Mungkin Anda semua masih ingat dengan insiden peretasan yang menimpa pabrikan pesawat asal Eropa, Airbus yang terjadi sekitar bulan Februari 2019 kemarin. Ya, kala itu Airbus langsung menduga bahwa Cina yang berada di balik layar upaya peretasan ini. Kendati kala itu tim investigasi khusus langsung diterjunkan Airbus guna menemukan sang hacker, namun nyatanya insiden peretasan ini tidaklah hanya sekali terjadi.
Baca Juga: Airbus Duga Cina Jadi Dalang di Balik Insiden Serangan Cyber
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman gulfnews.com (26/9), pihak Airbus mengatakan ada empat serangan cyber yang mengarah kepada perusahaan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Sejatinya, grup ini telah lama dianggap sebagai target yang menggoda karena teknologi mutakhir yang menjadikannya salah satu produsen pesawat komersial terbesar di dunia, serta pemasok militer strategis.
Kuat dugaan, pihak peretas menargetkan pembuat mesin asal Inggris, Rolls-Royce dan konsultan dan pemasok teknologi asal Perancis Expleo, serta dua kontraktor Perancis lainnya. Namun ketika dikonfirmasi terkait pernyataan tersebut, baik pihak Airbus maupun Rolls-Royce enggan mengomentarinya – apakah mereka membenarkan atau menyangkal pernyataan tersebut.
Namun seorang spesialis keamanan kedirgantaraan dari BoostAerospace, Romain Bottan mengatakan bahwa, “perusahaan sebesar Airbus tentu saja menggunakan pengamanan ekstra ketat, akan sangat sulit bagi orang diluar sana untuk meretas Airbus,”
Menurut beberapa sumber terpercaya, peretas tampaknya tertarik pada dokumen teknis yang terkait dengan proses sertifikasi untuk berbagai bagian pesawat Airbus. Mereka juga mengatakan bahwa beberapa dokumen curian terkait dengan mesin pesawat angkut militer Airbus A400M, yang memiliki beberapa mesin baling-baling paling kuat di dunia. Tidak berhenti sampai di situ, para peretas juga tertarik dengan sistem propulsi untuk jet penumpang Airbus A350, serta sistem avionik yang mengendalikan pesawat.
Baca Juga: Gawat! Akses Data Divisi Pesawat Komersial Airbus Berhasil Diretas
Kendati diklaim dilindungi oleh sistem yang sangat ketat, namun tetap saja ancaman serangan cyber semacam ini memang terbilang salah satu yang paling membahayakan. Banyak peretas yang didukung negara dan independen diketahui menggunakan alat untuk menyamarkan jejak mereka, atau mereka dapat meninggalkan petunjuk yang dimaksudkan untuk membingungkan penyelidik atau membuat mereka menyalahkan orang lain. Namun hingga saat ini, pihak Airbus masih menduga Cina di balik aksi peretasan ini.