Masih hangat dalam benak seputar tragedi maut Sukhoi SJ100 yang jatuh di Bandara Sheremetyevo, Moskow pada Minggu (5/5/2019). Maka tepat hari ini, 9 Mei menjadi momen duka yang tak pernah terlupakan dalam sejarah dirgantara di Indonesia. Saat sebuah pesawat Sukhoi SJ100 dengan nomer registrasi 97004 produksi tahun 2009, mengalami musibah setelah menabrak lereng Gunung Salak, Kabupaten Bogor pada 9 Mei 2019.
Baca juga: Lindungi Industri Dirgantara, Rusia Sebut Human Error Jadi Penyebab Tragedi Sukhoi SJ100
Sukhoi SJ100 saat itu tiba di Bandara Halim Perdanaksuma dalam rangkaian promosi. Maklum pesawat yang sudah mengumupulkan 800 jam terbang ini adalah kebanggaan Rusia, persisnya Sukhoi SJ100 adalah adalah pesawat penumpang produksi pertama yang diproduksi di Rusia sejak runtuhnya Uni Soviet.
Dalam rangkaian perjalanan promosi yang bertajuk dijuluki “Welcome Asia!,” Sukhoi SJ100 memang menjadwalkan melakukan lawatan ke negara-negara di Asia Tenggara dan Asia Tengah. Saat joy flight dari Bandara Halim Perdanakusuma pada 9 Mei 2012, Sukhoi SJ100 diawaki oleh delapan orang, dan membawa 37 penumpang yang merupakan undangan.
Dikutip dari Wikipedia.org, PT Tri Marga Rekatama adalah perwakilan atau agen Sukhoi Company di Indonesia. Dalam demo penerbangan untuk kepentingan promosi itu telah disebar 100 undangan untuk mengikuti joy flight di Bandara Halim Perdanakusumah.
Joy flight dibagi dalam beberapa kloter dengan tujuan Bandara Halim Perdanakusumah-Pelabuhan Ratu-Bandara Halim Perdanakusumah. Kloter pertama berlangsung lancar dan selamat. Setelah melakukan penerbangan sekitar 30-35 menit, pesawat mendarat sempurna di Bandara Halim Perdanakusumah.
Pada saat giliran kloter kedua take off. Kloter kedua Superjet 100 diisi 50 orang. Sebanyak 42 orang merupakan para undangan, sedangkan delapan orang lainnya adalah awak pesawat yang di antaranya merupakan warga negara Rusia. Penerbangan kedua inilah yang bermasalah.
Hasil investigasi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 telah diumumkan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Selasa (18/12/2012). Kesimpulannya, saat itu Ketua KNKT yang dijabat Tatang Kurniadi menilai kecelakaan ini disebabkan oleh kelalaian pilot yang mengemudikan pesawat naas tersebut. Dari data investigasi KNKT didapatkan informasi mengenai tiga kesalahan fatal pilot Sukhoi SJ100 yang membawa 45 penumpang tersebut.
Pertama, peta pada pesawat Sukhoi SJ100 tidak memuat informasi mengenai area yang dilintasi (Bogor). Kedua, dalam penerbangan tersebut, Pilot In Command (PIC) Aleksandr Yablontsev (57) bertugas sebagai pilot yang mengemudikan pesawat dan Second In Command (SIC) bertugas sebagai pilot monitoring. Di kokpit terdapat seorang wakil dari calon pembeli yang menempati tempat duduk observer (jump seat). Kesalahan ketiga adalah saat data penerbangan yang dibawa ke dalam pesawat. Hal ini membuat proses evakuasi menjadi tersendat dan keluarnya data korban yang simpang siur.
kan termonitor di ATC semua, ga ada yg nyalahin ATC yg mengijinkan pesawat terbang di ketinggian tsb kenapa saya ngomong begini? soalnya kita ini sebagai bangsa adalah bangsa korup, kerdil jiwanya dan gak gentle.