Pada hari ini, 112 tahun lalu, bertepatan dengan Kamis, 24 Desember 1908, pameran dirgantara pertama di dunia dihelat di Paris, Perancis. Pameran dirgantara terbesar dan tertua yang belakangan dikenal sebagai Paris Air Show ini sampai sekarang terus diselenggarakan setiap tahun ganjil, berbagi ruang dengan pameran dirgantara terbesar dan tertua lainnya di Inggris, Farnborough International Air Show, yang dihelat setiap tahun genap.
Baca juga: Dari Bandung ke Paris, N250 Jadi Pesawat Buatan Asia Pertama yang Lakoni Ferry Flight Lintas Benua
Sebelum lebih jauh, perlu diketahui, sebetulnya, gelar pameran dirgantara pertama dan tertua di dunia masih dalam perdebatan. Itu karena, Crystal Palace, Inggris, pernah mengadakan pameran dirgantara pada tahun 1868 atas inisiasi dari Royal Aeronautical Society, jauh sebelum penyelenggaraan Paris Air Show. Maka dari itu, pameran dirgantara di Crystal Palace, Inggris, itu juga dikenal sebagai pameran dirgantara pertama dan tertua di dunia.
Dilansir dari laman resmi Airbus, Paris Air Show sebagai pagelaran dirgantara terbesar dan tertua di dunia awalnya diselenggarakan secara gabungan dengan pameran Paris Motor Show. Saat itu, penyelenggaraan pameran dirgantara tercetus berkat penemuan pesawat biplane pertama yang lebih berat dari udara, berhasil ditemukan oleh ilmuan asal Perancis.
Di tahun 1909, barulah, Presiden Perancis mengizinkan terselenggaranya Annual Automobile Salon atau lebih dikenal dengan Paris Air Show, di Grand Palais, Paris, Perancis.
Meskipun baru pertama kali dihelat, pameran Paris Air Show pertama kala itu berhasil menarik 380 peserta pameran dan lebih dari 100 ribu pengunjung. Gelaran tersebut terus berlangsung rutin setiap tahun selama empat edisi sebelum terhenti akibat Perang Dunia I.
Paris Air Show dimulai kembali pada tahun 1919. Setelah sukses terselenggara beberapa edisi, kemudian diputuskan gelaran tersebut dihelat per dua tahun setiap tahun ganjil, bergantian dengan pameran dirgantara lainnya, Farnborough International Air Show setiap tahun genap di Inggris, sebelum terpaksa berhenti akibat Perang Dunia II. Pameran kemudian digelar kembali pada tahun 1949.
Sebelum tahun 1949, Paris Air Show terus diadakan di Grand Palais, sebelum akhirnya pindah ke bandara terbesar di Paris, Bandara Orly. Bandara yang terletak 14 km di selatan Kota Paris ini terus menjadi pusat penyelenggaraan Paris Air Show sebelum akhirnya berpindah tempat lagi ke Le Bourget atau Bandara Paris–Le Bourget sejak tahun 1953 sampai saat ini.
Sejak kemunculan pameran dirgantara Farnborough International Air Show, di Inggris, pada tahun 1932, sebetulnya, pamor Paris Air Show sempat meredup. Itu karena, Inggris memang sudah lama dikenal sebagai pusat dirgantara, dengan beragam penemuan-penemuan hebat. Sudah begitu, pameran dirgantara di Inggris juga didukung penuh oleh Aeronautical Society of Great Britain atau The Royal Aeronautical Society, komunitas dirgantara tertua di dunia yang telah berdiri sejak 1866.
Sudah begitu, Farnborough International Air Show juga kerap menjadi tempat kemunculan perdana beberapa pesawat hebat, seperti de Havilland Comet -pesawat jet komersial pertama dunia- pada 1949, pesawat dengan mesin piston Bristol Brabazon, serta berbagai pesawat lainnya.
Akan tetapi, pasca kemunculan pesawat supersonik Concorde dan jet superjumbo ikonik Amerika, Boeing 747 untuk pertama kalinya pada 1969, pamor Paris Air Show terus muncul dan perlahan benar-benar menjadikannya sebagai pameran dirgantara terbesar sekaligus tertua di dunia.
Bahkan, di tahun itu, bukan hanya menjadi tonggak sejarah untuk gelaran Paris Air Show, melainkan juga untuk Airbus.
Pada tanggal 29 Mei 1969, menteri transportasi Perancis, Jean Chamant, duduk bersama menteri ekonomi Jerman, Karl Schiller, untuk membuat mock-up kabin pesawat baru yang bertujuan menata kembali industri penerbangan, yang saat itu dikuasai Boeing. Kedua politisi tersebut pun menandatangani perjanjian secara resmi untuk meluncurkan A300, pesawat widebody bermesin ganda pertama di dunia.
Pesawat itu rencananya diproduksi oleh konsorsium Perancis-Jerman yang juga akan melibatkan Inggris dan Belanda. Keputusan untuk memberikan A300 lampu hijau adalah titik awal formal proyek Airbus hingga menjadi produsen pesawat terbesar di dunia bersama Boeing sampai detik ini.