Dalam konstelasi Perang Dingin, Indonesia tak luput menjadi ajang tarik menarik antara kepentingan Barat dan Uni Soviet. Dan buah dari aktivitas bisnis, perdagangan dan pertahanan antara Amerika Serikat dan Soviet, adalah masuknya penerbangan internasional asal kedua negara ke Indonesia. Bila AS dengan maskapai Pan Am melayani penerbangan ke Indonesia (Jakarta) pada tahun 1960, maka Soviet dengan Aeroflot membuka penerbangan Moskow – Jakarta pada tahun 1961.
Baca juga: Ketika Jakarta Jadi Pusat Perang Dingin Rusia vs Barat Lewat Penerbangan Internasional
Sebagai penerbangan pembuka, Pan Am mengawalinya dengan rute San Francisco/Los Angeles-Honolulu-Manila-Saigon (Vietnam)-Singapore-Jakarta. Sementara Aeroflot menyambangi Indonesia dengan rute Moskow (Bandara Internasional Sheremetyevo)-Jakarta (Bandara Internasional Kemayoran). Dikutiup dari Aviahistoria, Penerbangan ke Jakarta oleh Aeroflot melalui transit di Tashkent, New Delhi, dan Rangoon, seminggu sekali pada hari Rabu dan perjalanan kembali Jakarta – Moskow pada hari Jumat, dengan waktu perjalanan sekitar 24 – 26 jam.
Sebagai informasi, jarak antara Jakarta – Moskow sekitar 9.310 km, yang artinya saat itu memang harus dilakukan penerbangan transit. Dalam rute penerbangan ke Jakarta, Il-18 Aeroflot menggunakan konfigurasi 80 – 89 penumpang, yang dibagi ke dalam dua kelas – First Class dan Tourist Class.
Bila Pan Am melayani penerbangan jarak jauh ke Jakarta menggunakan pesawat jet Boeing 707 dan Douglas DC-8, maka sebalikya Aeroflot melayani penerbangan ke Jakarta menggunakan pesawat turboprop Ilyushin Il-18. Baru kemudian, Aeroflot mengerahkan pesawat terbaru Ilyushin Il-62 yang lebih canggih dibanding Il-18 mulai tahun 1970-an.
Meski belum ditemukan foto otentik tentang Ilyushin Il-18 Aeroflot di bandara Indonesia. Namun, menarik untuk dicermati tentang sosok pesawat turboprop yang melayani penerbangan jarak jauh.
Dirunut dari sejarahnya, Il-18 produksi Moscow Machinery Plant terbang perdana pada 4 Juli 1957. Pesawat bermesin turboprop 4× Ivchenko AI-20M ini hadir dalam beragam varian. Selain utamanya terlahir sebagai pesawat penumpang, Il-18 beberapa juga diciptakan Soviet sebagai pesawat intai untuk keperluan mata-mata. Lantaran aktif digunakan sebagai pesawat milliter, lantas NATO memberi kode Il-18 sebagai “Coot”.
Il-18 dengan kru sembilan orang dapat membawa 65 – 120 penumpang. Saat terbang membawa kapasitas bahan bakar 30.000 liter, Il-18 mampu terbang sejauh 6.500 km – pada kondisi payload 6,5 ton.
Baca juga: Soekarno, Jadi Presiden RI yang Paling Banyak Melakukan Lawatan ke Moskow
Sebagai pesawat turboprop narrow body, Il-18 dapat melesat dengan kecepatan maksimum 675 km per jam (Mach 0,65). Sementara kecepatan jelajahnya adalah 625 km per jam pada ketinggian 8.000 meter. Secara teori, Il-18 sanggup terbang sampai ketinggian 11.800 meter. Dengan bobot maksimum saat tinggal landas 64 ton, Il-18 butuh landas pacu 1.350 meter dan landasan untuk mendarat 850 meter.