Pasar Senen, siapa yang tak kenal dengan pasar yang sering sekali terbakar ini. Pasar ini bukan hanya nama sebuah pasar, melainkan nama stasiun yang berada tepat di belakang Pasar Senen itu, ya Stasiun Pasar Senen. Stasiun terbesar kedua di Jakarta ini masuk dalam Daerah Operasional I, Jakarta. Stasiun ini dibangun pada tahun 1916. Dan diresmikan pada 19 Maret 1925 dengan enam jalur serta dua jalur sebagai sepur lurus.
Baca juga: Inilah Daftar Stasiun Tersibuk di Indonesia
Stasiun ini melayani kereta api kelas bisnis dan ekonomi AC dengan tujuan kota-kota penting di Pulau Jawa. Tak hanya itu, di stasiun Pasar Senen ini juga melayani kereta eksekutif-bisnis yang dulunya berangkat dari stasiun Kota yakni KA Gumarang. Selain melayani perjalanan kereta api ke Pulau Jawa, stasiun ini juga melayani perjalanan kereta listrik/ CommuterLine. Sayangnya untuk CommuterLine hanya memberangkatkan dan menurunkan penumpang dari Jatinegara menuju Bogor. Bila keberangkatan dari Bogor dan ingin turun di Senen, baiknya transit di stasiun setelah Pasar Senen yakni Gang Sentiong.

Awalnya, stasiun ini dibangun untuk perkembangan Pasar Senen yang membutuhkan fasailitas yang memadai salah satunya kereta api, kemudian pemerintah Belanda mengoperasikan stasiun ini ahun 1887. Sebelum menjadi sebuah stasiun besar, stasiun Pasar Senen ini menjadi tempat pemberhentian sementara kereta api jalur Batavia-Bekasi yang mulai dibuka tahun 1894 silam oleh Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (BOS).
Setelah dibukanya secara resmi tahun 1894 jumlah penumpang yang naik kereta dari stasiun ini semakin lama semakin meningkat jumlahnya. Sehingga dibangunlah stasiun yang terihat sekarang ini oleh Staats Spoorwegen (SS).
Bangunan stasiun ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda J. Van Gendt dengan bentuk bangunan memanjang simetris dengan variasi penekanan dimensi bangunan yang lebih tinggi pada hall yang biasa terdapat pada bangunan umum bergaya Neo-Indische yang menjadi peralihan ke gaya modern. Adanya pengaruh arsitektur modern terlihat dari deretan jendela atas (lunette) pada hall yang berbentuk persegi dan teratur dengan pintu-pintu lengkung dibawahnya.
Saat ini, semakin banyaknya penumpang, makin lama makin banyak perubahan namun tidak menghilangkan arsitektur aslinya. Perubahan yang bisa terlihata dalah penambahan teras berkanopi pada pintu masuk utama, kanopi pada emplasemen barat, ruang pembelian tiket di bagian depan serta pembenahan fasilitas ruang tunggu di kedua emplasemen. Adapun penambahan lainnya, di Stasiun Pasar Senen ini, sudah bertambah counter-counter makanan, mini market, tempat pencetakan boarding pass hingga ruang-ruang nursery.
Keunikan yang terlihat di stasiun ini, adalah arsitektur buatan Belanda. Pintu masuk peron berbentuk lengkung gaya romanticism. Jalur bawah tanah untuk para penumpang yang menuju peron untuk naik kereta. Lantai keramik yang membentuk kesan bersih dalam kemudahan perawatannya. Kombinasi abu-abu dan putih, pada cat dindingnya serta bentuk atap koridor yang memperkuat karakter ruangan.
Setiap calon penumpang yang masuk ke dalam stasiun Pasar Senen ini akan merasakan sensasi berada di dalam bangunan lama pada masa kolonial. Terowongan-terowongan yang ada di stasiun ini menambah keunikan dan kesan jaman dulu seperti tempat bersembunyi prajurit-prajurit di masa perang. Namun, tidak ada kesan mencekam sama sekali, justru akan menikmati suasana seperti ke masa lalu.
Stasiun Pasar Senen menyimpan aura dan sensasi yang tak mungkin bisa diungkapkan. Tak hanya itu, stasiun ini pun tak lelah melayani penumpangnya dan masih setia berdiri dengan kokoh selama 123 tahun lamanya (1894-2017) dan tak lekang dimakan jaman.