Pasar transportasi udara di Indonesia memang tidak lepas dari duopoli antara Garuda Indonesia Group yang menyandang predikat sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Lion Air Group yang berasal dari pihak swasta. Ternyata duopoli ini tidak hanya terjadi di sektor kedirgantaraan saja – dalam ruang lingkup yang lebih besar, pasar transportasi darat di Asia Tenggara juga ternyata dicokol oleh dua perusahaan beda negara yang sama-sama tengah naik daun, GoJek dan Grab.
Baca Juga: Ternyata di Ride Hailing Banyak Kecurangan yang Dilakukan Pengemudi Online
Ya, kedua perusahaan ride-hailing ini memang masih dalam arena persaingan yang sangat ketat. Dengan menonjolkan beragam promo serta mendapatkan sokongan dana dari beragam investor, baik GoJek dan Grab sama-sama tengah berjuang guna memantapkan diri di ‘puncak klasemen’. Tercatat sebagai negara dengan populasi terpadat keempat di dunia, Indonesia memang diplot sebagai pasar yang tepat bagi kedua perusahaan untuk mencuri ceruk pasar.
Budaya konsumtif serta keberadaan dua perusahaan ini yang sudah kadung melekat di hati para konsumennya di Tanah Air menjadi alasan mengapa GoJek dan Grab bertumbuh dengan sangat pesat di Indonesia. Belum lagi pundi-pundi rupiah yang didapat dari iklan – sebut saja iklan yang dipasang bersebelahan di sejumlah public space di Jakarta, menjadi penanda bahwa kedua perusahaan ini memang sama-sama tengah berada dalam tensi tinggi persaingan.
Sebagaimana yang dilansir KabarPenumpang.com dari laman ft.com (26/12), pimpinan bisnis perbankan investasi Deutsche Bank di sektor teknologi Asia, Neel Laungani mengatakan bahwa kedua perusahaan ini terus menggalang dana guna memperkuat sektor bisnis mereka – terhitung sejak tiga tahun terakhir. Ya, seperti yang sudah diketahui sebelumnya, sejumlah perusahaan raksasa seperti Google, Tencent, JD.com, Astra International, hingga Mitsubishi turut menanamkan modal mereka di Gojek – sedangkan Grab mendapatkan investasi dari Toyota Motor, Oppenheimer Funds, Ping An Capital, hingga Microsoft.
Perebutan gelar sebagai penguasa ride-hailing di Asia Tenggara tidak hanya terjadi di segi pendanaan saja, pun juga dari segi teknologinya. Inilah yang menjadi titik paling seru dari pertarungan antara dua perusahaan tersebut, mengingat ini akan berimplikasi langsung pada user experiences (pengalaman pengguna). Ini terlihat dari beragam opsi pembayaran yang dapat dilakukan oleh pengguna aplikasi, hingga beragam promo menarik yang ditujukan untuk meraup pengguna sebanyak-banyaknya.
Baca Juga: GoJek Kalah Saing, Grab Maju Selangkah Hadirkan Fitur Asuransi
Kendati kedua perusahaan sama-sama memiliki visi untuk menguasai pasar, namun Neel mengatakan bahwa, “Di luar Indonesia, Grab sulit dikalahkan, tetapi Indonesia adalah GoJek. Mereka bisa menjadi pemimpin di pasar yang bisa berakhir dengan duopoli.”
Dikutip dari laman sumber lain, GoJek sekarang telah beroperasi di 207 kota di empat negara di Asia Tenggara, 203 diantaranya berada di Indonesia dan Grab telah hadir di 339 kota di delapan negara, dan 224 ada di Indonesia.