Tepat hari ini, Senin, 24 Februari 2003, adalah momen bersejarah penerbangan perdana Boeing 777-300ER (Extended Range). Selain di desain untuk rute jarak jauh bersama dengan Boeing 777-200LR, pesawat edisi kelima dari keluarga triple seven atau B777 ini memang diproyeksikan untuk menggantikan pesawat widebody sebelumnya yang telah uzur, seperti Boeing 747-100 dan 747-200.
Baca juga: Mesin Keluarkan Lidah Api Karena Bird Strike, Penumpang Swoop Sampai Tulis ‘Pesan Terakhir’
Dihimpun KabarPenumpang,com dari berbagai sumber, Boeing 777-300ER hari ini tercatat berhasil menyelesaikan penerbangan perdananya, dalam rangka memulai program uji terbang 1.600 jam sebagai syarat untuk mendapatkan sertifikasi dari otoritas penerbangan AS di tahun berikutnya.
Kala itu, pesawat terbesar untuk kategori pesawat komersial mesin ganda ini berhasil melahap uji terbang selama tiga jam lebih, mulai dari pukul 10 pagi (lepas landas) dari Paine Field di Everett, Washington dan turun landas di Boeing Field Seattle pukul 1.02 siang.
Selama penerbangan, pilot dan kopilot uji, Santoni dan Cashman, membawa 777-300ER terbang diketinggian 15.000 kaki (4.572 meter), dengan kecepatan udara 0,50 Mach, atau sekitar 600 kilometer per jam dari kemampuan maksimum ketinggian jelajah diangka 10.668 meter, dan kecepatan jelajah mencapai 896 kilometer per jam.
Selama fase uji terbang, pesawat dengan cat merah, putih, dan biru yang khas, tersebut terbang dengan durasi, ketinggian, dan kecepatan yang beragam. Kadang kala, pesawat tersebut mengudara hanya beberapa jam, dengan ketinggian dan kecepatan minimum. Sebaliknya, di lain waktu, pesawat tersebut justru terbang dengan kecepatan, ketinggian, bahkan durasi terbang (endurance) mencapai 19 jam. Cukup fantastis untuk ukuran saat itu, mengingat, rekor penerbangan komersial non-stop milik Singapore Airlines saja baru tercatat pada Oktober 2018 silam, dengan durasi terbang mencapai 18 jam.
Sebetulnya, di antara keduanya, memang terdapat perbedaan kondisi, test flight 777-300ER tidak memuat penumpang, adapun A350-900 ULR (ultra long range) memuat penumpang. Tentu dari konsumsi bahan bakar akan berbeda. Namun, bila dihitung sama-sama dalam keadaan kosong, mungkin perbedaannya tidak terlalu signifikan dan terkesan wajar, mengingat, teknologi di tahun 2018 jauh lebih modern dibanding tahun 2003, saat pertama kali 777-300ER mengudara.
Lamanya durasi terbang, mencapai 19 jam non-stop, sangat mungkin dilakukan dengan terobosan mesin dari GE Aircraft Engine yang telah diakui sebagai mesin jet komersial paling kuat di dunia dan memegang Guinness World Record untuk kategori thrust (daya dorong). Tak hanya itu, pesawat Boeing 777-300ER saat itu juga dipuji sebagai pesawat paling berteknologi maju di dunia, dengan pembaruan pada sistem kontrol avionik, listrik, dan sistem lainnya.
Setelah melewati masa uji terbang 1.600 jam, pesawat akhirnya berhasil mendapatkan sertifikasi dan mulai melakukan penerbangan komersial pertama bersama Air France pada 2004, atau selang setahun dari penerbangan perdananya.
Dengan panjang pesawat mencapai 73,9 meter, pesawat terbesar untuk kategori pesawat komersial mesin ganda ini mampu mengangkut maksimal 550 penumpang dalam sekali terbang. Cukup banyak untuk ukuran saat itu, sebelum akhirnya rekor tersebut dikudeta oleh penantang setianya dari Eropa, Airbus, yang dua tahun berikutnya, pada 27 April 2005 berhasil menerbangkan untuk pertama kalinya, Airbus A380, yang mampu mengangkut penumpang maksimal hingga 850 penumpang.
Baca juga: Eva Air Tampilkan Tema Hello Kitty di Boeing 777-300ER
Di Indonesia sendiri, pesawat terbesar tersebut biasa digunakan dalam penerbangan haji yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia, dengan konfigurasi 26 kursi kelas Bisnis dan 367 kursi kelas Ekonomi.
Selain itu, dalam jejaknya di Indonesia, Boeing 777-300ER juga pernah membuat runway satu-satunya di Bandara Halim terkelupas dengan dimensi sekitar 3×2 meter dan kedalaman 25 cm setelah pesawat tinggal landas.