Guna mengurangi emisi karbon, di DKI Jakarta sejak beberapa saat lalu telah dioperasikan bus listrik secara terbatas. Tapi bus listrik yang dioperasikan TransJakarta wujudnya tak beda dengan bus konvensional, lantaran mengusung jenis electric buses yang membutuhkan proses charging lama alias isi ulang di depo.
Baca juga: Frankfurt Autobahn A5, Jalan Tol Pertama dengan Kabel Listrik Aliran Atas
Namun, di sebagian negara Eropa model bus listrik ada yang sedikit berbeda, mirip dengan KRL (Kereta Rel Listrik), dikenal bus listrik yang beroperasi menggunakan pantograf. Seperti saat kunjungan tim KabarPenumpang.com di Oslo dan Munich beberapa saat lalu, terlihat model bus listrik dengan pantograf telah mengular di beberapa rute.
Terkait dengan bus listrik dengan model pantograf, dinilai punya beberapa keunggulan, seperti proses pengisian atau charging listrik dilakukan sembari bus berlajan, sehingga efektif dari sisi operasional. Sebagai perbandingan, bila dengan model bus listrik berbaterai, maka harus berhenti menunggu penuh dan tidak bisa beroperasi dan mengangkut penumpang saat proses charging.
Baca juga: City of Bryan Siap Rilis Moda Otonom Bertenaga Listrik Pada Pertengahan Oktober Mendatang!
Pantograf Tanpa Kabel LAA
Model bus listrik berpantograf awalnya dikembangkan dengan terhubung ke kabel LAA (Listrik Aliran Atas). Namun itu sudah terbilang kuno, lantaran dianggap punya investasi besar. Umumnya model ini populer di kawasan Eropa Timur.
Bila merujuk yang diterapkan di Jerman dan Norwegia, bus listrik berpantograf tidak membutuhkan kabel LAA di sepanjang lintasan. Pantograf hanya difungsikan (diaktifkan) saat bus kembali ke depo atau berhenti di shelter (halte), yaitu pada proses menaikan dan menurunkan penumpang, bus melakukan isi ulang listrik. Model pantograf seperti ini jadi tidak membutuhkan investasi yang besar. Model bus ini membutuhkan kapasitas baterai yang tidak terlalu besar.
Pada dasarnya bus listrik terdiri dari dua kategori, yakni otonom dan non otonom, dimana bus otonom menyimpan energi di dalam kendaraan, sementara bus non otonom menjaga pasokan energi listrik terus menerus dari luar kendaraan.
Nah, melihat pada model yang ada di Oslo dan Munich, rasanya ideal bila bus listrik dengan pantograf hadir di Jakarta. Dengan teknologi ini, kami berharap laju operasional bus listrik dapat lebih efektif dan efisien.