Pada hari ini, 37 tahun lalu, bertepatan dengan 28 April 1988, pesawat Boeing 737-200 Aloha Airlines dengan nomor penerbangan 243 mengalami dekompresi eksplosif akibat sepertiga atap bagian depan pesawat lepas.
Baca juga: Pernah Berpikir untuk Membuka Pintu Pesawat Saat di Udara? Mustahil!
Meski 89 penumpang berhasil selamat, namun, satu dari lima kru, yaitu seorang pramugari bernama Clarabelle Ho Lansing tersedot keluar pesawat dan belum ditemukan sampai saat ini.
Dilansir aerotime.aero, perjalanan dari Bandara Internasional Hilo (IPO) ke Bandara Internasional Honolulu (HNL) Hawaii, Amerika Serikat (AS) sebetulnya tidak ada tanda-tanda bakal terjadi insiden menegangkan itu.
Barulah, tak lama setelah pesawat mencapai ketinggian 24.000 kaki atau 7.315 meter, atap pesawat tiba-tiba lepas dan dengan cepat menyedot apapun di dalam kabin.
Ketika itu, nyawa sekitar 30 penumpang yang duduk di bawah atap yang lepas nyaris tersedot keluar dalam hitungan detik akibatkan adanya perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar pesawat sehingga menciptakan ruang hampa di antaranya atau dekompresi eksplosif. Itu terus berlangsung dan menyedot apapun dengan kuat dan cepat hingga tekanan udara pesawat dan luar pesawat cocok.
Beruntung, 30 penumpang tadi dengan cepat mengenakan sabuk pengaman dan sebagian lainnya memang sudah mengenakannya sebelum dekompresi terjadi.
Tak lama setelah pesawat mengalami dekompresi eksplosif, kecepatan dan ketinggian pesawat perlahan mulai menurun. Secara teori, pesawat masih dapat terus mengudara hingga 15 menit. Selebihnya, pesawat akan kehilangan ketinggian secara diagonal dan menghempas daratan.
Dalam kasus insiden Aloha Airlines flight 243, kapten pilot Robert L. Schornstheimer langsung mengambil alih pesawat dari tangan kopilot Madeline Lynn Tompkins. Saat itu, pilot memutuskan pesawat mendarat darurat di Bandara Kahalui (OGG) di Pulau Maui, Kepulauan Hawaii, AS.
Seiring ketinggian pesawat terus menurun, kecepatan pesawat juga demikian lantaran kedua mesin rusak akibat puing-puing yang masuk ke dalam. Meski pilot mencoba restart, namun itu tidak berhasil. Masalah tak sampai di situ, jelang mendekati runway, indikator landing gear kedapatan malfungsi dan butuh konfirmasi visual oleh kru di darat.
Celakanya, suara bising dari angin membuat komunikasi sulit dilakukan. Beberapa kali kopilot mencoba melakukan kontak dengan ATC beberapa itu pula gagal dan baru berhasil di detik-detik akhir. ATC kemudian meminta petugas pemadam kebakaran dan ambulans bersiap, sekaligus meneropong landing gear pesawat yang ternyata berfungsi.
Baca juga: Berakibat Fatal, Pintu Pesawat Terbuka (Lepas) Saat Mengudara
Pilot akhirnya berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat. Seluruh penumpang dan kru juga selamat, sekalipun beberapa mengalami luka berat dan ringan, kecuali satu orang pramugari yang tengah berdiri di lorong tersedot keluar dan jenazahnya belum ditemukan sampai sekarang. Jenazahnya diduga kuat berada di lautan Pasifik dekat Hawaii.
Hasil penyelidikan NTSB menyebut, atap pesawat lepas disebabkan oleh fatigue cracking di sekitar rivets atau paku yang menyambung bagian atap akibat banyaknya depresurisasi dan efek asin dari air laut.