Bagaimana Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta di masa pembatasan sosial berskala besar atau PSBB transisi ke kehidupan baru atau new normal? Ternyata MRT Jakarta punya protokol baru yang disebut Bangkit dan merupakan singkatan dari Bersih, Aman, Nyaman, Go-Green, Kolaborasi, Inovasi serta Tata kelola.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan dalam menjalankan protokol ini tujuannya untuk menjadikan MRT sebagai sarana transportasi aman, nyaman dan bebas dari Covid-19 atau penyakit lainnya. Sehingga yang bersih tidak hanya seluruh penumpang tetapi para pekerja dan kereta pun harus bersih.
“Kita mau semua personal baik penumpang maupun pekerja higienis dan kebersihan menjadi spirit MRT Jakarta saat ini,” ujar William melalui zoom meeting Forum Jurnalis, Kamis (11/6/2020).
Dengan protokol Bangkit ini, William menambahkan, pihaknya bersama dengan Institute for Transportation and Development Policy atau ITDP melakukan integrasi dengan pejalan kaki atau pengguna sepeda. Selain protokol Bangkit, William mengatakan, di masa transisi sebelum new normal saat ini pun penumpang MRT Jakarta mengalami peningkatan meski masih ada pembatasan.
William menjelaskan, jumlah penumpang setelah 8 Juni 2020 ada sekitar 13 ribu penumpang per harinya dan bila perekonomian buka di pekan depan prediksi penumpang pun naik 16 ribu hingga 20 ribu per hari. William mengatakan, jika psbb transisi ini berhasil, maka semua kegiatan akan mulai kembali beroperasi dan akan ada prediksi penumpang per hari sekitar 60 ribu. Menurutnya untuk kembali ke angka 100 ribu per hari akan sulit sepanjang pembatasan penumpang berlaku.
“Kita tidak bisa mencapai 100 ribu, kereta MRT tidak akan menampung jumlah yang sama sebelum Covid-19,” kata William.
Tak hanya kebersihan, dalam protokol bangkit ini, seluruh penumpang dan petugas MRT Jakarta wajib menggunakan masker. Para penumpang juga harus berdiri di garis antrian yang sudah disediakan dan penumpang tak bisa menggunakan kartu Single Trip untuk sementara waktu.
“Kita siapkan jarak antrian tiap penumpang baik masuk ke gate maupun di peron. Jika ada penumpang yang tidak mematuhi, petugas akan memberitahu bahwa harus berada di jarak aman yang sudah dibuat,” jelas william.
Untuk memudahkan penumpang mengatur jarak sosial mereka, MRT Jakarta sudah membuatkan marka baik di stasiun maupun di dalam kereta sehingga ini bisa ditaati semua penumpang. William menambahkan, pihaknya juga menghimbau untuk semua penumpang tidak melakukan percakapan di dalam kereta baik telepon maupun langsung.
“Kita himbau penumpang tidak berbicara dalam kereta karena mereka hanya menggunakan masker kain sehingga percikan droplet ada kemungkinan masih bisa terkena penumpang lainnya. Untuk menghindari percakapan antar penumpang, maka ada jarak duduk antar penumpang dan yang berdiri akan menghadap ke arah tujuan kereta sehingga meminimalisir percakapan di dalam kereta,” jelasnya.
Dia menyebutkan, saat ini belum ada sanksi yang diterapkan bila ada penumpang yang berbicara satu dengan lainnya. William menambahkan, pihak MRT Jakarta sudah melakukan simulasi dengan marka-marka yang sudah ada baik di stasiun maupun di dalam kereta.
Untuk diketahui, saat ini MRT Jakarta sudah kembali mengoperasikan 14 rangkaian keretanya. Jam operasional pun berangsur normal dengan hari biasa atau weekday dari pukul 05.00 hingga 21.00 dengan headway lima menit di jam sibuk dan sepuluh menit di jam biasa. Sedangkan di hari libur atau weekend MRT Jakarta beroperasi pukul 06.00 sampai 20.00 dengan headway 20 menit.
Baca juga: Hadapi Dampak Covid-19, MRT Jakarta Siapkan Empat Skenario, Dari Moderat Hingga Buruk
“Karena weekend penumpang MRT Jakarta tidak penuh, maka kami buat headway lebih lama dibandingkan hari biasa. Mulai 8 Juni 2020, kebijakan kereta khusus wanita untuk sementara ditiadakan,” kata William.