development menjadi transit oriented development melalui beberapa cara, “seperti revitalisasi trotoar, akses first and last mile dalam bentuk jalur sepeda, serta peningkatan kualitas dan kuantitas transportasi publik, agar lebih banyak lagi masyarakat yang berpindah menjadi pengguna transportasi umum untuk kegiatan sehari-harinya,”
Tidak hanya itu, Syafrin juga sempat menyinggung soal usulan tentang perubahan MRT Jakarta Fase III koridor Timur – Barat, dimana pada awalnya, rute yang diprioritaskan membentang dari Kalideres hingga Ujung Menteng.
“Memang yang kami usulkan adalah untuk koridor MRT itu naik ke Harmoni atau Sawah Besar, jadi intersection-nya ada di sana,” tutur Syafrin.
Usul tersebut disampaikan sebagai tanggapan atas permintaan dari Direktur Prasarana Perkeretaapian Ditjen Kereta Api Kementerian Perhubungan, Heru Wisnu Wibowo untuk mengubah jalur LRT Pulo Gadung-Kebayoran Lama karena berhimpitan dengan koridor Timur – Barat MRT Jakarta.
Baca Juga: “Bebas,” Jadi Film Pertama yang Dibuat dengan Latar MRT Jakarta
Adapun alasan dari dipilihnya kawasan Harmoni atau Sawah Besar sebagai intersection baru di koridor Timur – Barat MRT Jakarta karena permintaan penumpang yang tinggi dari kawasan tersebut. Kapasitas yang mampu diangkut MRT Jakarta dinilai mampu untuk mengakomodir pergerakan penumpang di kawasan tersebut.
“Jika kita melihat demand real yang ada saat ini, maka transfer yang paling besar terjadi di Harmoni, itu kenapa kemudian Transjakarta membangun Harmoni Central Busway,” terangnya.