Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya terhadap jenis baru Covid-19 varian Omicron yang notabene disebut WHO lebih menular. Pasalnya, industri penerbangan global baru saja perlahanan membaik dan varian Omicron berpotensi merusak segalanya.
Baca juga: Heboh Jadi Episenter Omicron, Afrika Selatan Ternyata Punya Hotel Unik dari Boeing 737
Meski begitu, IATA telah meminta pemerintah tidak gegabah menutup perbatasan dan melarang wisatawan masuk. Sebagai gantinya, pemerintah bisa menerapkan protokol kesehatan super ketat dan perjalanan internasinoal hanya berlaku untuk mereka yang sudah divaksin dua dosis.
Dalam pernyataan resminya, IATA membeberkan bahwa traffic penumpang yang diukur dalam revenue passenger kilometers (RPK) pada Oktober tahun 2021 turun kurang dari 50 persen dibanding periode yang sama tahun 2019.
Itu secara global. Secara spesifik, perjalanan domestik di seluruh dunia pada Oktober tahun ini turun 21,6 persen dibanding bulan yang sama tahun 2019.
Sedangkan demand penerbangan internasional dunia pada Oktober tahun ini turun 65,5 persen dibanding bulan yang sama tahun 2019.
Menariknya, IATA memberikan penekanan bahwa persentase di atas besar kemungkinan meleset. Fakta di lapangan, traffic penumpang bisa jauh lebih meningkat.
“Kinerja lalu lintas bulan Oktober memperkuat bahwa orang akan bepergian ketika mereka diizinkan. Sayangnya, tanggapan pemerintah terhadap kemunculan varian Omicron membahayakan konektivitas global yang telah lama dibangun kembali,” kata Direktur Jenderal IATA, Willie Walsh.
“Pencabutan pembatasan perjalanan AS dari sekitar 33 negara bulan lalu meningkatkan harapan bahwa lonjakan permintaan perjalanan yang terpendam akan meningkatkan lalu lintas selama musim dingin Belahan Bumi Utara yang akan datang,” tambahnya.
“Tetapi munculnya varian Omicron membuat panik banyak pemerintah untuk sekali lagi membatasi atau sepenuhnya menghapus kebebasan untuk bepergian — meskipun WHO dengan jelas menyarankan bahwa ‘larangan perjalanan selimut tidak akan mencegah penyebaran internasional, dan mereka menempatkan beban berat pada kehidupan dan mata pencaharian,” lanjut, bos IATA yang juga matan bos British Airways itu.
“Logika dari saran WHO terbukti dalam beberapa hari setelah identifikasi Omicron di Afrika Selatan, dengan kehadirannya sudah dikonfirmasi di semua benua. Larangan perjalanan yang keliru sama tidak efektifnya dengan menutup pintu gudang setelah kuda itu melesat,” tutupnya.
Baca juga: Cirium Lihat Industri Penerbangan Indonesia Kembali Bergairah, IATA Pesimis
Bila di-breakdown, Eropa menjadi kawasan yang paling rendah persentase penurunan penerbangan internasional dibanding yang lain, dimana periode Oktober 2021 dibanding Oktober 2019 hanya turun 50,6 persen.
Berbanding terbalik dengan Eropa, kawasan Asia-Pasifik menjadi yang paling terpukul di sektor penerbangan internasional dengan penurunan 92,8 persen pada periode Oktober 2021 dibanding Oktober 2019.