Hari ini 37 tahun lalu, bertepatan dengan 29 November 1987, menjadi momen klabu dalam dunia penerbangan komersial jarak jauh. Yang mana 29 Novemver 1987 dikenal sebagai tragedi Korean Air Flight 858 yang menimpa Boeng 707 milik Korean Airlines. Yang berbeda dari isiden ini adalah adanya keterlibatan agen dari Korea Utara sebagai penyebab teror.
Korean Air Flight 858 adalah insiden tragis Boeing 707-3B5C yang meledak di udara akibat bom yang ditempatkan oleh agen Korea Utara. Penerbangan tersebut dalam rute jarak jauh, Baghdad (Irak) – Abu Dhabi (Uni Emirat Arab) – Bangkok (Thailand) – Seoul (Korea Selatan). Namun, terjadi ledakan di atas Laut Andaman, sekitar 90 menit setelah lepas landas dari Abu Dhabi menuju Bangkok. 115 orang, terdiri dari 104 penumpang dan 11 kru dinyatakan tewas.
Penyebab kecelakaan akibat nom yang diletakkan di kompartemen bagasi oleh dua agen Korea Utara. Bom ini ditempatkan di dalam radio portabel dan botol minuman anggur.
Agen-agen tersebut, Kim Hyon-hui dan Kim Sung-il, menyamar sebagai penumpang dan meninggalkan bom di pesawat saat transit di Abu Dhabi. Mereka kemudian ditangkap di Bahrain saat mencoba melarikan diri. Kim Hyon-hui, yang selamat dari upaya bunuh diri dengan sianida setelah tertangkap, mengakui bahwa aksi tersebut diperintahkan oleh pemimpin Korea Utara saat itu, Kim Jong-il, untuk menciptakan ketegangan dan mengganggu Olimpiade Seoul 1988.
Insiden ini memicu kecaman global terhadap Korea Utara, memperburuk hubungan antara kedua Korea. Dalam kasus ini, Kim Hyon-hui dijatuhi hukuman mati tetapi kemudian diberi pengampunan oleh pemerintah Korea Selatan, dengan alasan bahwa dia adalah korban cuci otak rezim Korea Utara. Insiden ini mendorong peningkatan keamanan di bandara dan penerbangan internasional, khususnya terkait pemeriksaan bagasi.