Pada24 Maret mendatang uji coba publik MRT Jakarta akan berakhir, dan sejak itu layanan MRT pertama di Indonesia ini akan masuk masa komersialisasi, yaitu dengan penetapan tarif bagi penumpang. Meski 24 Maret tinggal beberapa hari lagi, namun tarif MRT belum juga ada kabar kepastian dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Padahal sebelumnya PT MRT Jakarta sudah mengajukan usul tarif per 10 kilometer sebesar Rp8500. Namun bagaimanakah tanggapan menteri keuangan dengan kisaran Rp8500-Rp10 ribu per sepuluh kilometernya?
Baca juga: Tunjang Integrasi MRT Jakarta, TransJakarta Buka 3 Rute Baru dari Dukuh Atas
Dikutip KabarPenumpang.com dari cnn.com (7/3/2019), menurut Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Indonesia, usulan tarif perjalanan MRT tersebut sebenarnya tak langsung bisa mengembalikan investasi total senilai Rp16 triliun yang sudah digelontorkan. Dia mengatakan nilai sebesar itu tidak akan kembali dalam bentuk tiket tetapi bisa dari sumber-sumber lainnya seperti kegiatan ekonomi yang muncul dengan kehadiran MRT.
“Kerja sama bisnis antara PT MRT Jakarta dengan perusahaan-perusahaan swasta yang menyewa ruang penjualan dan jasa iklan di stasiun. Selain itu, kegiatan ekonomi di sekitar stasiun MRT juga akan berkontribusi bagi ekonomi masyarakat sekitar hingga perekonomian Tanah Air. Tentu ini akan memperkuat investasi di infrastruktur dan berdampak positif bagi masyarakat,” ujarnya.
Meski tidak bisa mengembalikan dana investasi yang sudah digelontorkan, setidaknya besaran tarif tiket masih sesuai dengan kemampuan daya beli dan kehadirannya tidak membebani pengeluaran masyarakat.
“Apakah ini kemahalan? Tentu kami lihat dari berbagai aspek. Dari keseluruhan itu, tentu dari sisi biaya dan waktu akan hemat, juga kenyamanan serta daya beli masyarakat masih comparable,” jelas Sri Mulyani.
Kendati belum ada keputusan final dari Gubernur DKI Jakarta, bila dengan usulan Rp10 ribu per sepuluh kilometer, maka asumsi subsidi yang akan ditanggung Pemerintah Provinsi DKI sekitar Rp21.659 per penumpang. Bila ditotal pertahunnya maka subsidi yang ditanggung sebesar Rp338 miliar untuk Rp10 ribu per sepuluh kilometer, tetapi untuk Rp8500 per sepuluh kilometer maka akan mencapai Rp365 miliar per tahunnya.
Bisa dikatakan tarif tiket MRT Indonesia Rp8500-Rp10 ribu akan lebih murah dibandingkan dengan MRT Singapura. Sebab di Singapura sekali perjalanan bisa menghabiskan dua hingga tiga dolar Singapura.
Baca juga: Stiker Jadi Tanda Penumpang Peserta Uji Coba MRT Jakarta, Awas Jangan Kelewatan Waktu
Tarif tiket MRT Jakarta selain sangat terjangkau, fasilitas yang diberikan pun hampir serupa dengan yang ada di Singapura. Tak hanya itu, jalurnya pun nantinya akan terintegrasi dengan berbagai moda transportasi umum lainnya seperti TransJakarta, KRL dan LRT.