Airbus A380 Bakal Terbang Pakai Mesin Baling-baling, Diklaim Lebih Irit

Berakhirnya sepak terjang di pasar komersial bukan berarti Airbus A380 akan hilang dari langit selamanya dalam waktu dekat. Justru sebaliknya, akan semakin terbang sebagai Flightlab, salah satunya dalam program RISE CFM. Sebagai bagian dari program tersebut, dalam waktu dekat, CFM dan Airbus sepakat untuk menerbangkan A380 menggunakan mesin baling-baling (rotor terbuka).

Baca juga: Airbus Gandeng CFM Internasional, Uji Coba Mesin Berbahan Bakar Hidrogen di Pesawat A380

Mesin yang menjadi bukti nyata sumbangsih program RISE CFM dalam mewujudkan industri dirgantara yang lebih ramah llingkungan pada 2030 dan puncaknya mencapai bebas emisi karbon pada tahun 2050 itu, dinilai 20 persen lebih hemat bahan bakar dibanding mesin narrowbody yang ada saat ini.

Bila segalanya sesuai rencana, tes mesin demonstrasi baling-baling (rotor terbuka) itu akan dilakukan dari fasilitas Airbus di Toulouse, menggunakan Flightlab A380 (MSN1).

Sebelum dilakukan uji terbang, CFM, yang notabene merupakan perusahaan patungan antara GE Aviation dan Safran, terlebih dahulu melakukan uji darat dan uji terbang perdana di pusat R&D GE di Victorville, California, Amerika Serikat (AS).

“Teknologi propulsi baru akan memainkan peran penting dalam mencapai tujuan nol bersih penerbangan (bebas emisi karbon), bersama dengan desain pesawat baru dan sumber energi berkelanjutan,” kata Sabine Klauke, CTO Airbus.

“Dengan mengevaluasi, mematangkan, dan memvalidasi arsitektur mesin kipas terbuka (mesin baling-baling) menggunakan demonstrasi uji terbang khusus, kami secara kolaboratif membuat kontribusi signifikan lainnya untuk kemajuan batu bata teknologi yang akan memungkinkan kami mencapai target dekarbonisasi di seluruh industri kami,” tambahnya.

Tujuan dari uji terbang Flightlab A380 menggunakan mesin baling-baling tersebut adalah untuk meningkatkan berbagai pemahaman tim ahli terhadap kinerja antara sayap dan mesin. Selain itu, target dari uji mesin demonstrasi rotor terbuka itu juga untuk mengetahui aerodinamis serta efisiensi pesawat.

Tak lupa, tim CFM dan Airbus juga mengamati seberapa efektif dan bermanfaat kinerja desain mesin demonstrasi rotor terbuka atau mesin baling-baling ini.

Baca juga: Mantap, Airbus A380 Sukses Terbang Pakai Bahan Bakar Minyak Goreng Bekas

“Program CFM RISE adalah tentang mendorong perkembangan teknologi, mendefinisikan ulang seni dari kemungkinan, dan membantu mencapai pertumbuhan jangka panjang yang lebih berkelanjutan untuk industri kami,” jelas CEO CFM, Gael Meheust, seperti dikutip dari Flight Global.

CFM dan Airbus sebelumnya juga terlibat dalam proyek bebas emisi karbon. Pada Februari lalu, Airbus resmi menandatangani perjanjian kerjasama dengan CFM International untuk menguji coba mesin berbahan bakar hydrogen, juga menggunakan Flightlab A380. Ini dilakukan sebagai upaya nyata merealisasikan target nol emisi Airbus pada tahun 2035 mendatang.

Ford Perkenalkan Robot Pengisi Daya untuk Mobil Listrik, Dirancang Ideal Bagi Difabel

Kemunculan kendaraan (mobil) listrik telah mengubah cara berkendara di kota-kota besar dan perlahan namun pasti, tren mobil listrik mulai menjamur seiring infastruktur yang memadai. Lantas bagaimana dengan fasilitas pendukungnya, seperti stasiun pengisian daya (charging station)? Apakah fasilitas yang tersedia telah memadai untuk pengemudi difabel?

Baca juga: Nissan dan NASA Rancang Fasilitas Pengisian Kendaraan Listrik, Charging Hanya 15 Menit!

Dikutip dari newatlas.com (22/7/2022), disebutkan Ford telah memperkenalkan robotic EV charger yang dirancang untuk membantu aktivitas pengemudi difabel. Sebagai bagian dari upaya penelitian mencari solusi pengisian otomatis dan hands-free untuk pengemudi kendaraan listrik dan EV otonom, Ford telah mulai menguji prototipe robot stasiun pengisian daya listrik yang bertujuan membuat proses pengisian lebih mudah bagi orang-orang dengan mobilitas terbatas.

Robot ini mampu menyambungkan kabel ke port pengisian kendaraan listrik dan melepasnya lagi setelah baterai penuh. Teknologi ini memungkinkan pengemudi tetap berada di dalam mobil selama cuaca buruk atau dingin dan menonton film di layar infotainment atau mengobrol dengan teman di media sosial saat mobil sedang di-juiced up.

Ford mengklaim solusi robot ini akan membuat proses yang seringkali menantang bagi mereka yang memiliki mobilitas terbatas atau pengemudi berusia tua menjadi jauh lebih mudah. Survei di Inggris baru-baru ini mengidentifikasi peningkatan aksesibilitas sebagai pertimbangan penting bagi pengemudi penyandang disabilitas yang ingin membeli solusi mobilitas listrik.

Konsepnya adalah pengemudi mengarahkan kendaraan ke stasiun pengisian, memulai prosedur pengisian menggunakan aplikasi seluler dan robot melakukan pekerjaan selanjutnya. Sebuah penutup meluncur terbuka, lengan pengisian robotik menjangkau dan menempatkan port pengisian kendaraan dengan bantuan kamera, mencolokkan dan mengaktifkan transfer energi.

Seluruh proses dapat dipantau melalui aplikasi di ponsel, dan pengemudi dapat tetap berada di dalam kendaraan atau keluar dari mobil dan pergi ke fasilitas terdekat untuk menyegarkan diri. Setelah proses selesai, lengan robot dicabut dan bergerak kembali ke dalam lubang kecilnya di stasiun pengisian daya.

Baca juga: Tunjang Mobilitas di Masa Depan, Seres SF5 Gabungan Kendaraan Listrik dengan Konektivitas Mutakhir

Dalam proyek ini, Ford menggandeng komunitas insinyur di Universitas Dortmund Jerman.
Untuk penyediaan perangkat, Ford bermitra dengan penyedia jaringan pengisian Ionity untuk meningkatkan desain stasiun pengisian baterai.

PO Gunung Harta, Kondang dengan Livery Hijau dan Ikon “Mickey Mouse”

Tahun 1993 sebuah perusahaan otobus (PO) didirikan oleh seorang warga Bali bernama I Wayan Sutika. PO ini dulunya hanya menyediakan layanan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yakni trayek dari Denpasar ke Gilimanuk.

Baca juga: PO Handoyo, Berjaya dari Lembah Tidar Magelang

Penasaran nama PO nya? Ya, PO milik I Wayan ini bernama Gunung Harta. Nama ini seperti menggambarkan keberadaan PO Gunung Harta dimana merangkak sedikit demi sedikit mencapai sebuah gunung di puncak kesuksesannya. Dirangkum KabarPenumpang.com dari berbagai lama sumber, setelah mendirikan PO dan menghadirkan trayek AKDP, dua tahun kemudian yakni 1995, PO milik I Wayan tersebut kemudian berkembang dan merambah trayek Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).

(blogspot.com)

Kehadiran trayek AKAP dari PO Gunung Harta sendiri merupakan pengembangan bisnis yang dibantu oleh lembaga keuangan dan kepercayaan masyarakat Bali atas layanan transportasinya. Tahun 2004 Gunung Harta kembali meningkatkan performanya dimana mampu memilik 40 armada bus.

Selain itu pula membuka trayek AKAP Denpasar-Gilimanuk PP, Denpasar-Jember PP, Denpasar-Surabaya PP, Denpasar-Malang PP, Denpasar-Solo-Yogyakarta PP, Denpasar-Semarang-Jakarta PP, Denpasar-Madiun-Maospati-Ponorogo PP. Meski begitu, Gunung Harta tak lupa dengan trayek AKDP yang tetap dipertahankannya.

Bus milik PO Gunung Harta sendiri bisa dikenali dengan jelas karena warna hijaunya. Walau punya logo resmi dengan gambar Gunung, namun armada bus PO Gunung Harta lebih dikenal dengan ikon gambar Mickey Mouse pada livery bus, ikon Mickey Mouse ini menyiratkan kenyamanan bus yang menggunakan air suspension.

Gunung Harta sendiri bahkan memberi kenyamanan yang lebih bagi penumpangnya dengan mengatur jumlah kursi bagian kiri 16 dan kanan 18 agar tidak berdesakan. Tak hanya itu, pembaruan armada pun terus dilakukan PO asal Pulau Dewata tersebut.

Apa saja sih armada yang dimiliki oleh PO Gunung Harta? Ternyata armada yang digunakan menggunakan sasis premium dari Mercedes Benz dengan bodi terbaru Jetbus HD dan Jetbus 2 SDH dari karoseri Adi Putro.

Pada Maret 2018 lalu, PO Gunung Harta sendiri membeli enam unit bus maxi bersasis panjang masing-masing empat unit bus Scania K410 IB 6×2 dan dua unit Mercedes Benz OC 500RF 2542 untuk peremajaan tiga trayek bus malamnya di Pulau Jawa. Keenam bus tersebut menggunakan karoseri Adi Putro dan akan ada di tiga trayek yakni Ponorogo-Jakarta, Jember-Banyuwangi-Jakarta-Bogor, Tulung Agung-Blitar-Jakarta.

Keenam bus tersebut menggunakan model terbaru dari karoseri Adi Putro yakni Jet 3+. Keenam bus tersebut juga untuk mengantisipasi beroperasinya sejumlah ruas tol di Pulau Jawa yang sebagian besar dilintasi bus Gunung Harta.

Baca juga: PO Sumber Alam, Bus AKAP Kebanggaan Warga Purworejo

Bus dengan kapasitas 36 kursi yang dilengkapi Leg Rest, ruang merokok, toilet, USB charger, selimut, bantal dan audio video on demand untuk kenyamanan penumpang selama perjalanan. Hal lain yang dilakukan PO Gunung Harta adalah dengan bisa melakukan reservasi tiket dan pembayaran secara online bekerja sama dengan Bank BRI. Bisa juga sistem reservasi online melalui aplikasi Traveloka.

Bepergian Naik Kereta Api Jarak Jauh dengan Kelas Ekonomi? Pastikan Pelajari Posisi Tempat Duduk Agar Tak Dapat Posisi Mundur

Bepergian dengan kereta api tentulah sangat menyenangkan. Kereta api Indonesia saat ini memiliki kelas yang lebih lengkap, dimulai dari kelas ekonomi, bisnis, eksekutif, dan luxury. Untuk kelas bisnis, eksekutif, maupun luxury cukup nyaman untuk lakukan perjalanan, karena posisi kursi yang menghadap ke arah dimana kereta berjalan. Namun, bagaimana jika menggunakan kereta api kelas ekonomi yang berada pada dua posisi saat kereta berjalan?

Baca juga: Tentang Kursi di Kereta Ekonomi Premium, Respon Admin Twitter PT KAI Menuai Polemik

Ya, kelas ekonomi tak bisa disamakan dengan kelas lainnya. Posisi kursi untuk kelas ekonomi ada yang mengahadp maju dan mundur. Bahkan kelas ekonomi untuk kereta api di Indonesia saja terbagi atas kelas ekonomi package dengan terdiri dari 80 tempat duduk dan kelas ekonomi jenis AC split yang memiliki 106 tempat duduk.

Perjalanan menggunakan kelas ekonomi dengan kursi 2+2 dan 2+3 bagi yang sudah terbiasa pastinya tak memperdulikan posisi maju ataupun mundur saat kereta berjalan. Tapi bagi yang belum biasa, pastinya cukup risih dan tidak terlalu biasa saat duduk dengan posisi mundur. Padahal kelas ekonomi paling diminati oleh masyarakat untuk bepergian ke beberapa kota di Pulau Jawa dan Sumatera dengan kereta api.

Dari pantauan kabarpenumpang.com memang ada nomor kursi dari angka yang terkecil adalah posisi searah dengan kereta api berjalan. Tapi ada pula mulai dari yang angka terbesar searah dengan perjalanan kereta api. Biasanya tak menentu untuk posisi kursi searah dengan kereta pada kelas ekonomi yang memiliki total 106 tempat duduk.

Namun untuk kapasitas 80 tempat duduk bisa memastikan memilih dari nomor 12 hingga nomor paling besar agar tidak membelakangi kepala kereta, begitu pun sebaliknya. Tapi pastikan menggunakan kereta dengan kelas yang diminati khususnya ekonomi juga tak dapat dipastikan alias untung – untungan. Saat tim kabarpenumpang.com menggunakan Kereta Api Tegal Bahari kelas ekonomi 106 tempat duduk dari Stasiun Tegal, posisi maju berada pada angka ganjil baik dari yang terkecil hingga angka yang terbesar. Dan berada pada kereta nomor terakhir alias palin belakang.

Yang jelas kelas ekonomi memang tidak bisa menentukan posisi kursi searah dengan laju KA atau justru bisa mendapatkan posisi mundur. Karena kursi pada kelas ekonomi bersifat permannn secara desain memang tidak bisa diputar seperti kelas eksekutif. Begitu pula kelas bisnis yang bisa di posisikan tempat duduknya untuk bisa maju dan mundur.

Baca juga: Serba-Serbi Pilih Kursi ‘Panas’ di Kereta Ekonomi Premium

Penumpang saat memesan kursi untuk kereta api perjalanan jarak jauh, memang masih sangat disayangkan belum bisa memastikan arah posisi kursi yang akan diduduki, karena pada aplikasinya saja pemesanan tiket pun belum ada informasi posisi kereta ekonomi. Jika bisa dilakukan ingin perjalanan jarak jauh dan menghindari kelas ekonomi dengan posisi kursi mundur, penumpang masih bisa memilih kelas lainnya agar dapat posisi yang nyaman. (PRAS – Cinta Kereta Api)

Tur Kunjungan Stasiun Jabodetabek Untuk Pelajar Sudah Bisa Daftar. Simak Ketentuannya

Tur ke wisata di penjuru ibu kota mungkin sudah biasa dilakukan siapa pun dan kapan pun. Adapun kunjubgan wisata yang di datangi adalah museum, gedung kesenian, ziarah, pantai, pegunungan, bahkan berkemah. Namun, pernahkah kalian terlintas bahwa wisata yang bersifat edukasi di lingkungan kereta api akan di selenggarakan? Ya, sesuai informasi yang dikutip dari akun Twitter KCI, @commuterline tur khusus untuk pelajar mengenal stasiun – stasiun KRL ini akan dilakukan.

Baca juga: Rindu ke Stasiun? Nikmati Tur Virtual dari Greater Anglia di Inggris

Nantinya, masing-masing sekolah dapat mengirimkan maksimal 20 murid dengan 2 guru pendamping. Kegiatan yang dilaksanakan pada hari ini, Jumat (22/7/2022) pukul 09.00 hingga selesai dan berlokasi di Stasiun Jakarta Kota. Wisata yang bertemakan sejarah dari perkeretaapian ini nantinya akan di berikan informasi edukatif secara mudah dicerna oleh para peserta. Kegiatan ini nantinya lebih mendorong menuju perbuatan yang positif dam tertib dalam bertransportasi kereta api. Tak hanya itu, saat dilokasi tak perlu khawatir. Karena tim dari wisata Stasiun KRL ini secara langsung disampaikan dari pegawai yang bertugas dibidangnya.

Selama kegiatan berlangsung, KCI menekankan bahwa protokol kesehatan Covid-19 akan tetap diberlakukan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk generasi penerus untuk ikut menjaga dan merawat transportasi kereta api dimanapun berada. Pengguna KRL saja saat ini semakin bertambah seiring banyaknya tempat wisata yang perlahan sudah dibuka. Pelajar yang melakukan tur stasiun KRL ini berharap semakin bisa menambah wawasan akan pentingnya bangunan yang sebagian besar dari cagar budaya ini.

Baca juga: Tampilkan Miniatur Kereta dan Kucing Hidup, Bikin Restoran di Osaka Populer

Terdapat 5 stasiun dengan tren pengguna KRL Jabodetabek terbanyak, yakni Stasiun Bogor, Stasiun Tanah Abang, Stasiun Bojong Gede, Stasiun Citayam, dan Stasiun Depok Baru. Untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini, calon peserta harus mendaftarkan diri melalui: bit.ly/3RItbqh. (PRAS – Cinta Kereta Api)

Penumpang Bersepeda Makin Mudah Naik KRL Yogya – Solo Menuju ke Tempat Tujuan

Hobi bersepeda bagi masyarakat Indonesia makin terlihat setelah wabah pandemi melanda. Olahraga bersepeda selalu rutin dilakukan baik dalam waktu luang maupun aktivitas dalam bekerja. Seperti yang dilakukan masyarakat Kota Yogyakarta sampai dengan Solo ini. Masyarakat yang membawa sepeda khususnya sepeda lipat masih diperbolehkab untuk menaiki transportasi KRL Yogya – Solo. Namun sepeda yang digunakan harus menggunakan sepeda lipat. Karena saat dimasukkan ke dalam rangkaian KRL tidak mengganggu penumpang lainnya dan bisa di simpan bersama dengan pemiliknya.

Baca juga: Pengguna Sepeda Non Lipat Bisa Bawa Masuk Sepeda ke Kereta di Fukuoka

Bagi masyarakat Yogyakarta dan Solo, adanya KRL ini bisa mempersingkat jarak tempuh kedua daerah. Kenyamanan dan keamanan menjadi pihan orang menggunakan moda transpotasi masal tersebut. Calon penumpang yang ingin menggunakan jasa KRL Jogja-Solo bisa melakukan transaksi melalui Kartu Multi Trip (KMT) maupun kartu uang elektronik seperti Flazz BCA, E-money Mandiri hingga BRIZZI.

Meski penumpang bisa membawa barang berlebih atau termasuk sepeda lipat, selama itu tidak mengganggu penumpang lainnya tarif yang dikenakan dalam satu kali perjalanan dengan KRL Jogja – Solo yaitu sebesar Rp8.000. KAI Commuter juga telah memberikan kemudahan untuk proses pembayaran. Untuk operasional KRL Yogyakarta – Solo juga tetap beroperasi dengan 20 perjalanan KRL per hari pada hari kerja mulai pukul 05.05 – 18.30 WIB. sedangkan untuk hari libur atau hari Sabtu dan minggu beroperasi sebanyak 24 perjalanan mulai pukul 05.05 – 20.17 WIB. (PRAS – Cinta Kereta Api)

Mengenang Kisah Gimli Glider, Pendaratan Darurat Pasca Pesawat Kehabisan Bahan Bakar di Ketinggian 41 Ribu Kaki

Bicara terkait kisah heroik pilot mendaratkan pesawat dalam keadaan darurat, Kapten Chesley “Sully” Sullenberger dan kopilot Jeffery Skiles mungkin jadi yang termasyhur. Namun, jangan lupakan kapten Robin ‘Bob’ Pearson dan kopilot Maurice Quintal dalam peristiwa Gimli Glider, dimana pesawat Boeing 767 Air Canada kehabisan bahan bakar saat di ketinggian 41 ribu kaki (12.500 meter)

Baca juga: Satu Dasawarsa Pasca Kejadian, Survivor Tragedi “Miracle on the Hudson” Langsungkan Reuni

Sebagaimana peristiwa lainnya di dunia aviasi, kisah Gimli Glider sebetulnya bermula dari masalah kecil. Namun, karena masalah kecil itu terus berlangsung, berpadu dengan masalah lainnya, baik teknis maupun non teknis, Gimli Glider pun akhirnya tercatat dalam sejarah. Tak hanya, sang kapten pilot, yang semula mendapat sanksi keras dari perusahaan, justru dianugerahi Fédération Aéronautique Internationale (FAI) Diploma for Outstanding Airmanship untuk pertama kalinya.

Dilansir Simple Flying, pada 22 Juli 1983, pesawat Air Canada Boeing 767 dalam penerbangan dari Montreal ke Edmonton via Ottawa, Kanada, mengalami masalah.

Kapten Robert Pearson, 48 tahun, dengan pengalaman 15.000 jam terbang, dan kopilot Maurice Quintal, 36 tahun, dengan waktu terbang 7.000 jam, mendapati bahwa alarm tekanan bahan bakar rendah pesawat yang dikemudikannya tiba-tiba berbunyi.

Ketika itu, pilot berasumsi bahwa bahan bakar masih banyak, merujuk pada indikator Flight Management Computer (FMC). Alarm pun dimatikan. Tak lama berselang, alarm yang sama kembali berbunyi dan kru pun memutuskan untuk mendarat di Winnipeg, berjarak sekitar 120 mil.

Saat pesawat mulai turun, mesin kiri mati, diikuti dengan ledakan pada mesin kanan. Alhasil, pesawat pun kehabisan bahan bakar di ketinggian 41 ribu kaki atau 12 kilometer dari permukaan tanah.

Habisnya bahan bakar ini terjadi saat pesawat sudah melakukan sekitar setengah perjalanan. Habisnya bahan bakar juga membuat semua mesin serta panel instrumen kokpit elektronik mati. Saat itu, Boeing 767-200 memang jadi salah pesawat jet pertama yang mengadopsi sistem instrumen penerbangan elektronik yang didukung oleh mesin. Praktis, ketika mesin mati, panel juga ikut mati.

http://https://www.youtube.com/watch?v=SjTz-OcECZc

Untungnya, turbin udara ram (RAT) cukup untuk memberi daya pada instrumen penerbangan darurat untuk mendukung proses pendaratan. Hanya saja, itu tidak termasuk vertical speed indicator yang menunjukkan kecepatan pesawat dan lokasi dimana pesawat harus mendarat.

Tak hanya itu, lokasi pendaratan di Gimli, Pangkalan Angkatan Udara bekas perang dunia yang sudah beralih fungsi jadi lokasi balapan mobil, berjarak 20 mil lebih dekat daripada Winnipeg, tengah diadakan balapan drag dan dipadati oleh banyak orang.

Minimnya informasi pendaratan -akibat panel instrumen kokpit mati- tak membuat Kapten Robert Pearson menyerah. Dengan pengalamannya menerbangkan glider (pesawat tanpa mesin) saat mengikuti pelatihan di angkatan bersenjata AS, Kapten Robert Pearson, mampu menerbangkan pesawat Air Canada di udara tanpa mesin.

Kapten Robert Pearseon, mampu mendaratkan pesawatnya di bekas markas angkatan udara Kanada di Gimli, Manitoba. Seluruh penumpang pesawat Air Canada yang berjumlah 69 orang berhasil selamat. Hanya sedikit dari mereka mengalami luka-luka ringan.

Sedangkan pesawat dengan nomor registrasi C-GAUN, yaitu Boeing 767 pertama Air Canada berusia empat bulan, sekaligus menjadi pesawat ke-47 yang dikirim dari fasilitas perakitan Boeing’s Everett.

Usut punya usut, peristiwa atau kisah Gimli Glider terjadi karena berbagai masalah, mulai dari masalah teknis, buruknya manajemen organisasi hingga menyebabkan lemahnya pengawasan, human error, dan sistem metrik.

Masalah bermula dari Sistem Indikasi Kuantitas Bahan Bakar (FQIS) pada pesawat tersebut, sehari sebelum penerbangan. Setelah dicek teknisi, masalah itu tuntas namun dengan catatan harus mengecek floatstick.

Baca juga: Akibat Kesalahan Sistem Alarm, Boeing 777 Air China Mendarat Darurat di Rusia Timur

Sayangnya, ketika pesawat berpindah tangan ke kru lain, baik teknisi maupun kru kokpit, terjadi kesalahpahaman pada instruksi tersebut. Masalah kemudian dilengkapi dengan sistem metrik.

Teknisi memberikan sejumlah catatan dalam bentuk pound / L sedangkan pesawat menggunakan kg / L. Alhasil, dari seharusnya pesawat mengisi 20.088 liter bahan bakar menjadi hanya di bawah 5.000 liter. Tak heran bila pada akhirnya pesawat kehabisan bahan bakar saat tengah mengudara.

Malaysia Airlines Tampilkan Desain Interior Kabin Baru untuk Armada Boeing 737-800NG

Malaysia Airlines membuat terobosan baru, mengandalkan Boeing 737-800NG sebagai backbone, maskapai plat merah Malaysia itu merombak desain interior kabin pada pesawat komuter regional bermesin tua itu. Interior baru yang apik mencakup kursi baru dan sistem IFE (In Flight Entertainment) gaya baru dan rencananya 39 unit Boeing 737-800 NG Malaysia Airlines akan dimodifikasi kabinnya dengan tampilan baru pada pertengahan tahun 2023.

Baca juga: Malaysia Airlines ‘Borong’ 25 Boeing 737 MAX, Ini Alasannya

Kondisi saat ini, Boeing 737-800NG tertua milik Malaysia Airlines hanya berusia di bawah 12 tahun, sedangkan yang termuda berusia sekitar tujuh setengah tahun. Usia rata-rata armada Malaysia Airlines 737-800NG di bawah sepuluh tahun. Itu tidak tua menurut standar industri penerbangan, tetapi setelah satu dekade terbang, Malaysia Airlines merasa sudah waktunya untuk melakukan penyegaran pada desain kabin.

Desain interior Boeing 737-800NG Malaysia Airlines mengusung komposisi 12 kursi kelas bisnis dan 162 kursi kelas ekonomi. Kedua kabin yang telah diperbaharui memiliki lapisan kulit yang ringan dengan tata letak khas Boeing 737 2-2 (kelas bisnis) atau 3-3 (kelas ekonomi). Semua kursi dilengkapi dengan stopkontak pribadi USB tipe A dan C.

Baca juga: Malaysia Airlines Bagi-bagi Tiket Penerbangan Domestik Gratis untuk Penumpang Transit (Stopover)

Yang juga mendapat perhatian dari modifikasi kabin adalah sistem hiburan dalam pesawat. Kabin baru 737-800NG Malaysia Airlines menggunakan sistem IFE generasi terbaru yang disebut MHstudio. Meski berbalut desan segar, rupanya IFE pada desain kabin baru ini telah menghilangkan keberadaan layar sentuh di depan penumpang. Sebagai gantinya, akses IFE dapat dinikmati lewat smartphone atau tablet yang dibawa oleh penumpang. Desain interior baru pada Boeing 737-800MG akan diluncurkan Malaysia Airlines pada akhir Juli 2022.

Sering Lihat Perangkat ini di Dekat Pesawat? Inilah Fungsi Penting dari Ground Power Unit

Selalu berada di dekat pesawat, penampakan perangkat dengan empat roda yang ditarik ini tak asing terlihat di tarmak dan apron bandara. Meski bisa disebut kerap dilihat, namun kebanyakan orang tak mengetahui apa fungsi dan peran dari perangkat yang disebut sebagai Ground Power Unit (GPU) ini.

Baca juga: Ini Dia, Para Pekerja Ground Support System di Bandara

GPU yang merupakan bagian dari Ground Support Equipment (GSE), pada dasarnya dapat berupa unit tetap (fix GPU) atau bergerak (mobile/portable GPU) yang dapat dihubungkan ke sistem kelistrikan pesawat saat berada di darat untuk menyediakan daya 120V AC atau 28V DC. GPU biasanya terdiri dari generator yang ditenagai oleh mesin diesel.

Merujuk ke asasinya, GPU digunakan untuk memasok daya ke berbagai pesawat saat mereka berada di darat. Penggunaan paling umum untuk kendaraan pemasok daya yang lebih besar adalah mendukung pesawat besar saat mereka bergerak di sekitar landasan pacu, seperti setelah pendaratan. Ground power unit juga membantu menciptakan lingkungan bertekanan rendah di mana pilot dalam pelatihan dapat berlatih dan mempelajari avionik pesawat sebelum mereka benar-benar terbang.

GPU ada kalanya terlihat dalam bentuk kotak kecil hingga truk besar, tergantung pada pesawat yang dilayaninya. Perangkat GPU membawa energi listrik dari generator ke koneksi di pesawat. Beberapa bandara juga memiliki ground power yang terpasang. Ground power memungkinkan sistem pesawat digunakan tanpa menghabiskan baterai, sehingga pilot baru dapat berlatih tanpa tekanan terbang dan memastikan mereka merasa nyaman dengan pesawat dan semua instrumennya.

Ground power adalah sumber daya yang lazim ditemui di hampir semua bandara. Hal penting dari GPU yakni membantu mengurangi emisi, biaya bahan bakar, dan polusi suara di sekitar bandara saat pesawat mengitari landasan.

Baca juga: Inilah Marshaller, Tukang Parkir Pesawat Bergaji Rp1 Miliar

Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan GPU adalah safety aspect. Mengingat pentingnya penggunaan GPU dalam setiap aktifitas maintenance di pesawat, maka setiap maintenance personnel harus meningkatkan awareness dalam penggunaan GPU.

Bandara “Bandaranaike” Kolombo, Saksi Bisu Beberapa Pendaratan Darurat Garuda Indonesia

Insiden pendaratan darurat yang dilakukan oleh Airbus A330 Garuda Indonesia GA972 di Kolombo, Sri Lanka pada Selasa (2/4/2019) sore kemarin sukses menyedot perhatian berbagai kalangan dari seluruh dunia. Diwartakan, pendaratan darurat ini terpaksa dilakukan di Bandara Internasional Bandaranaike karena dilatarbelakangi oleh informasi dari pilot yang mengatakan ada kepulan asap dari dalam pesawat. Sebelum-sebelumnya juga, bandara yang terletak di Katunayake, 35 km sebelah utara kota Kolombo ini juga sempat menjadi saksi bisu dari serentetan kecelakaan Garuda Indonesia (tahun 1974 dan 1978).

Baca Juga: Kolombo, “Kota Keramat” Bagi Garuda Indonesia yang Terbang Menuju Tanah Suci

Bandara Internasional Bandaranaike, atau yang biasa juga disebut Bandara Katunayake atau Bandara Internasional Kolombo ini pertama kali beroperasi sebagai pangkalan udara Royal Air Force (Angkatan Udara Inggris) pada tahun 1944 pada masa Perang Dunia II. Lalu pada tahun 1957, Perdana Menteri Salomon West Ridgeway Dias Bandaranaike memindahkan semua lapangan terbang Militer Inggris dari Ceylon (Nama jajahan Inggris sebelum berubah menjadi Sri Lanka), dan lapangan terbang tersebut diserahkan kepada Royal Ceylon Air Force (RCyAF) dan lapangan tersebut berganti nama menjadi Katunayake.

Sejatinya seperti Bandara Halim Perdanakusuma dan Bandara Adi Sutjipto di Indonesia, hingga saat ini, sebagaian dari Bandara Internasional Bandaranaike masih berfungsi sebagai lapangan terbang militer. Bandara yang dikelola oleh Airport and Aviation Services of Sri Lanka ini merupakan hub dari SriLankan Airlines (flag carrier Sri Lanka) dan maskapai domestik Cinnamon Air.

Bandara ini tidak hanya satu kali saja berganti nama – tahun 1977 berubah menjadi Katunayake International Airport dan pada tahun 1995 kembali berubah menjadi Bandaranaike International Airport. Bisa dikatakan, pergantian nama bandara ini (menjadi Bandaranaike International Airport) merupakan suatu bentuk penghargaan terhadap mendiang Perdana Menteri Salomon West Ridgeway Dias Bandaranaike yang berhasil merebutnya dari tangan Inggris.

Menara ATC Bandara Internasional Bandaranaike. Sumber: istimewa

Pembangunan bandara ini sendiri dimulai pada tahun 1964 yang ditujukan untuk menggantikan peran dari bandara internasional pertama di Sri Lanka, Ratmalana International Airport dan rampung tiga tahun berselang.

Perkembangan demi perkembangan terus dilakukan Pemerintah setempat guna meningkatkan fungsi dari bandara ini – selain juga memperindahnya. Tercatat, ada satu landas pacu yang sudah dilapisi oleh aspal dan dua lainnya masih dalam perencanaan. Satu landas pacu yang ada di bandara ini memiliki panjang 3.441 meter dengan arah 04/22.

Baca Juga: Untuk Direct Flight Umrah, Mei 2019 Airbus A330-900NEO Lion Air Tiba di Indonesia

Selain itu, Bandara Internasional Bandaranaike ini juga dilengkapi oleh dua bangunan terminal penumpang (satu terminal lagi sedang dibangun dan direncanakan dibuka pada tahun 2019 ini) dan satu terminal kargo.

Mengutip dari Civil Aviation Authority of Sri Lanka, pada tahun 2018 kemarin, bandara ini berhasil mengakomodir 10,8 juta penumpang dan 66,8 ribu pergerakan pesawat selama satu tahun.

Pendaratan perdana Airbus A380 di Sri Lanka. Sumber: istimewa

Satu sejarah yang tidak boleh dilupakan dari bandara ini adalah ketika maskapai Timur Tengah Emirates berhasil mendaratkan armada Airbus A380-800nya di Bandara Internasional Bandaranaike pada 9 Januari 2012 silam. Ini merupakan pendaratan perdana super-jumbo jet di bandara di Sri Lanka.