Dari mulai L300, beragam truk, hingga Pajero Sports, hampir tidak ada orang yang meragukan kualitas produk Mitsubishi. Sejak ditemukan pada 1870 atau sekitar 147 tahun yang lalu, tentunya perusahaan ini sudah banyak sekali memakan asam garam dalam memproduksi bermacam kendaraan. Lalu, kira-kira siapa ya pendiri perusahaan ini? Kalau dilihat dari nama perusahaannya sih, kemungkinan besar yang merintis usaha ini pertama kali adalah orang Jepang, benar tidak ya?
Baca Juga: Joseph Armand Bombardier – Ketika Minat, Bakat, dan Kegigihan Membuahkan Hasil Manis
Perkenalkan, Iwasaki Yatarō, pria kelahiran 9 Januari 1835 ini merupakan founder dari perusahaan multinasional yang kini sudah merangkul beberapa anak perusahaan dan mengganti namanya menjadi Mitsubishi Group. Iwasaki terlahir dari keluarga petani di Aki, provinsi Tosa, dimana kondisi keluarganya bisa dibilang kurang mampu. Terbukti bahwa ia merupakan cicit dari seorang pria yang telah menjual status samurai yang melekat di keluarganya untuk membayar hutang. Iwasaki memulai karirnya sebagai pegawai di klan Tosa, yang disinyalir klan ini memiliki beragam kepentingan bisnis yang tersebar luas di hampir seluruh wilayah di Jepang.
Ketika menginjak usia 19 tahun, Iwasaki memilih untuk bertolak menuju Edo atau yang kini dikenal dengan Tokyo untuk mengenyam bangku pendidikan. Sayangnya, setahun berselang ia terpaksa untuk berhenti sekolah sementara dan kembali ke kampung halamannya mengingat kondisi ayahnya yang terluka parah setelah terlibat perselisihan dengan kepala desa.
Sudah jatuh, terimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini cocok untuk menggambarkan situasi yang dialami Iwasaki kala itu. Ketika ia tengah berusaha untuk menuntaskan kasus ayahnya, pihak pengadilan justru lebih berpihak pada sang kepala desa, dan malah menuduh Iwasaki telah melakukan tindak korupsi. Sedihnya, bukan keadilan yang di dapat, melainkan Iwasaki terpaksa mendekap di balik jeruji besi selama tujuh bulan atas tuduhan tersebut. Selepas masa kurungan, Iwasaki berencana untuk memutihkan status mantan narapidananya terlebih dahulu sebelum akhirnya kembali bekerja sebagai guru.
Sekembalinya Iwasaki ke Edo, ia lalu bersosialisasi dengan para aktivis politik dan belajar di bawah asuhan seorang reformis bernama Yoshida Toyo, yang akhirnya sedikit banyak memengaruhi pola pikir Iwasaki. Sejak menerima banyak ilmu dari Yoshida, gagasannya pun mengerucut untuk membuka dan mengembangkan industri lokal Jepang yang kala itu tertutup oleh industri dan perdagangan luar negeri. Tidak hanya itu, Yoshida juga berperan dalam kembali diangkatnya Iwasaki sebagai pegawai pemerintahan di Tosa hingga ia berhasil membeli kembali status samurai yang pernah digadaikan oleh keluarganya ketika ia masih kecil.
Sejurus kemudian, ia dipromosikan ke posisi puncak di kantor perdagangan klan Tosa di Nagasaki, dan Iwasaki bertanggung jawab untuk mengurus pertukaran minyak kapur barus dan kertas dengan kapal, senjata, dan amunisi.
Meledaknya Restorasi Meiji pada tahun 1868 memaksa Iwasaki hengkang ke Osaka untuk menyewakan hak perdagangan untuk klan Tsakio Trading Company milik Tosa. Lima tahun berselang, perusahaan yang dipegang oleh Iwasaki berganti nama menjadi Mitsubishi. Nama tersebut dipilih karena memiliki etimologinya sendiri. Mitsu artinya tiga ; sedangkan Bishi, sering digunakan dalam bahasa Jepang untuk mengganti kata berlian. Maka tidak heran jika lambing Mitsubishi bergambarkan tiga berlian.
Periode 1874 hingga 1875, Iwasaki dan perusahaan tengah fokus terhadap perintah dari pemerintah Jepang yang memintanya untuk bisa mengatasi masalah transportasi para serdadu Jepang dan pengangkutan senjata. Mitsubishi menerima sejumlah kapal pada tahun 1875 pasca Japanese Expedition yang bergulir sejak 1874. Hal tersebut menguatkan hubungan yang dijalin oleh Mitsubishi dan pemeritah Jepang sendiri. Sebagai rasa terima kasih, perusahaan yang dikomandoi oleh Iwasaki tersebut terjun langsung untuk memfasilitasi dan membawa pasukan Jepang memenangi Satsuma Rebellion di tahun 1877.
Sejak saat itu, Iwasaki yang berada di balik otak perusahaan Mitsubishi turut tumbuh berkembang seiring transformasi Jepang menuju negara modern. Lepas saat itu, Iwasaki lalu berinvestasi di sektor pertambangan, perbaikan kapal, dan keuangan. Pada tahun 1884, Mitsubishi berpeluang untuk membuat kapal dalam skala besar setelah Iwasaki menandatangani kontrak kerja sama dengan Nagasaki Shipyard.
Di usianya yang menginjak 50 tahun, Iwasaki dipaksa kembali untuk pulang, bukan ke kampung halamannya melainkan ke hadapan Sang Pencipta pada 7 Februari 1885. Ia harus menyerah pada penyakit kanker lambung yang kian hari kian menggerogoti tubuhnya. Mitsubishi pun diambil alih oleh saudara laki-lakinya, yang kemudian diambil alih oleh Hisaya, anak dari Iwasaki.
Arigatō gozaimashita, Iwasaki!