Kereta berkecepatan tinggi atau High-speed Rail (HSR) rencananya akan dibangun dari Kuala Lumpur (KL) ke Bangkok yang memiliki jarak 1.473,5 km. Namun hal ini menurut konsultan transportasi, akan menyulitkan untuk menarik partisipasi sektor swasta karena biaya astronomi. Selain itu juga jaraknya lebih jauh dibandingkan Kuala Lumpur ke Singapura.
Baca juga: Thailand Bangun Jalur High Speed Rail dari Bangkok ke Pattaya
Konsultan Transportasi YS Chan mengatakan, tidak mengherankan jika studi menemukan HSR KL-Bangkok akan layak pada tahun 2040 jika layanan diperluas ke Singapura. Dia menjelaskan, bagaimanapun Thailand akan mendapat banyak dari ini karena sebagian besar trek dan stasiun berada di wilayah Negeri Gajah Putih itu. Chan menjelaskan, bahwa dengan itu maka akan menguntungkan penduduk setempat seperti halnya Malaysia dengan HSR dari KL ke Singapura.
“Akan lebih masuk akal jika Thailand memulai studi kelayakan dan mendatangkan Cina, yang dapat menyediakan pendanaan, konstruksi, operasi, dan volume penumpang yang lebih besar dari Cina ke Thailand, Malaysia, dan Singapura, serta proyek besar-besaran dengan basis bagi hasil. tanpa tiga negara Asean menanggung risiko keuangan,” kata Chan yang dikutip KabarPenumpang.com dari themalaysianreserve.com (16/3/2022).
Malaysia dan Thailand pada 26 Februari lalu telah sepakat untuk melakukan studi kelayakan untuk rute HSR antara KL dan Bangkok. Pada hari Senin (14/3/2022), Menteri Perhubungan Datuk Seri Dr Wee Ka Siong mengatakan bahwa Kementerian Perhubungan juga sedang mempertimbangkan studi kelayakan pada HSR KL-Bangkok.
Kementerian telah ditugaskan untuk memulai diskusi dengan pemerintah Singapura tentang proyek KL-Singapore HSR dan pembicaraan itu masih dalam tahap awal. Menurut Chan, sudah ada rel kereta api dari Bangkok ke Singapura dan tidak perlu ada rel lagi hanya untuk menampung kereta berkecepatan tinggi.
“Kereta listrik melaju kencang dari Gemas, Negri Sembilan, ke Padang Besar di Perlis, di perbatasan Thailand hingga 140 kpj dan sedang diperpanjang ke Singapura dan bisa juga ke Bangkok. Memiliki jalur HSR tambahan akan melumpuhkan lalu lintas penumpang, membuat kedua layanan gagal. Dan ketiga kota tersebut dilayani dengan baik melalui udara dengan Bangkok dan Singapura sebagai hub penerbangan utama,” tambahnya.
Sementara itu, CEO Center for Market Education Dr Carmelo Ferlito berpendapat bahwa proyek tersebut harus mengalihkan fokusnya dari koneksi KL-Singapura ke seluruh jalur Penang-KL-Johor Baru, termasuk hub utama lainnya dan menciptakan titik kontak untuk jalur timur-barat. Dia mengatakan proyek akan lebih berhasil jika bertujuan untuk memasukkan Singapura di selatan dan Thailand di utara, pada saat yang sama membuka pintu untuk sistem logistik modern dan terintegrasi untuk seluruh wilayah.
“Malaysia perlu memikirkan kembali seluruh koneksi utara-selatannya dan memindahkan lalu lintas orang dan barang dari jalan raya ke kereta api. Malaysia dapat menerapkan kereta api berkecepatan tinggi utara-selatan yang sukses untuk penumpang dan kargo dengan semua perbedaan yang ada, menciptakan peluang untuk pembangunan ekonomi dan pada saat yang sama mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh mobil, bus, dan truk,” kata Ferlito.
Baca juga: Lagi-Lagi Proyek High-Speed Rail Malaysia dan Singapura Ditangguhkan
Ferlito mengatakan proyek tersebut tidak boleh hanya dibiayai oleh pemerintah agar berkelanjutan secara ekonomi, yang membutuhkan kecepatan pembangunan yang sehat dan ambisius yang perlu dipertahankan secara eksklusif. Sementara itu, dekan Institut Studi Pascasarjana Universitas Sains dan Teknologi Malaysia Dr Geoffrey Williams mengatakan proyek ini akan menguntungkan perdagangan dan pariwisata hanya jika itu menambah arus perdagangan yang ada daripada menggusur perdagangan dari opsi transportasi dan logistik yang ada.