Monday, July 8, 2024
HomeAnalisa AngkutanHindari Dampak Turbulensi, Korean Air Hentikan Layanan Kabin Lebih Awal Jelang Pendaratan

Hindari Dampak Turbulensi, Korean Air Hentikan Layanan Kabin Lebih Awal Jelang Pendaratan

Buntut dari beberapa insiden yang terkait turbulensi ekstrim telah membuat maskapai penerbangan internasional untuk lebih bersiap diri. Selain membuat video keselamatan baru yang lebih menarik dan tepat sasaran, langkah terbaru dilakukan oleh maskapai Korean Air, yang belum lama ini mengumumkan standar baru dalam pelayanan kabin.

Baca juga: Marak Turbulensi Ekstrim, Emirates Rilis Video Keselamatan Terbaru yang Lebih “To The Point”

Seperti dikutip Business Insider (3/7/2024), Korea Air disebut akan menghentikan layanan kabin lebih awak guna melindungi diri dari meningkatnya turbulensi. Korean Air mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka akan menyelesaikan layanan kabin 20 menit lebih awal untuk rute jarak menengah dan jauh.

Ini artinya layanan kabin kini berakhir 40 menit sebelum mendarat. Korean Air mengatakan perubahan tersebut akan memungkinkan layanan dalam penerbangan dihentikan sebelum pesawat turun untuk mendarat.

Sebagai salah satu dari 10 maskapai penerbangan yang mendapat peringkat bintang lima oleh Skytrax, maka keputusan Korean Air dapat mempengaruhi maskapai lain untuk melakukan tindakan serupa.

Hal ini terjadi setelah Singapore Airlines – yang juga mendapat peringkat bintang lima – mengubah protokol layanan kabinnya. Hal ini menyusul insiden turbulensi parah di salah satu pesawatnya pada bulan Mei, yang menewaskan seorang pria berusia 73 tahun dan puluhan lainnya luka-luka.

Beberapa hari kemudian, Singapore Airlines mengatakan tidak akan lagi menyajikan makanan ketika lampu sabuk pengaman menyala.

Dalam pengumumannya pada hari Senin, Korean Air mengatakan turbulensi telah “menjadi masalah yang terus-menerus dan terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir.” Ia menambahkan bahwa jumlah insiden meningkat dua kali lipat pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019.

Maskapai ini juga menyatakan bahwa krisis iklim mempunyai dampak. “Turbulensi menjadi lebih sering terjadi, terutama saat pesawat turun, karena perbedaan suhu yang besar antar ketinggian,” katanya. Turbulensi terjadi akibat gesekan antar molekul udara yang disebabkan oleh perbedaan kecepatan angin. Iklim yang memanas memberikan lebih banyak energi ke udara, sehingga menciptakan lebih banyak gesekan.

Hal ini terutama terlihat di sekitar aliran jet, di mana turbulensi udara jernih paling sering terjadi. Dalam studi tahun 2023, para peneliti dari University of Reading menemukan turbulensi semakin sering terjadi di Atlantik Utara, di sekitar aliran jet kutub utara.

Kurangi Efek Turbulensi, Sebaiknya Pilih Kursi di Dekat Sayap

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru