Banyak stasiun di Indonesia yang dibangun masa penjajahan Kolonial Belanda dan salah satunya adalah Stasiun Padalarang. Stasiun yang terletak di Bandung Barat ini tepatnya berada di Jalan Cihaliwung, Kertajaya, Padalarang. Memiliki ketinggian +695 mdpl, Stasiun Padalarang termasuk stasiun kelas I dan masuk dalam Daerah Operasional (Daop) 2 Bandung.
Baca juga: Bolak Balik di Tutup, Stasiun Purworejo Kini Jadi Cagar Budaya
Stasiun ini memiliki lima jalur kerera api dengan jalur 2 dan 3 sebagai sepur lurus serta jalur 5 yang memiliki fasilitas bongkar muat batu balast/kricak. Stasiun Padalarang sendiri saat ini juga menjadi Bangunan Cagar Budaya yang sudah berumur sekitar 136 tahun.
Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai laman sumber, meski sudah dibangun lebih dari satu abad, Stasiun Padalarang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Bangunan stasiun ini memiliki gaya hindies dan menggunakan kayu jati sebagai bahan utamanya.
Stasiun Padalarang dibangun bersamaan dengan jalur kereta api tahap ketiga yang menghubungkan Cianjur dan Bandung pada 1884 dan dibangun oleh perusahaan kereta api Staatspoorwagen. Ternyata stasiun ini memiliki beberapa kisah yang jarang terumbar diumum yakni adanya jalur menuju pabrik Kertas Padalarang.
Sebab dahulu stasiun ini diyakini digunakan sebagai tempat singgah kereta api pengangkut merang yang merupakan bahan pembuatan uang kertas Indonesia kala itu. Meski memiliki bangunan tua, sejak 6 April 1999, stasiun ini sudah menggunakan persinyalan elektrik produksi Alstom.
Di sebelah utara stasiun ini sedang dilaksanakan proyek pembangunan jalur kereta kecepatan tinggi rute Jakarta–Bandung yang diprakarsai oleh PT Kereta Cepat Indonesia–China (KCIC). Beserta proyek tersebut stasiun Padalarang akan dibangun kembali untuk melayani transfer penumpang antara kereta cepat dengan layanan kereta api konvensional.
Stasiun ini mulai beroperasi penuh pada tanggal 17 Mei 1884, bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api segmen Cianjur–Padalarang–Bandung. Pada awalnya, Stasiun Padarang menjadi titik persinggahan kereta api rute Jakarta–Bandung via Bogor–Sukabumi–Cianjur.
Semenjak pengoperasian jalur baru Cikampek–Padalarang pada tahun 1906, stasiun ini mulai melayani kereta api dari Purwakarta. Pengoperasian kereta api di jalur tersebut telah terbukti mampu memangkas perjalanan kereta api Jakarta–Bandung dan menjadi unggulan SS.
Kereta ini pun diberi nama Vlugge, menggambarkan keandalan dan ketangguhan kereta api ini menantang medan terjal di jalur tersebut. Stasiun ini menjadi salah satu titik pergantian lokomotif uap karena adanya peralihan medan terjal berkelok-kelok dengan medan datar di segmen Padalarang–Bandung. Titik pergantian lokomotif lainnya juga ada di Stasiun Purwakarta.
Baca juga: Terkenal Karena Didi Kempot, Inilah Jejak Sejarah Stasiun Solo Balapan
Pada tanggal 7 Maret 1942, pukul 18.00, stasiun ini pernah dibom jalurnya oleh Jepang sehingga kereta api tidak dapat lewat. Salah seorang Belanda bernama J.C. Bijkerk menuturkan dalam kisahnya bahwa begitu jalur tersebut dibom, distribusi makanan ke Padalarang bagi warga dan tentara KNIL menjadi terganggu.