Delay kerap kali terjadi pada sebuah penerbangan karena ini, penumpang terkadang mau tak mau harus menunggu dan terlambat dalam perjalanan mereka. Hal tersebut kemudian membuat para penumpang menginginkan lebih banyak pembaruan penerbangan yang bersifat real time.
Baca juga: Survei: Pelancong Bisnis Lebih Betah Berada di Bandara Ketimbang Stasiun!
KabarPenumpang.com melansir dari laman atwonline.com (2/10/2018), bahwa IATA (International Air Transport Association) melakukan survei dan didapat bahwa penumpang ingin hal yang real rime sebanyak 82 persen pada status penerbangan, 49 persen untuk bagasi dan 46 persen di pemeriksaan keamanan dan imigrasi. Survei ini dilakukan IATA dengan mengumpulkan 10.408 responden dari 145 negara.
Dari hasilnya, sebanyak 56 persen penumpang yang di survei mengatakan pelacakan waktu bagasi real time sebagai seuatu keharusan. Sehingga maskapai dan bandara memfasilitasi ini dengan menerapkan pelacakan pada titik-titik perjalanan utama termasuk pada saatmemuat dan membongkar bagasi.
IATA mengatakan 73 persen responden lebih suka menerima informasi pada bagasi mereka melalui SMS atau aplikasi di smartphone, ini menandai kenaikan 10 persen dari 2017.
Mengenai penggunaan data, mayoritas 65 persen wisatawan bersedia membagikan data pribadi mereka untuk mendapatkan keamanan yang dipercepat dan 45 persen ingin mengganti paspor mereka dengan identifikasi biometrik.
“Ketika kita bergerak lebih banyak dan lebih ke arah proses digital, penumpang harus yakin bahwa data pribadi mereka aman. IATA bekerja untuk membangun kerangka kepercayaan yang memastikan pembagian data yang aman, kepatuhan hukum dan privasi, ”kata IATA SVP-airport, penumpang, kargo dan keamanan, kata Nick Careen.
Adapun opsi lainnya yakni, 84 persen dari penumpang ingin otomatis check in dan 47 persen lebih memilih untuk check in online dengan perangkat mobile mereka. Hanya 16 persen dari penumpang yang disurvei mengatakan mereka menyukai check-in tradisional.
Untuk pelancong berusia 65 tahun dan lebih tua, 25 persen memiliki preferensi yang kuat untuk check-in tradisional dan 42 persen untuk proses penurunan tas. Setelah gangguan perjalanan, 40 persen penumpang dari segala usia lebih memilih untuk menyelesaikan situasi melalui telepon dan 37 persen melalui interaksi tatap muka.
Penumpang mengidentifikasi kontrol keamanan bandara atau perbatasan dan proses boarding sebagai dua frustrasi terbang terbesar. Tiga keluhan utama tentang keamanan adalah intrusifitas penghapusan barang pribadi 57 persen, memindahkan laptop dan perangkat elektronik besar dari tas kabin 48 persen dan kurangnya konsistensi dalam prosedur penyaringan bandara 41 persen.
Tiga cara yang paling disukai untuk meningkatkan pengalaman boarding diidentifikasi sebagai menerapkan antrian yang lebih efisien di gerbang naik 64 persen, menambahkan lebih banyak ruang di atas pesawat 42 persen dan tidak mengharuskan penumpang untuk antri di jembatan udara 33 persen.