Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mewajibkan maskapai meningkatkan sistem avionik, dengan memasang teknologi filtrasi atau filter frekuensi radio C-band 5G paling lambat 24 Februari 2024. Hal ini dilakukan untuk menghindari pesawat dari bahaya jaringan 5G yang dinilai menggangu kinerja radar altimeter pesawat.
Baca juga: Bos Maskapai di AS Ramai-ramai Surati Gedung Putih Soal Bahaya 5G Bagi Penerbangan
Saking genting bahaya jaringan 5G dan teknologi filtrasi atau filter frekuensi radio C-band 5G, FAA meminta maskapai di seluruh dunia merevisi manual operasi penerbangan untuk menyatakan bahwa pendaratan dengan jarak pandang rendah (low-visibility landing) tidak diizinkan setelah 30 Juni 2023, kecuali pesawat, baik itu pesawat penumpang maupun kargo, sudah dilengkapi dengan teknologi filtrasi yang dimaksud.
Teknologi tersebut disebut memberatkan maskapai, tetapi mau tidak mau harus dilakukan demi kesalamatan dan keamanan penerbangan. Biaya modifikasi teknologi filtrasi jaringan 5G diketahui mencapai US$26 Juta atau sekitar Rp400 juta.
Beruntung, tak semua pesawat yang diregistrasi di AS harus dimodifikasi dan dipasang alat tersebut. Dilansir Simple Flying, 7.993 pesawat diketahui sudah dilengkapi atau dipasang teknologi tersebut sebelum ada instruksi FAA. Hanya sekitar 820 unit pesawat saja yang harus dipasang teknologi tersebut.
Masalah terkait bahaya jaringan 5G terhadap radal altimeter pesawat muncul pertama kali usai Federal Communications Commission (FCC) melelang frekuensi C-band untuk komunikasi 5G.
Banyak frekuensi yang dilelang sangat dekat dengan frekuensi yang digunakan oleh altimeter radio atau radar altimeter yang diperlukan untuk pendekatan visibilitas rendah (low visibility approach). Ini (radar altimeter) biasa digunakan untuk menentukan ketinggian pesawat dari ground saat mendarat dan merupakan satu-satunya sensor pesawat yang mengukur ketinggian pesawat dengan ground.
Begitu layanan 5G diterapkan di seluruh AS pada awal tahun 2022 lalu, benar saja masalah dengan altimeter radio mulai muncul. Masalah tersebut bahkan memaksa FAA mengeluarkan NOTAM ke semua pilot bahwa altimeter radio tidak berfungsi.
Sejauh ini, solusi dari masalah yang muncul akibat jaringan 5G di AS terhadap radar altimeter pesawat adalah membuat buffer zone atau zona penyangga di sekitar bandara untuk meminimalisir gangguan. Hal ini sudah dikomunikasikan dengan perusahaan nirkabel terbesar di sana, Verizon dan AT&T.
Baca juga: FAA Akui Jaringan 5G Ancam Keselamatan Penerbangan
Sebetulnya, maskapai-maskapai di AS yang bernaung di bawah Airlines for America tidak masalah dengan spektrum C-Band 5G. Masalahnya terletak pada seberapa dekat menara pemancar 5G terlalu dekat dengan runway bandara. Ini yang pada akhirnya jadi polemik.
Mereka meminta agar menara 5G terletak 2 mil (3,2 km) dari landasan pacu bandara agar tak menggangu jalannya penerbangan. Terlebih, baik Boeing maupun Airbus, sudah mengingatkan ke maskapai agar meng-grounded pesawat dalam jangka waktu yang bisa ditentukan saat teknologi 5G mulai diterapkan.