Ratu Kerajaan Inggris, Ratu Elizabeth II, meninggal dunia, Kamis (8/9/2022 pada usai 96 tahun setelah mengemban tugas selama 70 tahun tujuh bulan satu hari. Sebagai seorang ratu atau kepala negara kerajaan Inggris, tentu saja ia memiliki segala hal, termasuk dalam kaitannya dalam bepergian.
Baca juga: Mulai 27 Januari 2022, Inggris Larang Pesawat Melintas di Atas Kediaman Ratu Elizabeth
Kerajaan Inggris setidaknya memiliki tiga pesawat dan empat helikopter untuk mendukung aktivitas Ratu Elizabeth II. Namun, dengan kerendahan hatinya, ia lebih sering bepergian menggunakan pesawat komersial, bergabung dengan penumpang lainnya. Ini sudah jauh menabrak tradisi ratu/raja sebelumnya.
Keinginan sang ratu untuk benar-benar duduk bersebelahan dengan penumpang lainnya di kabin kelas ekonomi tak bisa diwujudkan karena kekhawatiran staf kerjaaan terhadap keselamatannya.
Dilansir Simple Flying, Putri Elizabeth (ketika itu belum menjadi ratu) mulai naik pesawat maskapai komersial pada 31 Januari 1952. Ketika itu, pesawat Argonaut (Douglas DC-4 yang ditingkatkan) British Overseas Airways Corporation (BOAC) membawanya ke Kenya bersama sang suami Pangeran Philip untuk berlibur.
Ketika itu ayahnya, Raja George VI, tidak ikut berlibur karena sedang sakit. Adapun Putri Elizabeth memaksakan tetap berlibur karena itu adalah rencana yang sudah dibuat sejak lama.
Namun, ternyata, itu keputusan yang kurang tepat. Saat memasuki hari keenam liburan di Kenya atau tepatnya pada 6 Februari, tersiar kabar bahwa Raja George VI meninggal. Keduanya pun kembali dan lagi-lagi menggunakan pesawat komersial DC-3 maskapai East African Airways.
Sepeninggal Raja George VI, Ratu Elizabeth II pun melanjutkan tongkat estafet memimpin kerajaan Inggris. Di masa-masa awal bertugas sebagai ratu, ia masih mengikuti kebiasaan pemimpin sebelumnya, bepergian menggunakan pesawat pribadi keluarga kerajaan. Seperti kunjungan ke Amerika Serikat (AS) pada tahun 1957, Nepal pada tahun 1961, dan seterusnya sampai pesawat supersonik Concorde beroperasi.
Concorde diketahui terbang perdana pada 2 Maret 1969. Beberapa tahun setelahnya, tepatnya pada 21 Januari 1976, pesawat supersonik Concorde terbang berjadwal untuk pertama kali untuk rute Paris – Rio de Janeiro oleh Air France dan rute London – Bahrain oleh British Airways. Penerbangan supersonik Concorde pun menjadi sangat familiar dan menarik banyak penumpang, termasuk Ratu Elizabeth II.
Setahun setelah penerbangan berjadwal pertama, Ratu Elizabeth II untuk pertama kalinya terbang dengan Concorde British Airways (registrasi G-BOAE) dari London ke Barbados. Tentu saja ini bukan rute berjadwal dan menjadi pendaratan pertama Concorde di negara persemakmuran Inggris itu.
Penerbangan perdana Concorde rupanya memiliki kesan sangat baik dan membuat sang ratu ingin terbang lagi dengannya di kesempatan lain. Tercatat ada lima penerbangan lain Ratu Elizabeth dengan Concorde; tahun 1979 ke Kuwait, Timur Tengah tahun 1984, Barbados tahun 1987 dan 2003, serta AS tahun 1991.
Baca juga: Ratu Elizabeth II Pilih Makanan Seharga Rp43.500 untuk Disantap dalam Penerbangan Jarak Jauh
Selain Concorde British Airways, Ratu Elizabeth II juga beberapa kali kerap terbang komersial bersama Boeing 707, Boeing 747, dan Boeing 777 Qantas ke Australia serta maskapai Air New Zealand saat kunjungan ke Selandia Baru.
Di pesawat Boeing 747-400 Air New Zealand pada tahun 1995, Ratu Elizabeth II duduk di kursi kelas bisnis dan area itu disterilkan maskapai serta dijaga dan dilayani oleh tiga kru kabin dan 26 staf kerajaan. Sementara itu, 384 penumpang di kabin kelas ekonomi mendapat penjagaan super ketat namun juga diberikan secarik kertas untuk merayakan penerbangan komersial tidak biasa itu.