Boeing 737 MAX tak lama lagi akan memulai lembaran baru. Kejelasan itu didapat setelah regulator penerbangan sipil Amerika Serikat (FAA), belum lama ini, resmi mencabut larangan terbang untuk 737 MAX. Sayangnya, diizinkan kembali terbangnya MAX tidak disambut baik oleh maskapai penerbangan, pramugari, dan penumpang.
Baca juga: Kapten Sully Kritik Habis Boeing 737 MAX, Crew Alerting System dan Sensor Ketiga AoA Jadi Sorotan
Dilansir The New York Times, baik maskapai, pramugari, maupun penumpang disebut ragu. Penyebabnya, apalagi kalau bukan kecelakaan Boeing 737 MAX Lion Air dan Ethiopian Airlines yang menewaskan total 346 orang.
Berbagai maskapai di dunia mengaku masih wait and see menyikapi pencabutan larangan terbang Boeing 737 MAX. Maskapai United Airlines, berencana baru akan menerbangkan pesawat dengan penjualan tercepat dalam sejarah Boeing itu pada kuartal II 2021, menunggu lebih dari 1.000 jam penerbangan, pelatihan ulang (pilot), dan hasil uji terbang mandiri oleh internal maskapai.
Southwest Airlines, sang operator Boeing 737 MAX terbesar di dunia, menyatakan tidak berencana menggunakan pesawat itu hingga pertengahan 2021. Tak hanya itu, seluruh pimpinan maskapai akan lebih dahulu menjajal keamanan pesawat sampai berkali-kali terlebih dahulu, sebelum mulai mengangkut penumpang. Strategi itu ditempuh sebagai salah satu cara meyakinkan penumpang bahwa pesawat sudah aman.
Alaska Airlines, yang baru akan kedatangan MAX pada awal tahun depan, berencana baru akan menerbangkan MAX di bulan Maret. Bahkan, Delta Airlines, salah satu maskapai terbesar AS, sudah bulat memutuskan tidak lagi terbang dengan Boeing 737 MAX. Maskapai dari Eropa, Brasil, Kanada, dan Cina, juga dipastikan belum akan terbang dalam waktu dekat sampai regulator penerbangan sipil mereka menyatakan aman.
Dengan keadaan di atas, dimana banyak maskapai ragu terbangkan MAX, American Airlines besar kemungkinan menjadi maskapai pertama di dunia yang menerbangkan kembali Boeing 737 MAX pasca pencabutan larangan terbang. Maskapai berencana menerbangankan MAX mulai 29 Desember 2020 hingga 4 Januari 2021, menghubungkan Bandara Internasional Miami dan Bandara La Guardia di New York dengan menggunakan sekitar 36 armada MAX.
Selain maskapai, pramugari pun turut ragu untuk kembali terbang bersama Boeing 737 MAX. Dalam sebuah artikel lansiran Time, Asosiasi Pramugari Profesional (APFA) menyebut beberapa pramugari American Airlines enggan terbang dalam waktu dekat.
Menyikapi hal itu, APFA akan mempelajari laporan Boeing, FAA, serta pendapat dari maskapai, pilot, dan pihak lainnya terlebih dahulu sebelum memutuskan terbang kembali dengan MAX. Senada dengan pramugari, disebutkan, penumpang juga ragu untuk terbang bersama MAX.
Terlepas dari hal itu, kepala FAA, Stephen Dickson, percaya bahwa Boeing sudah mengakomodir seluruh masukan dari regulator. Ia pun dengan sangat percaya diri menyebut, “Saya 100 persen nyaman dengan keluarga saya terbang di atasnya.” Di samping itu, pihaknya juga sudah bekerja dengan teliti untuk memastikan Boeing 737 MAX aman sebelum akhirnya diputuskan mencabut larangan terbang.
Demikian juga dengan The Air Line Pilots Association International atau Asosiasi Pilot Internasional (ALPA). Asosiasi yang mewakili hampir 60 ribu pilot di Amerika Utara itu mengaku yakin dan percaya kepada teknisi yang bekerja. Secara tidak langsung, ALPA siap untuk menerbangkan MAX.
Baca juga: Boeing Rayu Maskapai Agar Beli Ratusan 737 MAX yang Batal Terjual
Meski keamanannya diragukan dan kehilangan kepercayaan dari maskapai, pramugari, dan penumpang, namun, analisis dari para pakar menyebut hal itu tak akan lama. Sejarah pun membuktikannya. Pada 2013 lalu, Boeing 787 Dreamliner sempat dilarang terbang selama empat bulan akibat sejumlah insiden. Tak sedikit penumpang yang menyatakan takut naik pesawat itu. Pun demikian dengan maskapai dan pramugari.
Seiring berjalannya waktu, dengan pembuktian dan berbagai campaign, pada akhirnya Boieng 787 Dreamliner berhasil mendapat kembali kepercayaan mereka, bahkan menjadi salah satu pesawat widebody twin jet favorit di dunia, bersaing dengan Airbus A350.