Tren vintage kini terus dipertahankan oleh beberapa maskapai besar, dengan dalih nostalgia, para penumpang masa kini ‘diajak’ oleh maskapai untuk merasakan sensasi terbang di masa lalu. Yang harus diakui, hal tersebut dilakukan dalam koridor promosi guna memperlihatkan kejayaan dan nama besar maskapai di masa lalu.
Baca juga: Pan Am, Maskapai Pelopor Kelas Ekonomi Modern di Penerbangan Jarak Jauh
Pola vintage yang kini disuguhkan maskapai umumnya dimulai dari kostum pramugari (awak kabin), ornamen dan interior kabin, sampai pilihan dalam in flight meals. Lebih dari itu, maskapai zaman now tentu agak kesulitan memberi kesan vintage, maklum ada beberapa elemen mendasar penerbangan masa lalu, khususnya di era 70-an yang tak bisa dihadirkan dalam penerbangan masa kini.
Terbatasnya ruang gerak maskapai untuk melakukan inovasi lebih tentu saja atas berbagai alasan, khususnya masalah efisiensi dan efektivitas biaya. Jikapun bisa (untuk berinovasi layaknya maskapai di masa dahulu), tentu ada harga mahal yang harus dikeluarkan maskapai dan pelanggan. Hal itu pulalah yang pada akhirnya membuat sebagian orang rindu dengan penerbangan di zaman dahulu, dalam hal ini penerbangan di tahun 60-an. Dikutip KabarPenumpang,com dari mentalfloss.com, Senin, (10/2), berikut daftar 11 hal yang tak pernah bisa lagi dilihat pelanggan maskapai penerbangan saat ini.
1. Tempat Tidur yang Cukup
Pada akhir 1940-an, Boeing Stratocruiser dideskripsikan oleh perusahaan sebagai “seperti karpet ajaib.” Selain lounge wanita yang ditata apik dan kursi-kursi multifungsi yang empuk, setiap kursi di kabin utama (bukan hanya kelas bisnis) bisa disesuaikan dan diatur sedemikian rupa untuk dijadikan tempat tidur yang cukup dalam mengakomodasi kebutuhan istirahat setiap penumpang.
2. Pong
Pada awal 1980-an, Continental Airlines melengkapi beberapa McDonnell Douglas DC-10 mereka dengan apa yang mereka sebut konfigurasi “Pub”. Selain bar mewah dan meja bundar yang dikelilingi oleh kursi putar, area Pub juga mencakup permainan dua pemain Pong yang mungkin merupakan teknologi permainan canggih pada saat itu. Pong sendiri adalah permainan video generasi pertama yang dirilis sebagai permainan arcade (permainan singkat) yang dioperasikan dengan menggunakan koin yang dikembangkan oleh Atari Inc. asal AS pada tanggal 29 November, 1972.
3. Sampanye di Udara
Pada 1970-an, Southern Airways menyebut dirinya sebagai “Rute Aristokrat” karena kebijakannya menawarkan sentuhan “Kelas Satu” untuk setiap penumpang. Maskapai mungkin membutuhkan bantal-bantal yang nyaman dan sampanye yang tersedia dalam jumlah yang banyak serta dapat diambil kapanpun dalam menemani rute multi-stopnya. Southern juga menyediakan sajian mewah di setiap rute ke negara bagian tenggara (labama, Florida, Georgia, Kentucky, Mississippi, dan lainnya).
4. Sajian Daging Istimewa
707 Pan Clipper Pan Am biasa menawarkan makanan berkualitas restoran yang disajikan langsung oleh koki di pesawat dalam penerbangan Trans-Atlantik mereka. Tampilannya pun juga tak semabrangan. Daging diukir sedemikian rupa hingga memuaskan mata pelanggan sebelum mereka mulai mencicipinya.
5. Piano
Dari 1970 hingga sekitar 1974, American Airlines menampilkan lounge piano di bagian belakang pesawat 747-nya. Instrumen yang dimaksud adalah piano elektrik Wurlitzer yang perlu sering-sering diperbaiki karena pecinta musik yang terlalu antusias menumpahkan koktail mereka di atasnya. Selama di udara, pemusik harus terus bermain sampai pelanggan yang tengah mabuk benar-benar tak kuat berbuat apapun sambil ditemani lagu “Shine On Harvest Moon”.
6. Pramugari dengan Hot Pants
Pada bagian ini, mungkin pramugari saat ini bisa menyamai penampilan pramugari di penerbangan-penerbangan masa lalu. Bahkan, dari beberapa sisi, bisa saja melewatinya, sekalipun tidak menggunakan hot pants.
7. Bunga Segar di Setiap Penerbangan
Boeing 707 Pan Am Pan Clipper diiklankan sebagai pesawat “bebas getaran,” sehingga mereka dapat memiliki rangkaian bunga segar di setiap meja pelanggan dan tidak khawatir apapun di atasnya tumpah ke pangkuan penumpang selama turbulensi. Pan Am terus memberikan bunga-bunga vas selama layanan makan malam di Kelas Satu hingga akhir 1970-an.
8. Pramugari Gonta-ganti Pakaian
Bagian ini mungkin salah satu hal yang sulit dilakukan bila melihat efisiensi dan efektivitas keuangan. Pasalnya, kebijakan gonta-ganti pakaian bagi pramugari cukup lumayan memakan budget maskapai, mulai dari promosi, desainer untuk merancang pakaian, hingga stok pakaian yang tak sedikit. Dalam sekali penerbangan, pramugari bisa bergonta-ganti pakaian hingga empat kali. Semua dilakukan untuk semata-mata menghibur pelanggan, khususnya setiap penerbangan jarak jauh. Konsep ini dahulu pernah dilakukan oleh Braniff International pada tahun 1965. Ketika itu, mereka merekrut perancang busana kenamaan, Emilio Pucci, untuk memuluskan idenya tersebut.
9. Seni Peru
Berbicara tentang Braniff International, maskapai fashion forward oriented ini juga mempekerjakan arsitek New Mexico, Alexander Girard, untuk mencerahkan tampilan armada mereka. Girard pun memasukkan skema warna monokromatik di mana setiap pesawat dicat satu warna dengan pilihan warna seperti Metallic Purple dan Lemon Yellow. Ketika perusahaan memperluas rute mereka ke Amerika Latin, karya seni otentik dari Brasil, Meksiko, dan Peru pun ditambahkan sebagai sentuhan akhir di dalam pesawat.
Baca juga: “Trump Shuttle,” Maskapai Milik Donald Trump yang Hanya Berusia 18 Bulan!
10. Satu Baris Kursi Satu Jendela
Di masa sekarang, maskapai pada umumnya menempatkan kursi per 78 sentimeter, cukup rapat dibandingkan di masa lalu hingga 86 sentimeter. Hal tersebut membuat pada umumnya maskapai menawarkan pemandangan tidak persis di samping tempat duduk mereka. Jendela berada pada posisi setengah bahu atau tidak berada persis di samping pelanggan. Di samping itu, ukurannya juga tidak sebesar dahulu, meskipun dinilai ukuran jendelan yang lebih kecil saat ini berkaitan dengan faktor safety.
11. Permasalahan Pada Sistem Komputer
Komputerisasi pada zaman dahulu mungkin belum terlalu canggih seperti sekarang. Tak heran, bila pada zaman tersebut, usaha maskapai untuk memberikan sentuhan inovasi di pesawat justru berbuah pahit akibat serangkaian kesalahan sistem yang membuat pelanggan bingung.