Siapa yang tidak kenal Bajaj? Salah sarana transportasi yang sudah menjadi identitas Jakarta ini masih sering kita temui berkeliaran di jalan-jalan di Ibu Kota. Moda transportasi yang namanya semakin melambung sejak diangkat menjadi salah satu sitkom di TV swasta ini masih memiliki banyak peminat. Meski telah menjadi ikon transportasi Jakarta, publik pun sudah mahfum bahwa Bajaj aslinya bukan dari Indonesia, melainkan dari India.
Baca Juga: Jajal Tuk Tuk, “Bajaj” dengan Argometer di Bangalore, India
Layaknya perusahaan besar lain yang mencantumkan nama sang pendiri sebagai nama dari produk yang mereka produksi, seperti Ford yang didirikan oleh Henry Ford, Bajaj Group pun diambil dari nama pendirinya, yaitu Jamnalal Bajaj. Jadi, nama Bajaj sendiri sudah mengalami pergeseran makna ketika mereka pertama kali masuk ke Indonesia pada periode tahun 70-an. Selain dikenal sebagai founder dari Bajaj Auto, Jamnalal yang lahir pada 4 November 1889 ini dikenal juga sebagai seorang industrialis dan salah satu pejuang kemerdekaan India.
Berdasarkan catatan sejarah, Jamnalal terlahir dari pasangan Kaniram dan Birdibai di sebuah desa kecil bernama Kashi Ka Bas, Rajasthan. Anak ketiga dari pasangan tersebut diketahui sebagai rekan dekat dan pengikut dari ajaran Mahatma Gandhi. Kedekatan yang terjalin diantara keduanya lalu mendorong Gandhi untuk mengadopsinya sebagai anak. Di usianya yang menginjak 37 tahun, Jamnalal lalu mendirikan perusahaan bernama Bajaj Group yang di dalamnya terdiri dari beberapa perusahaan, seperti Mukand Ltd., Bajaj Electricals Ltd., dan Bajaj Hindusthan Ltd.
Dihimpun KabarPenumpang.com dari laman Wikipedia.com, hingga kini Bajaj Group memiliki total 24 perusahaan, dimana enam diantaranya masuk dalam jajaran perusahaan yang terdaftar. Sementara itu, salah satu perusahaan yang tergabung dalam Bajaj Group, yaitu Bajaj Auto kini dijalankan oleh salah satu cucu dari Jamnalal, Rahul Bajaj. Sayangnya, hanya 16 tahun Jamnalal bisa merasakan kejayaan dari perusahaan yang ia dirikan, karena pada 11 Februari 1942, ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Di Jakarta sendiri, bajaj mulai beroperasi di masa kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin. Tepatnya pada tahun 1975, Bajaj dengan mesin dua tak mulai diimpor dari India dan dititahkan untuk beroperasi di Ibu Kota untuk menggantikan peran dari becak yang dianggap sudah tidak kompeten untuk mengatasi masalah kemacetan yang ada. Selain itu, Ali Sadikin juga bertujuan untuk memodernisasi Jakarta dengan menghadirkan moda beroda tiga ini.
Secara keseluruhan, Bajaj di Jakarta terbagi menjadi dua jenis, yaitu Bajaj berwarna orange dan biru. Bajaj berwarna orange bisa dibilang sebagai generasi pertama moda ini, dimana masih menggunakan bensin dua tak sebagi bahan bakarnya. Sedangkan Bajaj berwarna biru merupakan bentuk peremajaan dari bajaj orange, dimana moda ini sudah menggunakan bahan bakar gas sebagai tenaga penggeraknya.
Baca Juga: Bemo Tereliminasi, Bajaj Qute Jadi Solusi
Kecepatan normal Bajaj adalah 40 km per jam dengan kecepatan maksimal mencapai 70 km per jam. Sebagai informasi tambahan, pada tahun 2005 silam, pernah dimunculkan kendaraan bernama Kancil untuk menggantikan bajaj namun tidak terlalu populer di masyarakat. Tercatat hingga Oktober 2014, ada sekitar 14.000 unit bajaj yang beroperasi di Jakarta dengan 8.000 unit di antaranya adalah bajaj orange.
Ternyata, tidak hanya di Indonesia, beberapa negara lain di berbagai belahan dunia juga menggunakan bajaj sebagai salah satu moda transportasinya, tentu saja dengan nama sebutannya masing-masing. Sebut saja Thailand, Peru, Sri Lanka, Ethiopia, India, Tiongkok, Kuba, hingga Inggris diketahui juga mengoperasikan kendaraan ini.