Pada hari ini, 28 tahun lalu, bertepatan dengan 2 November 1992, Airbus A330 sukses terbang perdana. Pesawat widebody jarak menengah hingga jauh ini menjadi pertanda akan ancaman Airbus terhadap Boeing yang lebih kuat sejak pertama kali berdiri pada 18 Desember 1970. Pesawat twin jet itu diplot untuk meraup pasar widebody, bersaing ketat dengan Boeing 767-300ER ataupun Boeing 777-200 yang sedikit lebih besar.
Baca juga: Boeing 767, Pesawat Widebody dengan Lebar ‘Terkecil’ di Dunia
Dilansir dari Airwaysmag.com, konsep pembuatan Airbus A330 muncul tatkala Airbus mulai berencana untuk meningkatkan pesawat pertamanya, Airbus A300. Peningkatan itu ditujukan agar pabrikan asal Eropa ini bisa bersaing dengan pesawat lainnya, seperti McDonnell Douglas DC-10, Lockheed L-1011 TriStar, dan tentu saja Boeing 767.
Saat itu, program pengembangan atau peningkatan A300 terbagi menjadi dua, A340 dan A330. Tak seperti kompetitornya, kedua pesawat itu mulai disematkan fitur fly-by-wire, sebuah fitur berupa sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah, tetapi hal ini tidak berarti hanya sebatas mengganti peran manual manusia dalam mengontrol arah dan pergerakkan pesawat.
Fitur canggih pada zamannya yang belakangan sudah usang dan siap digantikan teknologi fiber optic fly by light ini pun jadi senjata ampuh untuk memaksa maskapai dunia melirik dua pesawat tersebut.
Pada 27 Januari 1986, Airbus pun resmi merilis A330 ke publik. Sejurus kemudian, maskapai Perancis, Air Inter, tercatat jadi maskapai pertama yang memesan pesawat yang pada 2014 lalu sudah diproduksi sebanyak 1.055 unit ini, disusul Northwest Airllines sebagai maskapai kedua atau maskapai pertama Amerika Serikat (AS) yang memesan.
Usai terbang perdana, Airbus A330-300 tercatat menjadi pesawat widebody terbesar di dunia dengan kapasitas 250 hingga 440 penumpang dalam satu kelas, sedikit di atas Boeing 767 yang hanya menampung 181-375 penumpang. Adapun dalam tiga kelas, pesawat dengan panjang 63.66 meter ini mampu mengangkut sekitar 250-290 penumpang sejauh 11,750 km. Namun, gelar pesawat widebody terbesar yang disandang A330 harus sirna usai Boeing meluncurkan triple seven atau B777.
Airbus A330 ditawarkan dalam tiga varian mesin berbeda, yakni General Electric CF6, Pratt & Whitney PW4000, dan Rolls-Royce Trent 700. Dari ketiga itu, mesin Pratt & Whitney PW4000 menjadi varian A330 yang bisa dibilang tak terlalu mulus di awal kemunculan.
Betapa tidak, saat proses sertifikasi oleh Eropa melalui Joint Aviation Authorities (JAA) dan AS melalui Federal Aviation Administration (FAA) pada 21 Oktober 1993, pesawat itu jatuh tak lama setelah lepas landas dari pabrik Airbus di Toulouse. Pesawat dilaporkan jatuh saat menguji fitur autopilot dalam skenario terbang satu mesin (ETOPS). Hasil penyelidikan, pesawat jatuh lantaran human error, bukan masalah pada pesawat itu sendiri.
Baca juga: Boeing 777X Kedua Sukses Terbang Perdana
Meskipun sempat jatuh, A330-300 akhirnya berhasil meraih ETOPS-90 dan secara perlahan meningkat di varian yang lebih canggih hingga mencapai ETOPS-240 dewasa ini.
Setelah sukses dengan A330-300, Airbus kemudian meluncurkan varian yang lebih kecil, yakni A330-200 dan versi kargo A330-200F, pada 1998. A330ceo (current engine option) dan versi pengembangannya hingga yang terakhir A330-900neo (new engine option) pada tahun 2020 ini tercatat sudah ada sekitar 1.818 pesanan, dimana 1.501 di antaranya sudah berhasil dikirim ke pelanggan dan 1.432 unit sudah beroperasi secara reguler di seluruh dunia. Turkish Airlines tercatat menjadi pelanggan A330 terbesar dengan total armada sebanyak 66 unit.