Akibat anjloknya frekuensi penerbangan, Qantas mau tak mau banyak armadanya dalam jangka waktu yang tak sebentar. Meski demikian, pesawat tetap butuh mendapat perawatan rutin agar tetap dalam kondisi prima saat kembali ke layanan. Salah satunya perawatan landing gear system pesawat.
Baca juga: Belakangan Pesawat Kerap Bermasalah pada Roda Pendarat, Ada Apa?
Biasanya, untuk menguji landing gear system atau ban pesawat, secara berkala, pesawat didorong dengan wahana aircraft tug ke sekitaran apron untuk mencegah korosi hingga disfungsi ban. Tak hanya ban, landing gear swing pada pesawat juga harus dicek. Proses ini pada umumnya menuntut pesawat untuk melakukan penerbangan singkat di langit sekeliling bandara untuk menjaga kondisi landing gear swing sambil ‘memanaskan’ mesin. Namun, Qantas memiliki teknik pengujian lain terkait hal ini (landing gear swing).
Dikutip dari Simple Flying, tak sesulit yang dibayangkan, rupanya, teknik pengujian atau pemeliharan landing gear swing pesawat tanpa harus terbang, prosesnya hampir mirip dengan proses pemerliharaan pada ban mobil. Mula-mula, pesawat diangkat sekitar satu meter dengan super storng jack pesawat (sejenis hidraulik atau dongkrak).
Setidaknya, butuh sekitar empat super storng jack yang tersebar di empat titik, belakang, kedua sayap (dekat mesin), dan di bagian depan (tak jauh dari landing gear box). Sebelum mulai diangkat, terlebih dahulu dipasang semacam pelindung agar bagian super storng jack tak langsung mengenai permukaan pesawat, untuk menghindari risiko lecet atau lebih dari itu.
Setelah pesawat terangkat, petugas maintenance operations di fasilitas Roo Tales, di Melbourne, Australia, mulai menguji landing gear swing dan komponen landing gear system lainnya. Proses ini dilakukan berkali-kali, untuk memastikan komponen pendaratan itu berada dalam kondisi prima. Setelah dirasa cukup, pesawat kemudian diturunkan kembali dan petugas menguji pesawat lainnya dengan teknik serupa.
Sebetulnya, teknik pengujian landing gear swing tanpa harus menerbangkan pesawat sudah banyak dilakukan oleh maskapai-maskapai di dunia, khususnya mereka yang mempunyai fasilitas perawatan sendiri, seperti Lufthansa, Virgin Atlantic, dan lainnya.
Landing gear system dalam mendukung keselamatan dan keamanan penerbangan memang tak kalah vital dibanding dengan fitur lainnya. Bahkan, beberapa bulan lalu, secara bertahap, banyak kasus terjadi berkenaan dengan landing gear system.
Jumat, 28 Februari lalu, maskapai Pakistan International Airlines (PIA) memutuskan untuk balik kanan atau return to base saat baru lepas landas dari Bandara Internasional Dubai dalam perjalanan menuju Lahore, Pakistan. Setelah mendarat, diketahui, pesawat memiliki masalah dengan bagian pintu landing gear yang tak mau menutup.
Pada 16 Februari, pendaratan Virgin Australia Boeing 777 di Los Angeles tak berjalan mulus akibat adanya masalah dengan sistem hidraulik di salah satu roda pendaratan yang tidak dipasang dengan benar. Akibatnya, asap terlihat keluar dari pesawat yang disebabkan oleh gesekan pada rem roda ketika pesawat meluncur di landasan.
Baca juga: Berkaca dari Insiden Garuda Indonesia di Biak, Mengapa Ban Pesawat Bisa Meledak?
Pada 7 Februari, pesawat Icelandair Boeing 757-200 yang terbang dari Berlin Tegel (Jerman) ke Keflavik (Islandia) mengalami kerusakan roda pendaratan utama saat tiba di Bandara Internasional Keflavik. Beruntung, tidak sampai memakan korban jiwa ataupun luka.
Kemudian, pada 3 Februari, pesawat Air Canada harus kembali ke Madrid karena memiliki masalah dengan roda pendaratan. Laporan awal menyatakan bahwa bagian dari roda pendaratan Boeing 767, rute Madrid-Toronto, lepas dan jatuh ke mesin. Hal tersebut kemudian, oleh maskapai, dikonfirmasi bahwa insiden tersebut diakibatkan pesawat mengalami pecah ban dan serpihannya masuk ke mesin.