Jembatan layang yang memuat lintasan MRT di kota Mexico City, Meksiko, runtuh pada Senin, (3/5/2021) malam waktu setempat, saat lalu lintas di bawahnya tengah ramai dilalui kendaraan. Sedikitnya, insiden itu menewaskan 23 orang dan melukai sedikitnya 70 orang. Angka tersebut bukan tak mungkin akan bertambah mengingat proses evakuasi masih berlangsung.
Baca juga: Inilah 10 Stasiun Bawah Tanah Terpadat di Dunia
Dalam video yang beredar, ada sekitar enam mobil yang berada tepat di titik runtuhnya jembatan. Beberapa mobil lainnya juga terlihat sedang melaju dalam kecepatan sedang di belakang titik reruntuhan jembatan.
Terlepas dari kecelakaan itu, seperti dikutip dari railway-technology.com, sebetulnya, Mexico City Metro atau MRT Meksiko merupakan sistem metro tersibuk kedelapan di dunia serta terbesar kedua di Amerika Utara setelah New York City dengan 195 stasiun yang memiliki jalur sepanjang 140 mil atau 225 km dengan total 12 line. Line ke-12, yang kemarin runtuh, diketahui baru rampung pada Oktober 2012 lalu.
Jumlah penumpang harian rata-rata MRT Meksiko adalah 3,86 juta penumpang. Pada 2010, MRT Meksiko bahkan melayani sekitar 1,41 miliar penumpang.
Kendati terbesar kedua di Amerika Utara dan tersibuk ke-8 di dunia, dilirik dari umurnya, jaringan MRT Meksiko bukan yang tertua dan baru mulai dibangun pada dekade 60an, tepatnya pada tahun 1967.
Sebagaimana MRT Jakarta, MRT Meksiko juga dibangun beberapa fase atau tahap. Tahap pertama pembangunan jalur 1, 2, dan 3 terjadi antara tahun 1967 dan 1972. Tahap kedua pembangunan jalur 4 dan 5, termasuk penambangan panjang line-3 MRT, menyusul pada 1977 dan 1982.
Tahap ketiga pembangunan jalur 6 dan 7 berlanjut pada tahun 1983 sampai 1985. Pada tahap ini, line 1, 2, dan 3 juga diperpanjang. Sayangnya, pembangunan fase ketiga sempat terganggu akibat gempa bumi besar di Meksiko pada tahun 1985.
Kendati demikian, fase keempat pembangunan line 9 MRT Meksiko berlanjut pada tahun 1986 sampai 1987. Ini termasuk perpanjangan jalur 6 dan 7. Tak lama setelah, fase kelima digenjot pada tahun 1988 sampai 1994 untuk pembangunan jalur A atau jalur 10 dan jalur 8.
Pembangunan MRT Meksiko kemudian berlanjut pada tahun 1993 sampai 2000 untuk membuat jalur B atau jalur 11. Tahap akhir atau tahap tujuh pembangunan baru berlanjut pada 2008 sampai 2012 dengan total 12 line atau jalur.
Seluruh fase pembangunan MRT Meksiko menelan total biaya US$1,8 miliar dengan rincian US$0,5 miliar didanai oleh pemerintah federal dan US$0,42 miliar didapat dari investor lokal.
Baca juga: Strategi Jendela Retak, Andalan Baru Cegah Vandalisme Di Kereta Bawah Tanah New York
Dari total 12 line, line 12 adalah yang terpajang dengan total 24 km, diikuti jalur 2 dengan 23,43 km, jalur 3 23,6 km, jalur 7 18,78 km, dan seterusnya, ditutup oleh jalur 4 dengan 10,74 km. Tetapi, panjang jalur tak berarti banyak stasiun. Dilihat dari jumlah stasiun, jalur 2 dengan 24 stasiun, diikuti jalur 3 dengan 21 stasiun, jalur 1 20 stasiun, dan seterusnya, diakhiri oleh jalur 10 diurutan paling buncit dengan delapan stasiun.
Tarif MRT Meksiko juga tergolong murah, hanya sekitar US$0.27 atau jauh di bawah tarif MRT Jakarta sebesar Rp 14 ribu.