Landing gear atau roda pendaratan menjadi salah satu komponen paling penting pada pesawat terbang, baik saat di darat maupun di udara, sebelum lepas landas, ketika lepas landas dan turun landas, sampai mendarat dengan sempurna di runway.
Baca juga: Mengapa Main Landing Gear Boeing 737 Dibiarkan Terbuka dan Terlihat? Ini Jawabannya
Secara definitif, roda pendaratan berfungsi untuk menyerap tenaga pendaratan serta mencegah badan pesawat menghantam tanah. Fungsi tersebut dijalankan setidaknya oleh dua cara, pertama penyangga roda pendaratan utama yang memiliki sistem peredam kejut (shock struts). Kedua, landing force yang menyebar ke seluruh roda.
Di masa lalu, sistem landing gear belum menggunakan peredam kejut. Masih sangat sederhana sekali menggunakan rigid struts suspensi rendah teknologi yang membuat pendaratan jadi kasar dan keras. Seiring berjalannya waktu, landing gear pesawat mulai menggunakan spring steel struts, berlanjut ke bungee cords, dan barulah menggunakan shock struts.
Dengan menggunakan nitrogen dan cairan hidrolik, sistem pegas yang ‘tersaji’ pada shock struts akan mampu meminimalisir daya kejut ketika pesawat mendarat secara signifikan – setidaknya jauh lebih halus dari tiga varian di atas.
Daya kejut yang dihasilkan ketika pesawat touchdown akan senantiasa tereduksi dengan hadirnya dua silinder yang akan meminimalisir efek kejut.
Pada pesawat kecil, tentu landing gear hanya menggunakan tiga roda. Pada pesawat narrowbody dengan konfigurasi 2-2, biasanya empat roda di setiap sisi dan satu di depan. Sedangkan pada pesawat widebody, seperti Boeing 777 menggunakan masing-masing tiga roda pendaratan.
Adapun pada pesawat yang lebih besar seperti A340, A380, Boeing 747, menggunakan total lima roda pendaratan. Terbanyak tentu dipegang oleh Antonov An-225 dengan total tujuh roda pendaratan atau total 28 roda di sisi kanan dan kiri pesawat.
Momen paling krusial landing gear tentu saat lepas landas dan mendarat. Ketika lepas landas gesekan kuat membuat tekanan pada landing gear begitu kuat. Roda pendaratan kemudian menggantung selama cruising dan masuk ke dalam kompartemen di lambung pesawat.
Sampai di sini, seperti dikutip dari Simple Flying, tidak semua roda pendaratan disimpan sempurna di badan pesawat. Salah satunya Boeing 737. Main landing gear pesawat ini memang tetap melipat ke dalam badan pesawat, namun, dibiarkan terbuka dan terlihat.
Anehnya, saat dilipat, struts roda pendaratan utamanya tertutup cover dan menyisakan roda pendaratan yang terbuka. Lebih aneh lagi, nose landing gear atau landing gear bagian depan Boeing 737 tidak demikian. Ia melipat dan tertutup oleh cover atau sejenis pintu hingga tak terlihat.
Baca juga: Intip Cara Qantas Rawat Komponen Landing Gear System Tanpa Harus Terbang
Selama di udara, praktis landing gear tidak bekerja apa-apa sampai ketika hendak mendarat. Di sini, landing gear biasanya akan dikeluarkan pilot beberapa mil sebelum mendekati bandara.
Landing gear kemudian touch down, meredam efek kejut dari badan pesawat dengan suspensi khusus yang disebar ke seluruh roda pendaratan. Pada titik ini prosesnya amat krusial. Salah sedikit, roda pendaratan bisa saja meledak dan membuat pendaratan menjadi horor.