Thursday, June 27, 2024
HomeLaut"Java," Meluncur di Tahun 1811, Inilah Kapal Layar yang Bertahan Hingga era...

“Java,” Meluncur di Tahun 1811, Inilah Kapal Layar yang Bertahan Hingga era Perang Dunia II

Dikenal sebagai wilayah yang subur akan hasil pertanian dan rempah-rempahnya, nama Pulau Jawa sudah kondang sedari zaman pra kolonial. Saking populernya nama Jawa (Java), menjadikan nama tanah harapan bangsa kulit putih ini diabadikan sebagai nama kapal. Dan untuk pertama kalinya pada tahun 1811, British East India Company (EIC) meluncurkan kapal dagang yang diberi label Java. Kapal ini melakukan pelayaran dan perdagangan migran antara Inggris dan Australia hingga wilayah Timur Jauh.

Baca juga: Filipina Bangun Kapal Penumpang dengan Teknologi Trimaran untuk Kurangi Emisi Karbon

Yang unik, Java menjadi kapal raksasa batubara di Gibraltar sekitar tahun 1859 dan masih terus bertahan hingga era Perang Dunia II berlangsung. KabarPenumpang.com merangkum dari wikipedia.com, Java sendiri awalnya merupakan hadiah untuk petugas EIC dan digunakan sekelompok penumpang yang bepergian dari Cina ke Jawa untuk berlibur.

Suatu ketika, kapal Java ini tiba di Pulau Jawa dan diserang oleh penduduk setempat ketika orang-orang dari kapal tengah piknik dan membawa gadis muda. Kemudian salah satu petugas kapal tersebut memimpin sebuah kelompok bersenjata untuk menyelamatkan gadis tersebut.

Kapal Java sendiri sosoknya pertama kali diketahui publik di Lloyd’s Register, yaitu dua tahun setelah diluncurkan, tepatnya di tahun 1813. Kapal ini kemudian digunakan untuk berdagang di London dan India. Perawatan Java sendiri didaftarkan di Britania Raya pada 7 Oktober 1813.

Di antara tahun 1824 dan 1825, Java melakukan pelayaran berdasarkan hak istimewa ke EIC. Pemilik Java yang sudah membelinya tahun 1825, Joseph Hare menawarkan ke EIC untuk dicarter membawa teh dari Cina kembali ke Bengal. Kapten Thomas Driver berlayar dari Downs pada 26 Juli 1825.

Java sendiri kemudian berada di Sugor pada 3 januari 1826 dan kembali ke Inggris pada 13 Maret 1827. Lalu tahun 1828, Hare menjual Java ke Fairlie & Co. yang memiliki rute Calcutta dan London. Kemudian tahun 1836, Scott & Co. yang berbasis di London membeli Java.

Java kemudian di carter oleh pemerintah Australia Selatan untuk mengangkut migran dengan kapten Alexander Duthie. Java berlayar dari London dan Plymouth, Inggris pada Oktober 1839 dan tiba di Teluk St Vincent di luar Adelaide, Australia Selatan pada 6 Februari 1840.

Dari berbagai laporan Java saat itu mengangkut antara 30 hingga 50 penumpang termasuk 28 anak-anak yang meninggal karena penyakit, kekurangan gizi serta kelaparan selama perjalanan. Hal ini kemudian membuat perjalanan terseut menjadi subjek tinjauan Dewan Medis atas nama Komisaris Australia Selatan yang menemukan bahwa Duffie dan petugas medis telah memperlakukan penumpang dengan buruk dan memerintahkan agar Scott & Co. tidak dibayar.

Tahun 1841, java kembali pindah tangan ke Joseph Somes di London. Dia mencarter ke pemerintah Inggris sebagai transportasi untuk mengangkut pasukan yang mengunjungi Amerika Utara, Hindia Barat, Afrika Selatan dan Selandia Baru.

Baca juga: Sebulan Pasca Musibah KM Sinar Bangun, KNKT Rilis Rekomendasi Keselamatan Pelayaran

Pada tahun 1939 pemiliknya menjual Java seharga £500 kepada ‘pemecah’ kapal Genoa, Giuseppe Riccardi dari Sampierdarena. Dia menariknya ke Genoa pada 26 Juli 1939 karena putus. Pada 20 September 1940, AL Italia menghancurkan kapal ini dengan ranjau limpet dalam latihan. Bisa dikatakan Java adalah satu-satunya kapal yang pernah dipekerjakan oleh EIC sampai era Perang Dunia II.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru