Hari ini, satu tahun lalu yang bertepatan dengan 24 Februari 2022, menjadi perstiwa yang akan selalu diingat oleh warga dunia, pasalnya di tanggal ini satu tahun lalu, dimulai invasi Rusia ke Ukraina. Dan satu tahun berlalu, tanda-tanda perang akan berakhir juga belum nampak, dan seperti diketahui, perang di Ukraina turut berdampak signifikan pada industri penerbangan.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Bikin Rute Internasional Kacau, Penumpang-Maskapai Kena Batunya
Bukan hanya dampak pada penerbangan di sekitar wilayah Eropa, lebih dari itu, dampak perang Ukraina juga meluas ke belahan dunia lain. Salah satunya terkait rute penerbangan beberapa maskapai yang harus berganti, atau bahkan beberapa maskapai yang tidak lagi terbang dari dan ke Rusia.
Dan berikut beberapa dampak perang Rusia vs Ukraina yang telah merubah aspek layanan penerbangan internasional.
1. Harga bahan bakar naik
Rusia diketahui memproduksi sekitar 10 persen dari pasokan minyak global, atau sekitar 10,5 juta barrel per hari. Sanksi keras terhadap Rusia sudah pasti berdampak pada harga minyak dunia lantaran suplai terganggu.
Terbukti, harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak April 2022 naik 3,06 dollar AS menjadi di level 100,99 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS naik 4,13 dollar AS menjadi di level 95,72 dollar AS per barrel.
Naiknya harga bahan bakar minyak sudah pasti membuat harga Avtur turut naik. Ini tentu akan membuat maskapai serba salah. Menaikkan harga tiket sudah pasti mempengaruhi pilihan penumpang. Tidak menaikkan harga tiket dipastikan rugi.
2. Perubahan rute internasional
Perang Rusia-Ukraina memaksa maskapai internasional mengubah rute penerbangan. Tak main-main rute ke beberapa negara bahkan harus ditempuh sampai 4.000 km lebih jauh dari penerbangan biasanya. Berubahnya rute penerbangan juga membuat traffic penerbangan di beberapa negara Eropa jauh berkurang.
Maskapai di seluruh dunia mau tak mau harus mengambil jalur memutar menghindari ruang udara Rusia dan Ukraina. Hal itu dilakukan agar terhindar dari bahaya. Sudah bukan satu dua kali pesawat sipil tertembak saat melintas di atas wilayah konflik.
Sejak hari pertama perang, ruang udara Ukraina tampak sepi. Kebanyakan maskapai menghindari wilayah Ukraina dengan melintas ke bagian utara negara tersebut, meliputi Rusia, Belarusia, dan lainnya.
Namun, mengingat Rusia juga menutup ruang udaranya bagi maskapai-maskapai dari 36 negara, sudah pasti ini akan membuat maskapai-maskapai internasional jauh lebih memutar lagi.
3. Titanium langka, Produksi Pesawat Terganggu
Pesawat dibuat dengan komposisi 60 persen alumunium, 15 persen baja, 10 persen logam berharga mahal seperti titanium.
Terkait titanium, hampir seluruh produsen pesawat ataupun perusahaan lain di industri dirgantara internasional bergantung pada titanium produksi Rusia, seperti Boeing, Airbus, Embraer, Rolls-Royce, Pratt & Whitney, sampai Safran. Saking pentingnya titanium Rusia, masalah besar disebut menanti industri penerbangan.
“Jika [pasokan] dari Rusia itu hilang – itu akan menjadi masalah besar,” kata Kevin Michaels, direktur pelaksana konsultan kedirgantaraan AeroDynamic Advisory. “Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mensertifikasi pemasok lain? Itu akan memakan waktu yang sangat lama.”
4. Aliansi maskapai goyah
Dua dari tiga aliansi maskapai dunia, Skyteam dan Oneworld, bermitra dengan maskapai-maskapai Rusia. Maskapai internasional lainnya juga demikian. Aeroflot, diketahui memiliki kerjasama strategis dengan mitra Skyteam-nya, Delta dan Air France/KLM.
Sedangkan, JSC Siberia Airlines, yang lebih dikenal sebagai S7, bekerjasama dengan mitra Oneworld-nya, American Airlines dan British Airways. Dengan sanksi bagi maskapai-maskapai Rusia, sudah pasti kerjasama tersebut hancur berantakan.
5. Wisatawan takut ke Eropa
Meski pandemi Covid-19 telah berubah menjadi endemi, dan negara-negara Eropa telah membuka pintu masuk bagi wisatawan. Namun, jumlah kunjungan pelancong ke kawasan Eropa mengalami penurunan tajam. Destinasi ke Perancis, Jerman, Spanyol, Inggris dan negara-negara yang berseberangan dengan Rusia, dianggap wisatawan internasional sebagai daerah rawan andai eskalasi meningkat.