Pada hari ini, 240 tahun lalu, bertepatan dengan 21 November 1783, kota Paris menjadi saksi keberhasilan penerbangan bersejarah balon udara. Disebut bersejarah, sebab balon udara itu mengangkut dua orang Jean-François Pilâtre de Rozier dan Marquis d’Arlandes, yang mengukuhkannya sebagai manusia pertama yang berhasil terbang menggunakan balon udara.
Baca juga: Hari ini, 85 Tahun Lalu, Perwira Angkatan Darat AS Berhasil Pecahkan Rekor Balon Udara Tertinggi
Disarikan dari tulisan Michael R. Lynn, seorang profesor sejarah di Universitas Purdue, North Central, Illinois, Amerika Serikat (AS), sejarah manusia pertama yang terbang dengan balon udara dimulai ketika Joseph dan Etienne Montgolfier, berhasil menemukan balon udara pertama di dunia yang terbang perdana pada Juni 1783.
Usai keberhasilan tersebut, kimia dan fisika yang menjadi subjek sangat populer saat itu, mendorong para ilmuan untuk mengembangkan temuan Joseph dan Etienne Montgolfier. Dua bulan berselang, Jacques-Alexandre-César Charles berhasil meluncurkan balon hidrogen pertama di dunia tanpa penumpang pada Agustus 1783, di kota Paris, Perancis; disusul, balon udara Versailles yang berhasil mengangkut muatan pertama (sekalipun bukan manusia) yakni domba, ayam jantan, dan bebek.
Setelah dirasa aman untuk membawa penumpang, lewat keberhasilan balon udara Versailles membawa muatan, ilmuan pun berlomba-lomba untuk mewujudkan penerbangan manusia pertama dengan balon udara; termasuk ilmuan di bidang aeronautika.
Sekitar dua bulan kemudian, Pilâtre de Rozier, yang seorang polymath (orang yang menguasai lebih dari satu bidang ilmu, dalam hal ini sejarah, farmasi, kimia, dan fisika), mengklaim bisa mewujudkan cita-cita itu (menerbangkan manusia ke langit dengan balon udara).
Meskipun sempat diragukan, nyatanya, Jean-François Pilâtre de Rozier dan Marquis d’Arlandes berhasil terbang ke udara selama 25 menit menggunakan balon udara, menjadikannya sebagai manusia pertama yang terbang dengan balon udara. Tak butuh waktu lama, mereka (khususnya Pilâtre de Rozier) mendapat kedudukan terhormat di dunia. Setipa hari, ia dipuji oleh penyair, dikagumi oleh para sarjana di seluruh dunia, dan digembar-gemborkan oleh seluruh Eropa sebagai pahlawan.
Seiring berjalannya waktu, dimana sejarah berkenaan dengan balon udara lainnya tercipta, seperti sejarah orang pertama yang berhasil terbang atau naik balon hidrogen hingga sejarah Jean-Pierre Blanchard bersama Dr. John Sheldon, sebagai orang pertama yang menyeberangi Selat Inggris (dari Inggris ke Perancis), pamor Pilâtre de Rozier pun perlahan pudar.
Sadar dirinya sudah tak lagi menjadi pusat perhatian, ia pun bertekad untuk menyeberangi selat ke arah berlawanan (dari Perancis ke Inggris), berharap dunia akan kembali menyorot dirinya. Dari sini, drama mengharukan pun tercipta. Bersama seorang bernama Romains, Pilâtre de Rozier menunggu di Calais, sebuah kota di pesisir utara Paris, Perancis, untuk mewujudkan tekad itu.
Sayangnya, saat itu cuaca sedang tidak bersahabat. Tidak sabar, ia memutuskan untuk membuat balon ganda jenis baru dengan balon udara panas di bawah balon hidrogen. Kekuatan angkat ekstra, pikirnya, akan meningkatkan ketinggiannya ke tempat di mana ia merasa yakin angin akan menguntungkannya.
Baca juga: Hari ini, 223 Tahun Lalu, Perancis Jadi Saksi Penggunaan Parasut Pertama di Dunia
Meskipun tidak ada yang benar-benar yakin apa yang terjadi, percikan dari sumber panas yang menjaga udara tetap panas di balon bawah mungkin telah bergerak naik dan memicu hidrogen di balon atas yang menyebabkan kebakaran.
Pada tanggal 15 Juni 1785, Pilâtre de Rozier dan Romains bersama balon udaranya jatuh ke daratan dan tewas seketika. Mirisnya, kejadian itu disaksikan oleh tunangannya, seorang wanita muda Inggris, Susan Dyer. Tak sanggup melihat orang terkasih tewas di depan mata, ia pun syok berat dan pada akhirnya dinyatakan meninggal tak lama kemudian.