Monday, November 25, 2024
HomeAnalisa AngkutanGegara Sering Dijadikan Tersangka Laka ODOL, Pengamat: Indonesia Akan Kehilangan Banyak Pengemudi...

Gegara Sering Dijadikan Tersangka Laka ODOL, Pengamat: Indonesia Akan Kehilangan Banyak Pengemudi Truk Profesional

Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno, mengungkapkan Indonesia kelak akan mengalami kekurangan banyak pengemudi truk profesional. Hal itu karena sopir atau pengemudi truk selalu dijadikan tersangka jika terjadi kecelakaan dan di sisi lain, pemilik truk dan pemilik barang sama sekali tidak tersentuh.

Baca juga: Sopir Bus Mengalami Kejang, Penumpang Wanita Ambil Alih Kemudi

Tak hanya itu, alasan lain yang membuat Indonesia kelak akan kekurangan pengemudi truk profesional lantaran uang yang dibawa pulang tidak sebanding dengan risiko yang dihadapi di jalan.

Belum lagi, uang yang seharusnya dibawa pulang untuk keluarga harus rela dipotong sana-sini untuk kelancaran selama perjalanan, seperti tarif tol, pungutan liar yang dilakukan petugas berseragam dan tidak seragam, parkir, urusan ban pecah, dan sebagainya.

“Pengemudi truk menjadi ujung tombak angkutan logistik. Namun kesejahteraan yang didapat tidak setara julukan itu. Membawa kelebihan muatan tidak diinginkan, karena mereka tahu kalau hal itu berisiko terhadap keselamatannya,” ungkap Djoko dalam sebuah tulisan yang diterima KabarPenumpang.com.

“Apabila terjadi kecelakaan lalu lintas, dan dalam kondisi hidup pastilah akan dijadikan tersangka. Namun pemilik barang dan pemilik angkutan juga harus dimintakan pertanggungjawabannya,” lanjutnya.

“Populasi pengemudi truk kian makin berkurang, jika masih ada yang bertahan sebagai pengemudi truk, disebabkan belum punya alternatif pekerjaan yang lain. Ke depan, Indonesia akan banyak kehilangan pengemudi truk yang profesional,” tambahnya.

Meski data pengemudi truk di Indonesia belum akurat, namun, pengamat transportasi yang juga Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata ini sudah mengonfirmasinya langsung ke para pengusaha.

“Pendataan pengemudi di Indonesia sangat minim sekali. Tapi (prediksi kelak Indonesia akan kekurangan pengemudi truk profesional) pengakuan dari para pengusaha angkutan barang dan ketemu dengan banyak driver truk serta yang sudah beralih profesi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Djoko menyebut, akar masalah truk ODOL (Over Dimension Over Load) adalah tarif angkut barang semakian rendah, karena pemilik barang tidak mau keuntungan selama ini berkurang (padahal biaya produksi dan lainnya meningkat), pemilik armada truk (pengusaha angkutan barang) juga tidak mau berkurang keuntungannya. Hal yang sama, pengemudi truk tidak mau berkurang pendapatannya.

Kelebihan muatan (over load) dengan menggunakan kendaraan berdimensi lebih (over dimension) untuk menutupi biaya tidak terduga yang dibebani ke pengemudi truk.

Menurut pengamat yang juga Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, pemerintah bisa melakukan banyak hal dalam mencegah terjadinya kondisi dimana profesi pengemudi tidak lagi diminati. Salah satunya dengan cara penetapan tarif angkut barang dapat dikendalikan pemerintah dengan tarif batas atas dan tarif batas bawah.

Baca juga: Zero Over Dimension Over Loading – Jadi Tanggung Jawab Moral Seluruh Pengguna Jalan

Ini bertujuan agar pemilik barang tidak seenaknya menentukan tarif yang berujung pengemudi truk harus mengangkut muatan yang berlebihan (overload) dengan kendaraan berdimensi lebih (over dimension).

Selain itu, masih Djoko melanjutkan, titik lemah penertiban/pemberantasan truk ODOL ada di penegakan hukum. Beberapa daerah sudah mulai melakukan penegakan hukum. “Jika konsisten, pasti ada perubahan. Jika hanya sekedar memenuhi perintah pimpinan dan hanya sesekali dilakukan, jangan harap ada perubahan,” tutupnya.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Yang Terbaru