Pada hari ini, 55 tahun lalu, bertepatan dengan 13 April 1966, Presiden Irak kedua, Abdul Salam Arif, tewas dalam kecelakaan pesawat de Havilland DH.104 Dove 1 RF392 Royal Iraqi Air Force di Irak Selatan. Selain presiden, dua menteri Irak juga tewas seketika dalam kecelakaan tersebut.
Baca juga: De Havilland Comet, Inilah Pesawat Jet Komersial Pertama di Dunia
Meskipun lebih terlihat seperti kecelakaan, banyak dugaan berseliweran bahwa kecelakaan pesawat yang ditumpangi Presiden Abdul Salam Arif terjadi akibat sabotase oleh lawan politik. Maklum, Abdul Salam Arif naik menjadi presiden usai menggulingkan presiden pertama Irak, Abdel Karim Qasim. Terlebih, ketika menjabat, pemerintahannya juga diiringi dengan retorika perebutan kekuasaan dengan pejabat di pemerintahannya yang haus kekuasaan dan tak sejalan dengan langkah politik Abdul Salam.
Dilansir berbagai sumber, tak banyak cerita tentang bagaimana kronologi kecelakaan terjadi. Usai mengkudeta Qasim pada 8 Februari 1963, Abdul Salam Arif mulai memimpin Irak, yang sebelumnya berbentuk monarki di bawah kontrol Inggris, dengan penuh dukungan dari rakyat Irak.
Itu terjadi karena Arif dekat dengan rakyat karena memimpin propaganda anti pemerintah di bawah Dewan Komando Revolusi Irak.
Setelah beberapa lama berjalan aman, pemerintahan Arif mulai digoyang isu perpecahan. Adalah perdana menteri Irak, Ahmed Hassan al-Bakr, yang memainkan perpecahan di tubuh pemerintah Arif usai presidennya berniat menggabungkan diri ke Republik Persatuan Arab (UAR) bersama Suriah dan Mesir.
Presiden Arif kemudian mendepak seluruh kubu kontra dan membuat kabinet baru yang pro terhadapnya. Tak sampai di situ, ideologi politiknya yang beraliran kiri juga membuat banyak partai nasionalis dibubarkan. Sebagai gantinya, ia mendirikan Uni Sosialis Arab (ASU). Sejak saat itu, banyak loyalisnya yang mengundurkan diri. Kendati demikian, ia tetap berhasil melanjutkan pembangunan Irak ke arah yang lebih baik.
Pembangunan infrastruktur yang massif membuatnya sibuk pergi dinas. Salah satunya pada 13 April 1966, perjalanan dinas yang rupanya justru malah mengantarkannya ke tempat persemayaman terakhir.
Ketika itu, pesawat de Havilland DH.104 Dove 1 RF392 Royal Iraqi Air Force jatuh di Irak Selatan. Kondisi cuaca dilaporkan dalam keadaan baik saat kecelakaan terjadi. Begitu juga dengan kondisi pesawat. Simpang siur sempat terjadi pasca kecelakaan itu. Disebutkan, Presiden Arif tewas akibat kecelakaan helikopter, bukan pesawat de Havilland Dove.
de Havilland DH.104 Dove sendiri adalah pesawat Inggris jarak pendek yang dikembangkan dan diproduksi oleh de Havilland. Desainnya, merupakan pengembangan versi pesawat komersial yang lebih besar dari biplan Dragon Rapide.
Baca juga: ‘Sultan’ Inggris Ingin Terbangkan Mobil, Jadi Sebab Lahirnya Pesawat Aneh ATL-98 Carvair
Dove merupakan pesawat yang populer dan dianggap sebagai salah satu rancangan sipil paling sukses di Inggris. Tercatat, lebih dari 500 pesawat diproduksi antara tahun 1946 dan 1967. Beberapa varian militer juga diproduksi de Havilland, seperti Devon oleh Royal Air Force and the Sea Devon oleh Royal Navy, dan serta berbagai militer dari negara lain di seluruh dunia.
Pengembangan Dove bermesin empat yang lebih panjang, yang dimaksudkan untuk digunakan di wilayah yang kurang berkembang di dunia, adalah Heron . Varian Dove bermesin tiga yang dirancang ulang secara signifikan dibangun di Australia sebagai de Havilland Australia DHA-3 Drover.