Jadi Pembuat Hujan Buatan, Inilah Salah Satu Kemampuan dari NC-212i Produksi PT DI

Meski bukan hasil rancangan anak bangsa, namun jalur produksi NC-212i yang telah dilakukan di dalam negeri, sontak menjadikan pesawat ringan bermesin twin turboprop ini sebagai kebanggaan bagi PT Dirgantara Indonesia, terlebih pesawat ini terbilang laris di pasar ekspor, sebut saja NC-212i telah diakuisisi oleh Vietnam, Filipina dan Thailand.

Baca juga: Inilah Alasan Airbus Pasrahkan Jalur Produksi NC-212 series ke PT Dirgantara Indonesia

Sebagai pesawat angkut ringan multirole, NC-212i juga dapat difungsikan sebagai pesawat pembuat hujan buatan. Seperti pada hari ini (1/8/2022), dari Hanggar Delivery Center PT DI Bandung, telah dilangsungkan pengiriman satu unit pesawat NC-212i untuk kebutuhan Department of Royal Rainmaking and Agricultural Aviation (DRRAA) Thailand.

Dikutip dari siaran pers PT DI yang diterima Kabarpenumpang.com, pesawat turboprop tersebut diterbangkan secara ferry flight menuju Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, yang direncanakan akan tiba pada 3 Agustus 2022. Pesawat diterbangkan oleh Test Pilot PT DI, Captain Esther Gayatri Saleh sebagai Pilot In Command Ferry and Acceptance Mission dan Test Pilot PT DI, Captain Adi Budi sebagai Copilot, pesawat NC-212i dengan tail number AX-2129 ini lepas landas dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung menuju Bandara Sultan Syarif Qasim, Pekanbaru, Riau, kemudian diterbangkan kembali menuju Bandara Internasional Hat Yai, Thailand, bagian selatan di dekat perbatasan Malaysia dan dilanjutkan ke Nakhon Sawan Air Base, Muang, Nakhon Sawan, Thailand, sebagai destinasi terakhir.

“NC-212i ini secara spesifikasi punya kapabilitas yang sangat beragam, dimana yang kita deliver hari ini adalah konfigurasi troop transport yang kemudian bisa dimodifikasi untuk rain making,” kata Wildan Arief, Direktur Keuangan, Manajemen Risiko & SDM.

Pesawat NC-212i tersebut rencananya akan melakukan Final Acceptance oleh Department of Royal Rainmaking and Agricultural Aviation (DRRAA) Thailand, pada 4 Agustus 2022 yang akan disaksikan langsung oleh Duta Besar RI untuk Kerajaan Thailand, Rachmat Budiman.

Baca juga: Dibalik Rencana ‘Gantikan’ Bandara Halim, Jangan Lupa Bandara Pondok Cabe Juga Home Base Satuan Militer dan Polisi Udara

“Selain pesawat ini, masih ada satu pesawat NC212i lagi dari kontrak lainnya yang akan di-deliver tahun ini ke Thailand, targetnya bulan Desember 2022,” tambah Wildan Arief. NC-212i Rain Maker dikirim dengan konfigurasi Rain Making yang nantinya dapat digunakan untuk melaksanakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), yakni dengan menyemaikan garam (NaCl) di wilayah tertentu guna mengendalikan curah hujan. (Gilang Perdana)

Bette Nash, Pramugari Tertua di Dunia, Berharap Melayani Hingga Usia 90 Tahun

Pramugari yang satu ini tak lagi cantik dan mulus, namun sosoknya tetap menarik perhatian bagi para penumpang pesawat American Airlines. Jauh dari gambaran pramugari pada umumnya, Bette Nash yang berusia 86 tahun, saat ini meraih predikat dari Guinness World Records sebagai pramugari tertua dan terlama mengabdi di dunia.

Baca juga: Pertama di AS, Pilot Pengidap Diabetes Terbangkan Pesawat Komersial

Dikutip dari airlive.net, disebut Nash adalah penduduk asli Boston, Massachusetts yang memulai karir sebagai pramugari pada 4 November 1957. Saat itu, ia bergabung menjadi pramugari di usia 21 tahun, tepatnya saat Dwight Eisenhower menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat.

Ciri khas Bette Nash yang begitu dikenal yakni keramahannya setiap kali membantu penumpang. Lantaran punya predikat unik dan ramah, tak sedikit penumpang yang acap kali meminta foto bersama dalam penerbangan. Nash mengakui, ia melayani penumpang dengan penuh senyuman. Ditengah kesibukannya menjadi pramugari, Nash ternyata merupakan seorang ibu yang bertanggung jawab. Di rumahnya yang berlokasi di Virginia, Washington, Nash menjaga dan merawat anaknya yang disabilitas.

Dengan rentang pengabdian yang begitu panjang, maka sederet pengalaman begitu luas dialami oleh Nash. Selama berkarier, Nash melayani orang dari berbagai kalangan. Ia bahkan pernah terbang bersama dengan Presiden ke-35 Amerika Serikat, John F Kennedy.

Baca juga: Ellen Church, Pramugari Pertama di Dunia yang Juga Punya Lisensi Pilot

Meski sudah berusia lanjut, Nash mengajarkan kedisiplinan bagi para juniornya, hal itu dibuktikan dengan memulai aktivitas sejak pukul 2:10 pagi. Resminya tak ada batasan usia untuk menjadi seorang pramugari, namun dalam sebuah pernyataan, Nash mengungkapkan bahwa dirinya akan menjadi pramugari sampai usia 90 tahun.

Yuk, Kenali Stasiun Operasional dan Non Operasional di Wilayah Jabodetabek

Banyaknya stasiun di wilayah Jabodetabek membuat perjalanan KRL lebih terjangkau untuk naik dan turun penumpang. Bagi sebagian orang tentu belum menyadari bahwa stasiun yang dilintasi KRL memiliki perbedaan pada operasionalnya. Bahkan ada pula stasiun yang ternyata bukan termasuk stasiun operasional. Jadi apa perbedaannya, ya?

Baca juga: Stasiun Matraman, Inilah Stasiun KRL Terbaru dengan Fasilitas Lengkap untuk Difabel

Kalau kalian naik KRL tentu tahu betul, mana KRL yang berhenti sebentar atau berhenti lama. Biasanya KRL yang berhenti tidak begitu lama saat memasuki stasiun antara alias stasiun yang non operasional. Nah, stasiun yang bukan operasional adalah stasiun yang tidak memiliki meja layanan yang biasa di tugasi oleh PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api). Stasiun non operasional disini maksudnya tidak memiliki pelayanan persinyalan dan wesel pada rel kereta api dan untuk persinyalan hanya menggunakan sistem blok otomatis yang berada di ujung peron stasiun. Biasanya petugas yang melayani stasiun non operasional adalah pelayanan informasi, tiketing, kepala stasiun dan wakil kepala stasiun.

Untuk stasiun operasional bisa melayani keberangkatan dan tibanya kereta api di stasiun tersebut. Beda dengan stasiun non operasional, stasiun operasional memiliki pengendali saat kereta api lewat seperti pengaturan persinyalan, wesel, dan jadwal keberangkatan sesuai waktu yang ditentukan. Adapun stasiun operasional wilayah Jabodetabek atau yang dilewati KRL adalah Stasiun Bogor, Cilebut, Bojonggede, Citayam, Depok, Depok Baru, Universitas Indonesia, Pasar Minggu Manggarai, Jayakarta, Jakarta Kota, Tanah Abang, Duri Angke, Kampung Bandan, Kemayoran Pasar Senen, Jatinegara, Cakung, Bekasi, Tambun, Cikarang, Kebayoran, Pondok Ranji, Sudimara, Serpong, Cisauk, Parungpanjang, Maja, Rangkasbitung, Rawa Buaya, Batu Ceper, dan Tangerang. (PRAS – Cinta Kereta Api)

Forcite, Helm Futuristik yang Siap Manjakan Para Bikers!

Ketika dewasa ini embel-embel kata “pintar” selalu melekat di setiap benda yang mendampingi kehidupan kita sehari-hari, maka sama halnya dengan produsen helm Forcite yang juga tengah mengupayakan kehadiran dari helm pintar di masa yang akan datang. Ya, perusahaan asal Sydney tersebut memang tengah mempersiapkan sebuah helm yang kelak akan menunjang setiap perjalanan yang dilakukan oleh pengendara sepeda motor.

Baca Juga: Helm Feher, Hadirkan Pendingin Udara Bagi Para Bikers

Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman newatlas.com (3/5/2019), pendiri dari Forcite, Alfres Boyadgis mengatakan bahwa pihaknya akan melengkapi helm rakitannya dengan sejumlah kegunaan lain, seperti bluetooth, kamera built-in, sistem audio, hingga performance-tracking system. Adapun bentuk dari helm ini adalah helm full-face dan memiliki desain yang cukup sporty.

Untuk bahan dari helm ini sendiri, Forcite menggunakan serat karbon yang ringan – jadi kepala Anda akan senantiasa aman kendati bobot dari helm ini sendiri terbilang cukup ringan. Lalu ada pula kamera built-inyang terletak pada bagian moncong depan helm – tidak bisa dipungkiri bahwa belakangan ini vlog tentang safety riding memang tengah digalakkanoleh sejumlah pihak. Nantinya gambar yang dihasilkan oleh kamera ini akan menampilkan kualitas ultra wide angle HD, lho! Kamera ini juga dilengkapi dengan fitur image stabilization, jadi gambar yang dihasilkan tidak akan banyak getaran.

Sumber: forcite.com

Bagi Anda yang suka menggunakan headset ketika berkendara agar tidak bosan atau mengantuk di jalan, nah Forcite juga melengkapi helm pintar ini dengan sistem audio yang juga memiliki tombol pengeras dan pengecil suara pada bagian sisi helm. Jadi, Anda tidak perlu repot lagi mengatur suara dari lagu yang Anda putar melalui ponsel atau headset Anda.

Baca Juga: Helm Ini Dapat Sadarkan Anda Ketika Mulai Mengantuk!

Lalu yang paling mengagumkan adalah adanya sejumlah sensor yang dapat menampilkan sejumlah fungsi, mulai dari gyroscope, barometer, accelerometer, altimeter, hingga GPS. Ya, Forcite di sini tidak hanya membangun perangkat keras saja, melainkan software yang juga dapat menganalisa, menyusun, dan mengumpulkan data yang dihasilkan dari sensor-sensor tersebut.

Wah, nampaknya ini akan menjadi helm futuristik yang siap melengkapi perjalanan Anda, ya! Tapi, ada baiknya Anda untuk bersabar terlebih dahulu karena Forcite masih perlu menyempurnakan helm ini sebelum dipasarkan di kemudian hari.

 

[Video] Ada Kepala Ular di Hidangan Salad yang Sudah Dimakan Setengah, Seisi Pesawat Panik

Sedang asik-asiknya makan, pramugara maskapai SunExpress terkejut bukan main usai menemukan kepala ular di hidangan salad yang disajikan pihak katering maskapai. Menariknya, kepala ular tersebut sangat samar dengan menu yang disajikan sehingga tidak menutup kemungkinan bisa terkonsumsi andai tak waspada.

Baca juga: Setelah Insiden Kecoa, Kini Belatung Hidup ‘Tersaji’ di Makanan Pakistan International Airlines

Dalam video lansiran Twitter Breaking Aviation News & Video, sekilas tidak ada kejanggalan dalam hidangan salad yang dikonsumsi awak kabin. Dari kejauhan, warnanya sangat menyerupai hidangan yang ada.

Setelah kamera didekatkan dan lebih dekat lagi, jelas terlihat itu bukanlah salad melainkan kepala ular yang telah terpotong.

Menariknya, seperti dikutip dari media lokal Gazete Duvar, sang pramugara baru menyadari ada kepala ular di hidangannya setelah menyantap dengan lahap salad tersebut meski belum sampai habis.

Usai temuan tersebut, tentu saja kru kabin dan penumpang lainnya terkejut mengingat menu yang sama, berupa minuman, salad, roti gulung, dan sepiring ravioli (pasta) dan sayuran, juga dibagikan ke penumpang.

Meski begitu, tak ada kegaduhan yang berlebih dalam penerbangan SunExpress Flight XQ794 dari ibu kota Turki, Ankara ke Dusseldorf, Jerman. Tidak ada laporan yang menyebut kasus serupa di hidangan yang disajikan ke penumpang.

Turki diketahui memang menjadi rumah bagi banyak spesies ular. Namun, tidak ada satupun spesies asli Turki yang cocok dengan kepala ular di salad yang viral itu.

Juru bicara SunExpress mengungkapkan kontrak dengan perusahaan katering yang menyuplai salad kepala ular itu, Sancak Inflight, telah ditangguhkan untuk sementara sampai proses penyelidikan mengungkap fakta dari insiden ini. Insiden serupa dengan katering yang sama juga pernah terjadi sebelumnya, dimana ada siput dan jamur di sajian katering maskapai.

“Ini adalah prioritas utama kami bahwa layanan yang kami berikan kepada tamu kami di pesawat kami memiliki kualitas tertinggi dan baik tamu maupun karyawan kami memiliki pengalaman penerbangan yang nyaman dan aman,” jelasnya.

“Tuduhan dan pemberitaan di media tentang layanan makanan dalam penerbangan benar-benar tidak dapat diterima dan penyelidikan terperinci telah dimulai,” tambahnya.

“Sampai proses penelitian selesai, semua tindakan dan tindakan pencegahan, termasuk menghentikan pasokan produk yang relevan, telah diambil segera,” lanjutnya.

Sementara itu, juru bicara Sancak Inflight dengan tegas membantah temuan kepala ular di salad itu murni kesalahan pihaknya. Sebab, sebelum dikirim ke maskapai, seluruhnya sudah melalui quality control dan mustahil itu terjadi.

Baca juga: Kali Ini Gigi Manusia Ditemukan di Dalam Makanan Singapore Airlines

“SunExpress Airlines adalah klien berharga di negara kami dan maskapai populer di Eropa, yang baru-baru ini memutuskan untuk lebih memperluas armada dan jaringan rutenya. Mereka kembali mengumumkan tender untuk layanan katering di atas pesawat,” katanya.

“Kami tidak menggunakan benda asing apa pun (kepala ular) yang diduga ada dalam makanan saat memasak,” tutupnya.

Jetstar Airways Terima Airbus A321neo Pertama

Jetstar Airways, maskapai penerbangan bertarif murah terbesar di Australia yang juga merupakan anak perusahaan Qantas Group, telah menerima pengiriman A321neo pertamanya.

Baca juga: 9 Jam Lebih dengan Airbus A321LR, Jadi Penerbangan Pesawat Narrowbody Terpanjang di Dunia

Menampilkan livery baru, pesawat ini ditenagai oleh mesin CFM International LEAP-1A dan dikonfigurasi dengan tata letak kelas tunggal dengan 232 kursi. Kabin pesawat memiliki bagasi kabin ekstra besar dengan ruang 40 persen lebih lapang, port USB, dan tempat untuk perangkat tablet di setiap kursi serta sistem pencahayaan terbaru untuk memberikan penumpang pengalaman terbang yang lebih nyaman.

A321neo baru Jetstar dilengkapi dengan tangki bahan bakar tambahan yang memungkinkan pesawat ini untuk terbang ke seluruh bandara tujuan di jaringan domestiknya, mencakup pula wilayah Asia Tenggara, termasuk Bali yang merupakan destinasi pariwisata populer.

Pesawat ini adalah unit pertama dari 38 unit keluarga A320neo untuk Jetstar, yang terdiri dari 18 unit A321neo dan 20 unit A321XLR. Hal ini merupakan bagian dari akumulasi pesanan pesawat lorong tunggal dari Qantas group, yang sekarang tercatat mencapai 149 unit pesawat.

Baca juga: AirAsia-Airbus Sepakat Konversi 13 Pesawat A320 ke A321neo, Pertanda Apa?

Pada akhir Juni 2022, keluarga A320neo telah menerima lebih dari 8.000 pesanan dari lebih dari 130 pelanggan di dunia.

Wow, 5 Bangkai Pesawat Ini Justru Jadi Spot Favorit Menyelam di Dunia

Pesawat tidak melulu indah saat di langit. Di bawah laut pun, pesawat (bangkai pesawat) juga demikian meskipun dilihat dari sudut pandanga yang berbeda, salah satunya sebagai terumbu karang dan spot favorit menyelam.

Baca juga: [Video] Bangkai Antonov An-225 Mriya Ditarik untuk di-scrap

Dikutip The National News, ada setidaknya lima bangkai pesawat di lautan yang menjadi spot favorit menyelam di dunia. Beberapa di antaranya memang sengaja ditenggelamkan untuk tujuan konservasi (terumbu karang) dan wisata. Berikut selengkapnya.

1. Bangkai pesawat Lockheed Martin L-1011 TriStar di Laut Merah, Yordania

Foto: Visit Yordania

Di ujung selatan Yordania, kota tepi laut, Aqaba, menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan dunia untuk menikmati matahari di pinggir pantai. Tak kalah menarik dengan aktivitas di atas daratan, di bawah air, wisatawan juga bisa menikmati pemandangan menakjubkan pesawat legend Lockheed Martin L-1011 TriStar.

Pesawat tersebut diketahui ditenggelamkan pada tahun 2019 usai terbengkalai bertahun-tahun di Bandara Internasional King Hussein, Aqaba. Usai ditenggelamkan, pesawat tersebut justru sangat ‘terpelihara’ dengan baik oleh para penyelam dan pegiat lingkungan di kedalaman sekitar 40 meter.

Saat ini, bangkai pesawat tersebut menjadi spot favorit para penyelam yang berkunjung ke Yordania dan menjadi surga bagi banyak spesies, seperti ikan buntal, gurita, dan lainnya.

2. Boeing 747 di Teluk Bahrain

Queen of the Skies tidak selamanya menjadi ratu di langit. Usai pensiun dan ditenggelamkan di bawah laut Teluk Bahrain, tepatnya di Pulau Amwaj, sang ratu langit berubah menjadi ratu lautan.

Pesawat Boeing 747 diketahui mulai ditenggelamkan pada tahun 2019 lalu dan dengan cepat menjadi situs favorit menyelam dunia. Tak hanya itu, bangkai pesawat tersebut juga menjadi pusat konservasi biota laut dan menjadi terumbu karang buatan sebagai surga bagi banyak spesies air.

3. Bomber B-17 Flying Fortress di Laut Adriatik, Kroasia

Di kedalaman 60 meter, para penyelam di sekitar Pulau Vis, Laut Adriatik, Kroasia, akan disuguhi pemandangan bawah laut yang sungguh menakjubkan bukan hanya dari biota laut, melainkan juga dari pesawat bomber B-17 Flying Fortress peninggalan Perang Dunia II.

Sayangnya, karena menjadi situs bersejarah, setiap pengunjung dibatasi waktu hanya sekitar 15 menit dan harus didampingi oleh petugas.

4. Pesawat Era Perang Dunia II di Bahama

Berbeda dari tiga di atas yang terletak cukup dalam, di Exuma Cays, sekitar setengah mil dari pantai Staniel Cay, Bahama, siapapun bisa menikmati bangkai pesawat era Perang Dunia II tanpa harus menyelam. Itu karena perairan di sini hanya mencapai kedalaman tiga meter.

Baca juga: Fotografer Bali Sukses Curi Perhatian Dunia Berkat Aksi Esktrem di Atas Sayap Pesawat

Dengan kekayaan biota laut Samudra Atlantik yang menyatu dengan keindahan alam di Kepulauan Karibia, dijamin pengunjung akan sangat dimanjakan dengan pemandangan eksotis.

5. Airbus A300 di Pantai Aegean, Turki

Foto: Getty Images

Pada tahun 2016, pesawat Airbus A300 ditenggelamkan di dasar laut Kusadasi. Selain menjadi spot favorit wisatawan yang berkunjung ke Turki, ini juga menjadi surga bagi biota laut, seperti lobster, leerfish, kawanan ikan air tawar hitam, dan kelinci laut.

Mirip Tragedi 9/11, Hari ini 70 Tahun Lalu Empire State Building New York Ditabrak Pembom B-25

Siapa sangka, 70 tahun lalu yang bertepatan dengan 28 Juli 1945, telah tejadi tragedi yang mirip dengan  peristiwa 9/11 yang menimpa menara kembar WTC di New York pada tahun 2001, Amerika Serikat. Bedanya, bila pada 9/11 adalah buah dari aksi terorisme, maka tragedi yang terjadi di Empire State Building pada 28 Juli adalah murni karena kecelakaan.

Baca juga: Mengenang Peristiwa 9/11, Empat Pesawat Dibajak Teroris Al Qaeda dan Ditabrakkan ke-3 Target

Dilansir dari smithsonianmag.com, pada pagi hari 28 Juli 1945, pembom B-25 Mitchell AU AS yang dipiloti Letnan Kolonel William Smith berusaha mencapai Bandara Newark. Smith ditugaskan dari pangkalan militer di Bedford, Massachusetts, untuk menjemput komandannya di Newark. Pagi itu kabut tebal menyelimuti kota New York. Awak darat sebelumnya telahg menasihati Smith bahwa dengan jarak pandang nol, mencoba mendarat adalah ide yang buruk.

Dalam kabut, ia menemukan dirinya keluar jalur dan terbang di atas New York. Smith berhasil berbelok di sekitar Gedung Chrysler, Rockefeller Center, dan apa yang sekarang dikenal sebagai Gedung Helmsley. Pada 09:40, pembom legendaris itu menabrak lantai 78, 79 dan 80 di Empire State Building.

Saat itu hari Sabtu, jadi kebanyakan orang tidak masuk kerja. Namun, 14 orang, termasuk tiga awak pesawat dan delapan karyawan Catholic War Relief Office, tewas dalam dampak insiden itu. Kecelakaan itu juga menyebabkan kebakaran dan merobek lubang 18 kali 20 kaki di dinding utara gedung. Satu mesin bahkan menabrak gedung dan menabrak penthouse di sisi lain. Dalam peristiewa itu, operator lift gedung, Betty Lou Oliver, secara ajaib selamat dari jatuhnya lift setinggi 24 meter (di mana dia memegang Rekor Dunia Guinness).

Baca juga: Fakta di Balik Tragedi 9/11, Orang ‘Indonesia’ Turut Jadi Korban

Empire State Building dengan tinggi 380 meter, pada tahun 1931 menjadi gedung tertinggi di dunia, dan pada tahun 2017, menjadi gedung ke-31 tertinggi di dunia, dimana posisi nomer satu ditempati oleh Burj Khalifa di Dubai yang punya ketinggian 830 meter.

Startup Asal Amerika Serikat Tampilkan Desain Kereta Penyedot Emisi Karbon Diosida

Guna menciptakan lingkungan yang bersih dari emisi, serangkaian uji coba terus dikembangkan dalam dunia kereta api. Selain pemanfaatan energi terbarukan untuk tenaga sang kuda besi, belum lama ini mencuat konsep yang mengedepankan fungsi kereta api untuk membersihkan emisi karbon dioksida. Lantas, bagaimana caranya?

Baca juga: Komitmen Nol Emisi di 2030, India Kaji Infrastruktur Pengisian Kendaraan Listrik di Stasiun Kereta Api

Dikutip dari inverse.com, CO2Rail, sebuah perusahaan rintisan yang berbasis di Amerika Serikat, merilis konsep terbaru yang mengunah kereta api menjadi vakum yang menyedot karnon dioksida dari udara. Dalam konsep tersebut, tim insinyur menyusun rencana untuk gerbong kereta yang dapat menyaring hampir 25 pon karbon dioksida dari udara untuk setiap mil yang mereka tempuh.

Konsep ini bertumpu pada metode pengereman yang umum ditemukan di mobil listrik seperti Tesla yang disebut pengereman regeneratif dan teknologi penangkapan karbon yang kontroversial. Konsep ini akan menggunakan infrastruktur rel yang ada, seperti kereta penumpang dan kereta barang. Penggunaan infrastruktur rel yang ada, serta energi pengereman regeneratif, adalah ide inovatif untuk menangkap karbon udara secara langsung.

“[Energi ini] sudah diproduksi dan jangan disia-siakan. Mengapa tidak menangkap dan menggunakannya saja?” tanya Eric Bachman, salah satu pendiri CO2Rail. Jika energi digunakan untuk menggerakkan kereta, itu akan membantu mencegah emisi CO2 dari kereta itu sendiri. Tetapi para penulis menemukan jumlah energi yang sama juga dapat digunakan untuk menyaring hingga lima kali lebih banyak CO2 dari udara daripada yang dapat dihemat jika menyalakan sistem penangkap karbon onboard. Selain itu, memasang panel surya ke kereta juga akan membantu memastikan mereka selalu dapat menyala, menurut penelitian tersebut.

Pendapat berbeda dikemukakan Matthew Realff dan Ryan Lively, peneliti dari Institut Teknologi Georgia yang mempelajari penangkapan karbon, “Energi ini lebih baik digunakan untuk menangkap CO2 menggunakan [penangkapan udara langsung] daripada menggunakannya untuk menghemat bahan bakar atau listrik untuk mengatifkan kereta api.”

Menangkap kembali karbon dari udara membutuhkan banyak uang dan energi. Pada tahun 2021, ada 19 pabrik di seluruh dunia yang menangkap karbon dioksida dari udara. Bersama-sama mereka menyedot sekitar 10.000 metrik ton CO2 per tahun dengan harga $150-325 per metrik ton, menurut Badan Energi Internasional. Secara keseluruhan, itu adalah biaya hingga $3,2 juta untuk menghilangkan jumlah emisi yang sama seperti yang diciptakan oleh 1.260 rumah di AS.

Baca juga: Terbukti Turunkan Emisi CO2, Uni Eropa Usulkan Penumpang Pesawat Beralih ke Kereta untuk Rute Jarak Pendek

Bandingkan dengan rencana penangkapan karbon dengan teknologi perkeretaapian, diperkirakan dapat menghilangkan 45.000 kali jumlah tersebut dengan menggunakan 13.350 gerbong kereta retro pada tahun 2030, dengan perkiraan biaya $45 per metrik ton. Itu setara dengan 450 jutra ton karbon dioksida — mungkin cukup untuk memperhitungkan hampir semua emisi yang berasal dari rumah-rumah di AS.

Inilah Sebab Begitu Banyak Jenis Frekuensi Radio yang Digunakan di Bandara

Sebagai wilayah strategis yang terkait dengan begitu banyaknya lalu lintas wahana di angkasa, maka dipastikan ada lebih dari satu frekuensi radio yang dioprasikan untuk beberapa maksud yang berbeda. Sebut saja komunikasi radio antara petugas pengawas lalu lintas udara (ATC) dengan pesawat akan berbeda dengan frekuensi radio yang digunakan oleh ground crew.

Baca juga: Pengaruhi Bobot Pesawat, Inilah Alasan Pesawat Udara Menggunakan Frekuensi Daya 400 Hz

Dengan dinamika aktivitas di bandara yang cukup kompleks, maka yang menjadi pertanyaan ada berapa jenis frekuensi radio yang dioperasikan di area bandara. Kabapenumpang.com merangkum dari simpleflying.com, bahwa pada dasarnya ada empat jenis kategori frekuensi yang dijalankan di area bandara, yakni frekuensi pendekatan dan keberangkatan (approach and departure frequency), frekuensi menara (tower frequency), frekuensi ground (ground frequency), dan frekuensi ramp (ramp frequency).

Approach and departure frequency
Jalur frekuensi radio ini digunakan oleh pilot untuk izin memasuki wilayah udara. Frekuensi ini membantu penerbang dengan line-up yang selanjutnya pilot/kopilot mendengarkan frekuensi menara (alias pengontrol lokal) untuk mendapatkan informasi tentang pesawat lain di wilayah udara. Ini akan membuat pilot waspada dan fokus pada pendaratan yang aman.

Untuk melakukan pendaratan yang aman dan tiba di gerbang yang benar untuk menurunkan penumpang. Pesawat akan dipandu oleh petugas ATC. Penerbang harus mendengarkan sinyal audio dari darat untuk memberi tahukapan Anda diizinkan untuk memasuki wilayah udara di sekitar bandara dan landasan pacu mana yang akan didarati.

Setelah pesawat melakukan touchdown, langkah selanjutnya adalah mentransfer penerbang ke frekuensi ground. Kontroler darat akan membawa ke taxiway dan membantu menjaga jarak yang tepat antara badan pesawat dan kendaraan darat di taxiway bandara. Kemudian, penerbang harus menemukan gerbang yang tepat dan memiliki izin untuk bergerak di sepanjang taxiway ke gerbang (gate) yang telah ditentukan.

Baca juga: Tanpa Sadar, Tingginya Frekuensi Penerbangan Giring Pesawat Sipil Lakukan “Elephant Walk”

Sekarang bayangkan, jika semua pesan itu datang dalam satu frekuensi? Tentu akan sangat sulit untuk fokus menerbangkan pesawat sembari mencoba mengambil data relevan yang dibutuhkan secara audio. Namun, masih ada jarak antara taxiway dan gerbang yang dipisahkan oleh garis hitam dan kuning. Dan sinilah awak kabin mendapatkan frekuensi ramp, yaitu frekuensi yang digunakan antara ground crew dan pilot untuk memastikan proses pendekatan dan koneksi ke garbarata berlangsung lancar.