Satu tahun bukanlah waktu yang lama bagi PT MRT Jakarta (PT MRTJ) sebelum memasuki masa operasionalnya yang diperkirakan rampung pada April 2019 mendatang. Sejumlah persiapan pun sudah bisa dibilang matang, mulai dari trek, beberapa rangkaian armada, hingga kini perusahaan yang digawangi oleh William P Sabandar cs. ini tengah disibukkan dengan mempersiapkan SDM bermutu. Tak ayal, kehadiran dari sarana transportasi berbasis massal ini kian dinantikan.
Baca Juga: Anies: Bukan Sekedar Alat Transportasi, MRT Juga Pembentuk “Budaya” Baru di Jakarta
Pada saat PT MRTJ memamerkan armada terbarunya di Depo MRT Lebak Bulus beberapa waktu yang lalu, tampak Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pun turut hadir guna meninjau perkembangan dari jaringan metro pertama di Indonesia ini. Dalam kesempatan itu, Anies mengaku optimis dengan kehadiran MRT Jakarta yang dipercaya mampu mengurangi volume kendaraan pribadi di jalanan.
“Obsesi kami adalah meninggalkan kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Jurus penambahan rute bukan jawaban yang tepat, tapi yang terpenting adalah bagaimana angkutan umum dapat terintegrasi dan lebih manjangkau warga,” ungkap Anies, Kamis (12/4/2018). Lebih lanjut, mantan Menteri Pendidikan ini mengatakan bahwa hadirnya MRT Jakarta diharapkan mampu mengubah kebudayaan warga Indonesia – khususnya Jakarta, dalam melakukan mobilisasi.
“Saya harapkan (MRT Jakarta) bisa menjadi pembentuk budaya baru bagi warga Jakarta. MRT secara tak langsung mengajarkan pada warga pengguna untuk berlaku disiplin dan ketat dalam menjaga kebersihan, karena itulah standar dalam operasional MRT, termasuk budaya tersebut telah diterapkan selama ini oleh karyawan PT MRT Jakarta,” katanya.
Nah, pernyataan Anies ini tentu menyiratkan bahwa sarana transportasi dapat mengubah setidaknya budaya di satu daerah, bentuk mikro dari perubahan suatu daerah atau negara terkait. Ternyata, tidak hanya PT MRTJ saja yang tengah mengupayakan perubahan tersebut, pun dengan negara yang terkenal dengan Menara Eiffel-nya, Perancis.
Sebagaimana yang dikutip KabarPenumpang.com dari sejumlah laman sumber, Presiden Perancis Emmanuel Marcon tengah menghadapi tentangan yang dilayangkan oleh serikat pekerja kereta api karena dirinya tengah berusaha untuk mengubah sistem perkeretaapian di sana. Sang Presiden sendiri diketahui ingin mengubah status perusahaan kereta api milik negara, SNCF, menjadi perusahaan saham gabungan.
Baca Juga: TGV, Masih Jadi Lambang Supremasi Kereta Cepat Eropa
Adapun hal yang melatarbelakangi aksi Emmanuel Marcon ini adalah untuk melakukan revolusi industri dan mengurangi hutang dari SNCF sendiri. Alih-alih mulus, Emmanuel malah mendapati 48 persen pekerja kereta api di SNCF yang melakukan mogok massal selama beberapa hari karena tidak setuju dengan kebijakan yang ditempuh olehnya.