Menteri Ekonomi Airlangga Hartanto setelah pertemuan kabinet dengan Presiden Joko Widodo pada hari Jumat (29/5/2020) mengumumkan bahwa Indonesia sedang mempertimbangkan untuk mengundang perusahaan-perusahaan Jepang dalam integrasi jalur kereta api cepat yang akan mereka bangun dari Jakarta ke Surabaya. Nantinya pembangunan kereta cepat Jakarta ke Surabaya ini akan menggunakan skema milik Cina dengan dana $6 miliar seperti pembangunan dari Jakarta menuju Bandung.
Baca juga: Pembebasan Lahan Tuntas, LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Mengular 2021
“Agar lebih ekonomis menurut presiden, proyek kereta api Jakarta – Bandung tidak hanya berakhir di Bandung tetapi terus ke Surabaya,” ujar Airlangga yang dikutip KabarPenumpang.com dari laman globalconstructionreview.com (1/6/2020).
Dia menyebutkan tidak akan ada pembatalan proyek kereta cepat Jakarta ke Surabaya melainkan akan diintegrasikan ke dalam proyek kereta api cepat Jakarta – Bandung. Airlangga menambahkan, bahwa presiden juga mengusulkan konsorsium investor Jepang untuk bergabung dengan konsorsium Indonesia-Cina yang membangun jalur ke Bandung.
Airlangga mengatakan ide ini sendiri merupakan bagian dari tinjauan strategis yang lebih luas dari 89 proyek infrastruktur senilai sekitar US$100 miliar yang direncanakan selama empat tahun ke depan yang akan dilakukan setelah pandemi Covid-19. Diketahui, Cina dan Jepang merupakan saingan dalam penawaran untuk kontrak kereta api berkecepatan tinggi.
Untuk jalur Jakarta menuju ke Bandung dimenangkan oleh Cina pada 2015 lalu dan Jepang mencapai kesepakatan pada proyek kereta Jakarta ke Surabaya pada September 2019 lalu setelah dua tahun negosiasi. Jalur Jakarta ke Surabaya sendiri diharapkan memasuki layanan pada tahun 2025 mendatang.
Baca juga: PT KCIC: Akhir 2019 Progres Kereta Cepat Jakarta-Bandung Ditargetkan Tembus 53 Persen
Saat ini diketahui proyek kereta cepat Jakarta ke Bandung menghadapi penundaan satu tahun sebagai akibat dari pandemi virus corona yang melanda dunia. Penundaan ini juga terjadi karena sekitar 300 staf Cina pulang untuk merayakan Tahun Baru Imlek di bulan Februari dan tidak dapat kembali setelah Indonesia melarang penerbangan ke dan dari Cina.
Tak hanya itu hubungan para pekerja proyek dari direktur, manajer, insinyur dan konsultan Cina pun menjadi terhambat untuk saat ini.