Dunia penerbangan terus berkembang pesat. Saat ini, sebelum adanya virus corona atau COVID-19, setiap tahunnya, ada sekitar 4,5 miliar perjalanan pesawat komersial, dengan total pergerakan 64 juta metrik ton kargo, serta menopang sekitar sepertiga dari perdagangan global. Tak hanya itu, penerbangan juga menopang 65 juta pekerjaan di seluruh dunia.
Baca juga: Lima Alternatif Pengganti Bahan Bakar Fosil Pesawat di Masa Depan, Nomor Dua Aneh!
Meski demikian, memang ada harga mahal yang harus dibayar dari pesatnya perkembangan di dunia penerbangan. Setiap tahunnya, perjalanan udara disinyallir menyumbang antara 2-3 persen dari emisi karbon dunia. Bahkan, dengan permintaan bahan bakar dari penerbangan yang akan terus meningkat antara 1,9 dan 2,6 persen atau lebih setiap tahun, bila tak ada langkah pencegahan apapun, diperkirakan emisi global akibat pergerakan pesawat akan meningkat hingga 22 persen pada tahun 2050.
Oleh karenanya, selain mencari alternatif energi terbarukan, yang beberapa tahun lalu sudah dimulai sekalipun saat ini penggunannya belum pada intensitas yang tinggi, teknologi terbarukan untuk meningkatkan efisiensi pada pesawat juga tak kalah penting. Dilansir dari laman prescouter.com, berikut enam teknologi terdepan untuk mengingkatkan efisiensi pada pesawat.
1. Winglets
Winglets inovasi pesawat yang terletak di ujung sayap. Winglet berfungsi untuk meredam putaran udara (vortex) pada bagian ujung sayap yang disebabkan pertemuan udara bagian bawah sayap yang bertekanan tinggi dengan udara bagian atas sayap yang bertekanan rendah yang menyebabkan terjadinya turbulensi. Putaran udara ini juga menyebabkan pesawat membutuhkan energi yang lebih besar agar dapat stabil di udara, sehingga akan boros bahan bakar. Dengan adanya winglet, bahan bakar pesawat bisa diirit hingga 7 persen, jumlah yang cukup besar untuk pesawat yang melakukan perjalanan long distance.
2. Flexible Navigation System
Seiring perkembangan teknologi, pesawat pun kemudian dilengkapi dengan teknologi pendeteksi cuaca, seperti airborne weather radar dan teknolgi pendukungnya digital weather radar. Teknologi tersebut dapat membantu pilot menghindari kondisi cuaca yang tidak menguntungkan seperti badai, angin kencang, dan sejenisnya. Studi menunjukkan teknologi tersebut dapat mencegah keluarnya 1,4 ton CO2 oleh pesawat.
3. 3D Printing/Carbon fibers/Shape Memory Alloys (SMA)
Mengurangi bobot keseluruhan pesawat selalu menjadi prioritas utama untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar. Oleh karenanya, dengan adanya tiga teknologi tersebut dapat membuat bobot pesawat jadi lebih ringan.
4. Continuous Climb and Descent Operations
Continuous Climb (CCO) and Descent Operations (CDO) memungkinkan pesawat untuk mengikuti jalur penerbangan yang mudah diadaptasi dan ideal sehingga memberikan keuntungan finansial. Seperti turunnya konsumsi bahan bakar, emisi global, serta kebisingan dan ujungnya tentu saja cost untuk bahan bakar yang menurun.
Baca juga: Mau Gusur Airbus dan Boeing, Perusahaan Amerika Bikin Pesawat Listrik untuk Kurangi Pemanasan Global
5. Double-Bubble D8
Double-Bubble D8 merupakan pesawat yang dikembangkan secara bersama-sama oleh tim insinyur dari Aurora Flight Science, MIT, dan Pratt & Whitney. Desain pesawat anyar tersebut diklaim dapat membuat konsumsi bahan bakar lebih irit 37 persen dibanding pesawat jet penumpang pada umumnya. Hanya saja, ketimbang menggunakan pesawat tersebut, sebagian pengamat menilai, lebih baik menggunakan pesawat listrik mengingat desainnya yang hampir mirip.
6. Blended Wing Body (BWB)
Pada gelaran Singapore AirShow 2020 yang dihelat mulai 11 – 16 Februari lalu, Airbus resmi memperkenalkan MAVERIC (Model Aircraft for Validation and Experimentation of Robust Innovative Controls), sebagai prototipe teknologi model Blended Wing Body. Desain pesawat model BWB dinilai memiliki beberapa kelebihan, seperti 27 persen lebih irit bahan bakar, 15 persen lebih ringan, 20 persen lebih mudah terangkat, dan 27 persen lebih sedikit membutuhkan dorongan.