Pada hari ini, 37 tahun lalu, bertepatan dengan Jumat, 11 November 1983, pesawat penumpang sipil angkut turboprop kelas menengah twin engine hasil kolaborasi Indonesia IPTN (sekarang PTDI) dan CASA (sekarang Airbus Defense & Space), CN-235 terbang perdana (first flight).
Baca juga: N-250, Pesawat Komuter Fly By Wire “Asli” Indonesia yang Kandas Tersapu Krisis Moneter
Pesawat multiguna ini memiliki kemampuan Short Take-Off and Landing (STOL), ramp door untuk memudahkan keluar-masuk barang, dan diklaim punya karakteristik biaya perawatan rendah.
Dikutip dari laman resmi PT Drigantara Indonesia (PT DI), pada 17 Oktober 1979, IPTN dan CASA (sekarang Airbus Defense & Space) mendirikan perusahaan baru, Aircraft Technology (Airtech) untuk mendesain CN-235.
Setelah menunggu lama, prototipe pertama “Elena” yang diproduksi oleh CASA melakukan penerbangan perdananya pada 11 November 1983 dan tak lama kemudian prototipe kedua “Tetuko” yang diproduksi PTDI terbang untuk pertama kalinya pada Desember 1983. Tiga tahun berselang, produksi serial dimulai pada 1986 untuk versi 10 dan 100.
Dalam prosesnya, masing-masing perusahaan membuat versinya sendiri. PT DI mengembangkan versi yang disempurnakan, seperti versi 110 dan 220, sedangkan Airbus Defense & Space dengan versi 200 dan 300-nya. Hingga saat ini, lebih dari 300 CN-235 telah diproduksi dalam banyak versi dengan dua mesin General Electric CT7-9C terbaru (masing-masing memiliki 1.750 SHP).
Khusus untuk versi -200, CN235 diproduksi dalam tiga varian; sipil, militer, dan special mission. CN-235-220 dapat mengangkut beban maksimal hingga 4.700 kg ataupun dengan jumlah penumpang sebanyak 36 orang.
Pesawat Angkut Militer CN-235-220 yang diproduksi PTDI adalah versi sipil yang telah mengalami berbagai peningkatan dalam desain, aplikasi teknologi, dan metode manufaktur untuk memenuhi standar operasional militer dengan berbagai medan menengah hingga berat.
Adapun CN-235-220 special mission merupakan pesawat yang diklaim tangguh untuk melakukan berbagai misi khusus seperti Search and Rescue (SAR), pengawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), pencegahan dan pengontrolan pencemaran laut, pengawasan dan keamanan laut, Anti-Surface Warfare (ASuW), dan Anti-Submarine Warfare (ASW).
Dalam kolaborasi untuk tujuan ekspor, PTDI memproduksi outer wings, horizontal stabilizers, vertical fins and doors untuk Airbus Defense & Space; sementara Airbus Defense & Space menghasilkan disassembled noses, disassembled cockpit, and center wings untuk PTDI.
Baca juga: PK-KKH, Sang Pendahulu N250 yang Lebih Awal Pamer Pesawat Indonesia di Eropa
Secara umum, spesifikasi CN-235 memuat dua orang awak dan 45 penumpang. Pesawat dengan panjang 21.40 m, bentang sayap 25.81 m, tinggi 8.18 m, berat kosong 9,800 kg, dan maksimum takeoff 15,100 ini ditenagai oleh dua mesin General Electric CT79C turboprops 1.850 tenaga kuda.
Pesawat dengan kecepatan maksimum 509 km per jam dengan jangakuan terbang sejauh 796 km ini tercatat sudah digunakan di 24 negara, termasuk Indonesia, di antaranya Korea Selatan, Amerika Serikat, Perancis, Turki, Thailand, Uni Emirat Arab, Irlandia, dan Malaysia.