Hari ini, 30 tahun lalu, bertepatan dengan Senin, 28 September 1992, kecelakaan pesawat Airbus A300B4-203 Pakistan International Airlines (PIA) flight 268 terjadi akibat pilot salah melakukan approach. Pilot tak serta merta jadi penyebab utama terjadinya kecelakaan pesawat terburuk di Nepal tersebut, melainkan juga ada faktor cuaca dan tak berfungsinya ground proximity warning system (GPWS).
Baca juga: Hari ini, 42 Tahun Lalu, Tabrakan PSA Flight 182 Vs Cessna 172 Terjadi Akibat Pilot dan ATC Ceroboh
Dilansir aviationnepal.com, kecelakaan udara terburuk di Nepal yang menewaskan 155 penumpang dan 12 awak PIA bermula saat pesawat dengan nomor registrasi AP-BCP berangkat dari Bandara Internasional Jinnah, Karachi menuju Bandara Internasional Tribhuvan, Kathmandu.
Beberapa jam berselang, pesawat tersebut menabrak lereng bukit Bhattedanda setinggi 2.514 mdpl saat melakukan approach, dalam posisi slats, flaps, spoilers, dan landing gear dari posisi on, sekitar 17 km dari bandara. Pesawat diketahui menabrak lereng persis setelah melewati awan tebal.
Dari hasil penyelidikan, sebetulnya banyak faktor pendukung terjadinya kecelakaan PIA flight 268. Sang pilot, Kapten Iftikhar Janjua, dengan 6.260 jam bersama Airbus A300 sekaligus pilot paling berpengalaman PIA, serta co-pilot Hassan Akhtar, dengan 1.469 jam di Airbus A300, diduga tidak melakukan prosedur approach dengan baik.
Dari grafik penerbangan, pesawat diketahui turun 1.000 kaki lebih rendah. Tak hanya itu, pilot juga sudah melakukan final approach pada 16 DME. Padahal, secara metodologi, final approach baru dimulai pada 10 DME. Ketika penyidik mengecek kokpit simulator A300, rupanya flight chart clipper kokpit tidak benar.
Co-pilot juga tak luput dari kesalahan. Penyidik dari Air Accident Investigation Branch (AAIB) Inggris, co-pilot (termasuk pilot) tidak memeriksa altimeter untuk melaporkan ketinggian pesawat kepada petugas ATC. ATC pun demikian, mereka tak mengingatkan pilot bahwa mereka terbang terlalu rendah. Tetapi, saat diinterogasi, petugas berkilah bahwa mereka tak mengetahui posisi pesawat.
Cuaca digadang-gadang menjadi penyebab utama. Namun, menurut saksi mata, cuaca di sekitar pesawat PIA PK268 dalam kondisi baik, tidak hujan, berkabut, badai, ataupun petir; tak seperti kecelakaan Thai Airways, 59 hari sebelum kecelakaan itu dimana cuaca dalam kondisi tak bersahabat. Visibilitas di sekitar Airbus A300 PIA juga tak terlalu buruk, mencapai 20 meter. Hanya saja, puncak bukit Bhattedanda di sebelah Selatan bandara tertutup awan tebal.
Tak ketinggalan, fitur ground proximity warning system (GPWS) juga berperan atas kejadian itu. Fitur tersebut tak berfungsi dengan baik untuk mengingatkan pilot soal jarak pesawat dengan daratan (termasuk gunung ataupun bukit) akibat terhalang awan tebal yang menutupi bukit tersebut.
Baca juga: [Hari ini 42 Tahun Lalu] Puncak Pembajakan Lufthansa Flight 181 yang Fenomenal
Dari hasil investigasi AAIB, penyebab terjadinya kecelakaan terburuk di Nepal, PIA PK268 disebabkan oleh salah satu atau kedua pilot tak patuh -bisa juga disebut lalai- untuk mengikuti metode approach dan membawa pesawat turun selangkah lebih maju dari prosedur paten.
Serupa dengan AAIB, hasil penyelidikan The Transportation Safety Board of Canada (TSB) terhadap kecelakaan tersebut juga mengarah ke kekeliruan pilot. Namun, penting untuk diketahui, Bandara Internasional Tribhuvan, Kathmandu rupanya bukanlah tujuan favorit maskapai. Sebelum kejadian, sudah dua bulan pilot PIA tak terbang ke wilayah ini. Tentu, pemeriksaan rute dan prosedur pemeriksaan operasi penerbangan PIA tidak efektif.