Sudah bukan rahasia bahwa keluarga pesawat Boeing 737 menjadi pilihan favorit maskapai di seluruh dunia, utamanya maskapai berbiaya hemat atau LCC (low cost carrier). Saking banyaknya maskapai yang mengoperasikan Boeing 737, pada 27 Januari 2002 silam, pesawat itu didapuk menjadi pesawat pertama di dunia yang mampu cetak 100 juta lebih jam terbang.
Baca juga: Berapa Banyak Pesawat Boeing 737 All Series yang Masih Terbang dan dalam Pesanan?
Dari puluhan atau mungkin ratusan maskapai LCC yang ketergantungan dengan Boeing 737, Flair Airlines mungkin jadi salah satunya.
Belum lama ini, maskapai asal Kanada tersebut untuk pertama kalinya menerbangkan armada Boeing 737 MAX miliknya. MAX diplot sebagai pengganti saudaranya yang sudah tua, Boeing 737-800. Di sela-sela momen tersebut, presiden maskapai, Charles Duncan, juga membeberkan alasan pihaknya memilih Boeing 737.
Menurutnya, Flair Airlines -mungkin juga maskapai lain- memilih Boeing 737 karena reliability, availability, dan harga. Tiga itu menjadi kunci dan pembeda dibanding pesawat lainnya.
Tak cukup sampai di situ, efisiensi juga menjadi jawaban mengapa pihaknya mendatangkan keluarga Boeing 737 terbaru, Boeing 737 MAX.
Menurut Presiden dan CEO Flair Airlines, Stephen Jones, efisiensi pesawat mendorong turunnya biaya operasional (bisa sampai 10 juta dolar selama masa pakai pesawat) dan pada akhirnya memicu turunnya harga tiket.
Tiket murah tentu menjadi strategi bisnis utama maskapai LCC. Harapannya, akan lebih banyak penumpang yang terbang dengan maskapai. Dengan begitu, perputaran bisnisnya menjadi lebih cepat dan menguntungkan.
Tingkat kenyamanan juga menjadi faktor penentu mengapa keluarga Boeing 737 MAX diminati maskapai LCC. Disebutkan, dengan kemampuan memangkas emisi CO2 sebesar 14 persen dan tingkat kebisingan sampai 50 persen, sambil menawarkan tiket murah, praktis itu akan membantu maskapai untuk menjaring lebih banyak penumpang.
“Pertama dan terpenting, harus ada bisnis, dan kita berbicara tentang pesawat yang 15 hingga 20 persen lebih efisien daripada pesawat yang digantikannya, jadi nilai penggantian pesawat yang efisien ini sangat besar,” kata Hulst kepada Simple Flying.
“Ketika Anda melihat sedikit lebih lama, kami berjanji sebagai perusahaan bahwa semua pesawat kami pada tahun 2030 akan mampu 100 persen menggunakan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF),” tambahnya.
Baca juga: Air Serbia Operasikan Boeing 737-300 Selama 36 Tahun, Bagaimana Bisa?
“Jadi, itu adalah pilar utama lain dari strategi keberlanjutan kami. Selebihnya, bagaimana kita bisa bekerja sama dengan industri untuk membuat operasi pesawat lebih efisien? Dan akhirnya, pandangan kami adalah inovasi apa, teknologi apa yang bisa kami bawa ke pasar untuk produk masa depan? Jadi semua hal itu bersama-sama akan membantu industri menjadi netral karbon,” lanjutnya.
Kendati begitu, tak sedikit maskapai LCC di dunia yang justru jatuh hati ke pesawat kompetitor Boeing 737, yakni Airbus A320, seperti Wizz Air, easyJet, AirAsia, dan lain sebagainya.