Boeing tahu betul urusan tidur di pesawat dalam penerbangan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bagi sebagian penumpang, mungkin sangat mudah. Tinggal bersandar ke kursi, sedetik kemudian langsung tidur mendengkur. Tapi, tidak bagi yang lain. Karenanya, Boeing pun memberi solusi lewat cuddle seat. Kursi ini dinilai dapat memudahkan penumpang tidur. Bagaimana cara kerjanya?
Baca juga: Bagaimana Cara Terbaik Tidur di Pesawat? Ini 12 Tipsnya
Cuddle seat sendiri sudah diajukan hak paten di Amerika Serikat (AS) oleh Boeing pada tahun 2015 silam dan masuk kategori “Sistem Pendukung Kendaraan Transportasi Tegak”.
Sebagaimana paten lain yang diajukan Airbus ataupun yang diajukan Boeing itu sendiri, tidak semuanya mendapat respon positif di pasaran. Banyak faktor kenapa itu terjadi, salah satunya tren; termasuk paten atas inovasi cuddle seat. Ketika itu mungkin belum dipandang perlu dan menarik oleh pasar.
Akan tetapi, seiring waktu, banyak pihak menilai paten cuddle seat mungkin cukup menarik bila dihadirkan di penerbangan sungguhan, bukan sekadar konsep belaka. Lantas, bagaimana cara kerja kursi cuddle seat Boeing yang diklaim bisa memudahkan penumpang tidur di pesawat?
Cuddle seat sekilas seperti orang yang sedang berpelukan. Hanya saja, objek lain yang ‘dipeluk’ penumpang tersebut bukanlah orang lain melainkan sejenis bantal. Konsepnya mirip dengan penumpang tidur di atas meja baki. Bedanya, meja baki membuat penumpang yang tidur terlalu membungkuk sehingga tidak nyaman dan berpotensi cedera atau paling tidak pegal linu.
Posisi objek yang dipeluk pada konsep cuddle seat Boeing bisa dibilang lebih ideal dibanding tidur di atas meja baki karena berada tepat di depan wajah saat penumpang sedikit menunduk. Dengan begitu, penumpang hanya perlu menunduk dan menyandarkan wajah di bantal yang didesain berlubang di bagian tengah. Mirip seperti donat. Ini berfungsi agar penumpang tetap bisa bernapas dengan baik.
Cara mengoperasikannya cukup mudah. Penumpang mengambil airbag atau sejenis bantal khusus desain Boeing di bawah kursi. Kemudian tarik strap pada airbag dan sangkutkan ke mating buckle yang ada di dekat sandaran kepala pada kursi. Keluarkan head cushion sebagai alas menaruh wajah untuk tidur, sesuaikan posisi airbag dengan posisi duduk dan rebahkan kepala ke head cushion.
Bagi penumpang yang tidak ingin kedua tangan dibiarkan menggantung atau diletakkan di atas paha, bisa memeluk airbag, seperti nama konsep ini, cuddle seat.
Secara teori, seperti dikutip dari Simple Flying, ini sangat memudahkan penumpang untuk tidur. Namun, dari sisi kesehatan atau paling tidak higienisitas, ini masih perlu dipertanyakan. Bayangkan, Anda meletakkan wajah anda di bantal bekas orang lain yang tidak kita kenal dan tahu asal usulnya. Tentu sulit diterima.
Sudah begitu, posisi airbag itu sendiri yang diletakkan di bawah kursi menjadi masalah lain yang jadi penghalang paten ini diimplementasikan. Selama ini, space di bawah kursi diisi oleh bagasi tangan atau tas penumpang.
Baca juga: Apakah Pramugari Izinkan Penumpang Tidur di Kursi Pesawat yang Kosong Bak di Kasur?
Lagi pula, di bawah kursi ada pelampung yang dalam kondisi darurat harus mudah dijangkau. Dikhawatirkan, adanya airbag cuddle seat ini justu mempersulit dalam keadaan darurat.
Alhasil, implementasi cuddle seat di penerbangan sungguhan pun menjadi tidak jelas. Pada akhirnya, konsep ini hanya akan menjadi arsip. Kita nantikan saja bagaimana ke depannya.